SOLO – Pemkot dan Pemprov Jateng sepakat mendorong pemanfatan jamu dan obat herbal untuk dikonsumsi masyarakat. Apalagi potensi produk jamu dan obat herbal di Kota Solo cukup besar.
Sebab itu, Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa sepakat Kota Bengawan didapuk menjadi kota percontohan dalam rangka wellness city dan wellness tourism.
“Penggunaan sumber bahan lokal mengukuhkan Solo sebagai The City Of Java Wellness. Ini menjadi tren wisata selama pandemi maupun pascapandemi,” jelasnya dalam pencanangan jamu, obat herbal terstandarisasi (OHT), fitofarmaka, dan sumber pangan lokal dalam rangka Bulan Pancasila di RSUD Bung Karno, Kamis (9/6).
Pengamatan Teguh, kesadaran masyarakat dalam penggunaan obat berbahan alami meningkat. Itu seiring kian sadarnya kebutuhan untuk hidup sehat.
Berkaca dari hal tersebut, industri ini penting dimaksimalkan. “Kesehatan fisik, mental, spiritual dengan memanfaatkan obat berbahan alami meningkat seiring kebutuhan kesehatan. Potensi obat bahan alami di Indonesia juga melimpah,” terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surakarta Siti Wahyuningsih menilai, kegiatan tersebut dapat menjadi momentum kebangkitan jamu, OHT dan fitofarmaka.
Sebab itu, pemanfaatannya harus mulai digalakkan dengan maksimal. “Diharapkan pula fitofarmaka bisa masuk di fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya dimasukkan di e-katalog, sehingga pemerintah bisa mengolaborasikan obat kimia dengan obat-obatan fitofarmaka,” jelas dia.
Pemprov Jateng turut menyemangati masyarakat memanfaatkan potensi obat berbahan alam, sehingga bisa mengurangi konsumsi obat-obatan kimia. Mengingat sumber daya obat tradisional di Jateng cukup besar.
“Kenapa orang tua zaman dulu jarang ke rumah sakit? Karena mereka cenderung memanfaatkan sumber pengobatan tradisional di sekitar rumah. Ini lebih aman dibandingkan obat kimia,” ungkap Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno. (ves/wa/dam)