SOLO – Mulai hari ini (5/2), perlintasan sebidang Purwosari ditutup total sekaligus awal pembangunan flyover. Pemerintah telah menyediakan shuttle bus bagi penumpang di sekitar Purwosari hingga Sriwedari. Ada sedikit perubahan rute dari rencana awal karena kendala teknis di kawasan proyek.
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surakarta Taufiq Muhammad mengatakan, rute awal yang telah dipetakan sedikit mengalami perubahan lantaran akses di kawasan Purwosari tidak representatif dilintasi armada BST.
“Lebar BST 2,3 meter dan tinggi 3,3 meter. Selama jalur hijaunya belum dibongkar tidak bisa lewat jalur lambat di sana,” papar dia, Selasa (4/2).
Meski pelaksana proyek menyatakan akses 3 meter di jalur lambat itu bisa dilintasi, dishub tak berani ambil risiko. Mengingat sejumlah kanopi pertokoan di sekitar Stasiun Purwosari beberapa masih menjorok ke jalur lambat. “Ketinggian kanopi dari aspal jalan itu 3 meteran, tinggi bus lebih dari itu, pasti tersangkut. Makanya rute shuttle bus diubah dulu sementara,” papar dia.
Awalnya, shuttle bus itu akan melintas dari depan Stasiun Purwosari menuju Sriwedari sebagai pengganti BST koridor 1 dan 2 yang mengalami perubahan rute pasca penutupan perlintasan sebidang kereta api Purwosari. Saat ini butuh penyesuaian agar kebutuhan penumpang di sana bisa terakomodasi dengan baik.
“Jadi rute awal bus melintas dari depan Stasiun Purwosari ke Simpang Empat Purwosari (Sala View) diganti (rute final lihat grafis, Red),” ujarnya.
Kepala Dishub Kota Surakarta Hari Prihatno memastikan rute shuttle bus menyesuaikan kebutuhan. Artinya menyesuikan progress pembangunan Flyover Purwosari. “BST dari timur ada shuttle bus ke barat untuk mengakomodasi penumpang. Intinya menyesuaikan pola pembangunan flyover,” imbuh Kadishub.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.6 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Jateng Alik Mustakim membenarkan bahwa pihaknya membutuhkan waktu untuk membongkar jalur hijau di kawasan itu. “Sesuai informasi dari dinas perhubungan, penumpang di Purwosari memang paling tinggi dari titik lainnya. Makanya disediakan angkut penunjang. Kami perlu waktu untuk membongkar jalur hijaunya, maka sementara dialihkan dulu,” tutur Alik.
Sementara itu, pantauan hari kedua penerapan sistem dua arah Jalan Honggowongso (Simpang Empat Ngapeman-Simpang Empat Pasar Kembang), lalu lintas terpantau krodit. Pertemuan arus kendaraan di simpang tiga Warung Sate Pak Manto jadi pusat kepadatan lantaran nyala lampu traffic light di sekitar terlalu cepat berubah dari hijau ke merah. Pengguna jalan usul jeda traffic light diperpanjang.
Kepadatan ini terjadi karena arus dari arah utara dan selatan Jalan Honggowongso bertemu arus kendaraan dari arah Jalan Kebangkitan (Sriwedari). “Hari kedua ini masih padat. Tapi sudah sedikit lebih tertib dari sebelumnya,” ujar seorang supeltas yang bertugas di titik tersebut, Purwanto, 42.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Surakarta Ari Wibowo mengaku, pihaknya sudah melakukan intervensi traffic light melalui CCRoom Dishub Surakarta. Intervensi dilakukan untuk memecah kepadatan jika ada penumpukan kendaraan terlalu panjang di simpang jalan Ngapeman dan Pasar Kembang. “Kami akui pada saat-saat tertentu memang padat . Tapi sudah dilakukan penyesuaian dengan pengaturan lampu traffic light saat terjadi krodit,” jelas dia. (ves/bun)