RADARSOLO.ID – Tradisi padusan digelar Pemkab Klaten, yang dipusatkan di Objek Mata Air Cokro (OMAC), Kecamatan Tulung, Selasa (21/3). Tradisi membersihkan diri menjelang ramadan itu kembali digelar usai sebelumnya absen akibat pandemi Covid-19.
Tradisi padusan diawali dengan menggelar kirab 21 kendi sumber mata air yang ada di Kabupaten Klaten. Kendi dibawa oleh perwakilan putri pilihan dari masing-masing kecamatan. Kemudian dilakukan penuangan air kendi untuk disatukan dalam Gentong Nyai Tampung.
Dilanjutkan dengan pemukulan bedug Masjid At Taqwa oleh Bupati Klaten Sri Mulyani, didampingi forkompimda. Dilanjutkan proses siraman kepada Mas dan Mbak Klaten dengan mengambil air dari gentong. Dimulai dari Bupati Klaten Sri Mulyani, Ketua DPRD Klaten Hamenang Wajar Ismoyo dan forkompimda lainnya.
Selanjutnya adalah tradisi udik-udik dengan menyebarkan kue apem yang dikemas plastik serta berisikan uang pecahan Rp 5.000. Para pengunjung Objek Mata Air Cokro pun saling berebut untuk mendapatkan apem dan uang yang disebar tersebut.
“Melalui padusan ini, kami harapkan semua melaksanakan ibadah puasa dalam kondisi suci, baik lahir maupun batin sehingga bisa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sekaligus menjadi media renungan untuk menjadi pribadi yang lebih baik,” ucap Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Pariwisata dan Olahraga (Disbudporapar) Klaten Sri Nugroho, Selasa (21/3)
Lebih lanjut, Sri Nugroho mengungkapkan, tradisi padusan di Objek Mata Air Cokro tersebut sebagai bagian melestarikan budaya. Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman Majapahit pada abad 14 hingga saat ini.
Di sisi lain, kegiatan tradisi padusan itu juga bertujuan tingkatkan perekonomian masyarakat sekitar Objek Mata Air Cokro. Khususnya di sektor pariwisata.
“Kirab 21 kendi yang berisikan sumber mata air ini bahwa Klaten dikenal dengan 1.000 umbul. Angka 21 ini juga menggambarkan kesempurnaan akan datangnya wahyu Illahi. Dalam istilah Jawa dikenal dengan malam selikuran,” ucapnya.
Sementara itu, dalam tradisi udik-udik dengan penyebaran apem menjadi yang pertama kali. Dari sebelumnya hanya berupa uang pecahan saja. Melalui penyebaran apem itu ingin menggambarkan sikap saling memaafkan. Sekaligus bersedakah kepada masyarakat jelang bulan suci Ramadan.
Bupati Klaten Sri Mulyani mengapresiasi tradisi padusan yang digelar untuk menyambut bulan suci Ramadan. Hanya saja yang membedakan, ini digelar H-2 sebelum puasa.
“Memang untuk kegiatan tradisi padusan yang diadakan pemkab tahun ini agak berbeda. Dari sebelumnya dilaksanakan pada H-1, tetapi dimajukan pada H-2. Mengingat pada H-1 bulan suci Ramadan bertepatan dengan Hari Raya Nyepi,” ucapnya.
Mulyani juga mengapresiasi respons masyarakat yang antusias menyambut tradisi padusan kali ini. Terlebih lagi dengan kreasi yang dilakukan disbudporapar sehingga bisa mengenalkan Objek Mata Air Cokro lebih luas.
Salah satu pengunjung yang ikut berebut kue apem dan uang pecahan, Ferdian Bagus Setyawan, 13, mengaku setiap tahunnya memang menjalankan tradisi padusan di Objek Mata Air Cokro. Warga Daleman, Kecamatan Tulung itu mengatakan, padusan bagian dari membersihkan diri memasuki bulan Ramadan.
“ini berebut apem dan dapat uang Rp 30 ribu. Rencananya buat jajan saja. Setiap tahunnya memang datang ke Daleman, Kecamatan Tulung,” pungkasnya. (ren/ria)