BOYOLALI – Kasus Covid-19 di Boyolali juga melonjak. Kali ini, menimpa sembilan tenaga kesehatan (nakes). Dampaknya, Puskesmas Wonosamodro ditutup sementara. Penutupan dilakukan selama tiga hari, Sabtu-Senin (19-21/2).
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Teguh Tri Kuncoro menjelaskan, sembilan nakes tersebut terkonfirmasi positif Covid-19 sejak Jumat (18/2). Pelayanan kesehatan di Puskesmas Wonosamodro, akan dilayani nakes yang tidak terpapar, terutama di poliklinik. Kecuali bagian rawat inap, yang sementara masih ditutup.
“Saat ini klaster aktif ada 25. Salah satunya klaster Puskesmas Wonosamodro, dengan jumlah kasus sembilan nakes. Pelayanan baru dibuka lagi besok (hari ini). Karena nakesnya terbatas, pelayanannya juga terbatas,” terangnya, Minggu (20/2).
Data Dinkes Boyolali per Minggu (20/2) pukul 13.40, angka positif Covid-19 aktif mencapai 1.357. Rinciannya, 65 pasien dirawat, 1.290 orang isolasi terpusat (isoter), dan satu isolasi mandiri (isoman). Artinya, terjadi penambahan 344 kasus aktif.
Kemudian, 35 pasien dinyatakan sembuh dan empat pasien meninggal dunia. Paparan paling banyak, terjadi di Boyolali Kota, mencapai 65 kasus. Disusul Kecamatan Banyudono sebanyak 42 kasus.
Sementara itu, Bupati Boyolali, M. Said Hidayat mengaku pembatasan kegiatan masyarakat menyesuaikan level PPKM. Sudah diimplementasikan melalui intruksi bupati (inbup) dan sejumlah penegakan melalui satuan polisi pamong praja (satpol PP). Namun jika paparan terus meluas dan bertambah banyak, Said menegaskan tidak menutup kemungkinan melakukan pengetatan.
“Boyolali sudah (pembatasan) sesuai level PPKM. Itu saja yang kami terapkan. Jika diperlukan langkah pengetatan seperti Minggu di Rumah Saja dan lainnya, akan kami lakulan. Kalau masih terkendali, kami ingatkan untuk protokol kesehatan (prokes) diperketat,” terangnya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Boyolali Masruri menyebut tingginya kasus Covid-19 berawal dari pelaku perjalanan. Beberapa kasus, masyarakat terpapar dari luar daerah, disusul transmisi lokal. Ditambah lagi, varian baru Omicron mudah menular.
“Saat ini masih PPKM level 2. Terpenting prokesnya dijaga. Operasi Yustisi digelar rutin di tempat keramaian, baik pariwisata, pasar, dan lainnya,” katanya.
Optimalisasi isoman, juga dilakukan dengan pengawasan dan gotong royong melalui Jogo Tonggo. Termasuk menjamin ketersediaan makanan selama proses isoman. Kemudian bagi keluarga miskin (gakin), mendapat bantuan sosial (bansos). Masing-masing kepala keluarga (KK) akan menerima paket sembako senilai Rp 200 ribu. Diberikan sekali untuk masa isolasi 10 hari. Pemkab menjamin masyarakat yang isoman tetap terpenuhi kebutuhan konsumsinya. (rgl/fer/dam)