30.7 C
Surakarta
Friday, 24 March 2023

Upacara Melasti, Bawa Kirab 4 Gunungan Hasil Bumi

RADARSOLO.ID – Ratusan umat Hindu Pura Bhuana Suci Saraswati, Desa Ngaru-Aru, Kecamatan Banyudono menggelar upacara Melasti atau Mendak Tirta 1945 Saka, Minggu (19/3/2023). Mereka membawa empat gunungan hasil bumi.

Tokoh agama setempat memimpin doa dengan lonceng dan bakaran dupa. Arak-arakan ini menuju Umbul Siti Hinggil, Desa Bendan yang jaraknya sekira 2 kilometer. Begitu tiba di Umbul Siti Hinggil, mereka memadati joglo setempat. Kemudian menggelar doa bersama sekitar satu jam. Baru dilanjutkan prosesi pengambilan air suci untuk dibawa dan dibagikan ke pura-pura.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyudono sekaligus Ketua Panitia Mendak Tirta Heru Kuncoro mengatakan, kegiatan ini merupakan upacara pengambilan air suci dari Umbul Siti Inggil. Air suci tersebut akan digunakan untuk upacara Taru Agung dan lainnya. Air suci akan dibagikan ke pura-pura wilayah Banyudono, Boyolali hingga Solo.

”Kami mengambil di sini, karena secara metafisis umbul di sini sebagai sumber mata air yang paling tinggi. Karena di atasnya ini sudah tidak ada mata air. Makanya diambil dari umbul Siti Inggil,” jelasnya saat ditemui di lokasi.

Pasca pandemi Covid-19, pelaksaan Mendak Tirta lebih meriah. Jika sebelumnya peserta Mendak Tirta dibatasi 100 orang. Kemarin, peserta yang ikut ada sekira 300 orang. Mereka berasal dari Banyudono 200 orang. Sisanya dari Boyolali hingga Solo. Begitu tiba di umbul Siti Inggil, langsung digelar sembahyang bersama. Lalu perwakilan pada Pinandita atau pemuka agama Hindu mengambil air suci di sendang tersebut. Setelah itu, dilakukan rebutan empat gunungan  hasil bumi, sayur mayur dan jajanan.

Mendak Tirta ini merupakan rangkaian dari upacara menyambut Hari Raya Nyepi. Nantinya akan ada empat tahapan upacara Nyepi. Pertama, upacara mendak tirta pengambilan air suci. Pelaksanaannya tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi. Kemudian, pada Selasa (21/3) mendatang akan diadakan upacara Mecaru pada sore harinya di pura-pura. Baru, pada malam harinya dilaksanakan upacara Tawur Agung di Prambanan, Klaten.

”Setelah Mecaru, lalu ada arak-arakan ogoh-ogoh, baru malamnya sudah mulai Nyepi satu hari satu malam. Tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bersenang-senang, tidak makan,” katanya. (rgl/adi/dam)

RADARSOLO.ID – Ratusan umat Hindu Pura Bhuana Suci Saraswati, Desa Ngaru-Aru, Kecamatan Banyudono menggelar upacara Melasti atau Mendak Tirta 1945 Saka, Minggu (19/3/2023). Mereka membawa empat gunungan hasil bumi.

Tokoh agama setempat memimpin doa dengan lonceng dan bakaran dupa. Arak-arakan ini menuju Umbul Siti Hinggil, Desa Bendan yang jaraknya sekira 2 kilometer. Begitu tiba di Umbul Siti Hinggil, mereka memadati joglo setempat. Kemudian menggelar doa bersama sekitar satu jam. Baru dilanjutkan prosesi pengambilan air suci untuk dibawa dan dibagikan ke pura-pura.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyudono sekaligus Ketua Panitia Mendak Tirta Heru Kuncoro mengatakan, kegiatan ini merupakan upacara pengambilan air suci dari Umbul Siti Inggil. Air suci tersebut akan digunakan untuk upacara Taru Agung dan lainnya. Air suci akan dibagikan ke pura-pura wilayah Banyudono, Boyolali hingga Solo.

”Kami mengambil di sini, karena secara metafisis umbul di sini sebagai sumber mata air yang paling tinggi. Karena di atasnya ini sudah tidak ada mata air. Makanya diambil dari umbul Siti Inggil,” jelasnya saat ditemui di lokasi.

Pasca pandemi Covid-19, pelaksaan Mendak Tirta lebih meriah. Jika sebelumnya peserta Mendak Tirta dibatasi 100 orang. Kemarin, peserta yang ikut ada sekira 300 orang. Mereka berasal dari Banyudono 200 orang. Sisanya dari Boyolali hingga Solo. Begitu tiba di umbul Siti Inggil, langsung digelar sembahyang bersama. Lalu perwakilan pada Pinandita atau pemuka agama Hindu mengambil air suci di sendang tersebut. Setelah itu, dilakukan rebutan empat gunungan  hasil bumi, sayur mayur dan jajanan.

Mendak Tirta ini merupakan rangkaian dari upacara menyambut Hari Raya Nyepi. Nantinya akan ada empat tahapan upacara Nyepi. Pertama, upacara mendak tirta pengambilan air suci. Pelaksanaannya tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi. Kemudian, pada Selasa (21/3) mendatang akan diadakan upacara Mecaru pada sore harinya di pura-pura. Baru, pada malam harinya dilaksanakan upacara Tawur Agung di Prambanan, Klaten.

”Setelah Mecaru, lalu ada arak-arakan ogoh-ogoh, baru malamnya sudah mulai Nyepi satu hari satu malam. Tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bersenang-senang, tidak makan,” katanya. (rgl/adi/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img
/