32.7 C
Surakarta
Saturday, 3 June 2023

UMKM Ditengah Pandemi

Ekspor Macet, Pesanan Seret

UMKM yang ikut terdampak pandemi virus korona, yakni mebel atau furniture. Sebelum pandemi datang, industri rumahan mebel sering kebanjiran order dari luar negeri. Terutama dari negara-negara di Eropa.

Sayangnya, orderan dari luar negeri berkurang drastis. Sialnya lagi, permintaan dari pasar dalam negeri ikut-ikutan seret.

“Padahal ini jelang Lebaran. Biasanya masyarakat banyak yang memperbarui perabotan rumahnya supaya baru. Tapi ini kok sedikit sekali yang beli mebel baru,” keluh Rahmad Sutarto, 30, perajin mebel asal Desa Canden, Kecamatan Sambi, Jumat (22/5).

Rahmad hanya bisa berharap pandemi segera usai. Mengingat hampir sebagian besar modal sudah dibelikan bahan baku kayu. Saat bahan baku melimpah, justru minim orderan.

“Bahan baku masih menumpuk di gudang. Toko-toko langganan stok mebelnya juga masih banyak. Belum ada yang tambah barang. Memang kondisinya baru seperti ini. Ya mau gimana lagi?” keluhnya.

Terpisah, UMKM makanan justru bertahan di tengah pandemi. Salah satunya industri tempe di Desa Denggungan, Banyudono. Di sana, terdapat puluhan produsen tempe tradisional berbalut daun jati.

“Biasanya saat Ramdan dan Lebaran, produksi kami tambah. Tapi saat ini tidak. Sebab tingkat konsumsi masyarakat landai,” ucap Rejo, 55, pelaku UMKM tempe.

Wisnu, pelaku UMKM tahu berharap pembatasan keran impor kedelai segera dighentikan. Sebab, mayoritas kedelai masih impor dari Tiongkok.

“Kalau jalur distribusi kedelai dihentikan, kami para pengusaha kecil pasti kelabakan. Mau usaha lain sudah tidak punya modal,” ujar warga Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak tersebut. (wid/fer)

UMKM yang ikut terdampak pandemi virus korona, yakni mebel atau furniture. Sebelum pandemi datang, industri rumahan mebel sering kebanjiran order dari luar negeri. Terutama dari negara-negara di Eropa.

Sayangnya, orderan dari luar negeri berkurang drastis. Sialnya lagi, permintaan dari pasar dalam negeri ikut-ikutan seret.

“Padahal ini jelang Lebaran. Biasanya masyarakat banyak yang memperbarui perabotan rumahnya supaya baru. Tapi ini kok sedikit sekali yang beli mebel baru,” keluh Rahmad Sutarto, 30, perajin mebel asal Desa Canden, Kecamatan Sambi, Jumat (22/5).

Rahmad hanya bisa berharap pandemi segera usai. Mengingat hampir sebagian besar modal sudah dibelikan bahan baku kayu. Saat bahan baku melimpah, justru minim orderan.

“Bahan baku masih menumpuk di gudang. Toko-toko langganan stok mebelnya juga masih banyak. Belum ada yang tambah barang. Memang kondisinya baru seperti ini. Ya mau gimana lagi?” keluhnya.

Terpisah, UMKM makanan justru bertahan di tengah pandemi. Salah satunya industri tempe di Desa Denggungan, Banyudono. Di sana, terdapat puluhan produsen tempe tradisional berbalut daun jati.

“Biasanya saat Ramdan dan Lebaran, produksi kami tambah. Tapi saat ini tidak. Sebab tingkat konsumsi masyarakat landai,” ucap Rejo, 55, pelaku UMKM tempe.

Wisnu, pelaku UMKM tahu berharap pembatasan keran impor kedelai segera dighentikan. Sebab, mayoritas kedelai masih impor dari Tiongkok.

“Kalau jalur distribusi kedelai dihentikan, kami para pengusaha kecil pasti kelabakan. Mau usaha lain sudah tidak punya modal,” ujar warga Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak tersebut. (wid/fer)

Populer

Berita Terbaru

spot_img