RADARSOLO.ID – Tol Trans Jawa diprediksi masih akan jadi jalur favorit untuk arus mudik Lebaran tahun ini. Diproyeksikan sekitar 9,2 juta pengguna akan melintasi jalan tol tersebut. Menekan risiko kemacetan, pemudik diimbau tidak hanya mengandalkan jalan tol. Jalur-jalur alternatif juga bisa dipilih agar tidak terjadi kemacetan panjang di ruas tol.
“Tingginya potensi pergerakan masyarakat di masa mudik tahun ini karena tidak ada pembatasan atau larangan perjalanan kondisi mendekati normal pascapandemi Covid-19,” ujar Djoko Setijowarno, wakil ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI).
Daerah tujuan terbanyak selama arus Lebaran ini adalah Provinsi Jawa Tengah, yakni 32,75 juta orang atau 26,45 persen. Sementara itu, pilihan moda masih didominasi mobil pribadi 27,32 juta orang (22,07 persen) dan sepeda motor 25,13 juta orang (20,30 persen). Jalur utama yang dipilih pengguna mobil dan sepeda motor didominasi Tol Trans Jawa yakni 9,2 juta orang.
“Setelah terhubungnya Tol Trans Jawa pada 2019, penggunaan Tol Trans Jawa masih menjadi pilihan utama selama mudik Lebaran. Masyarakat masih menganggap tol akan melancarkan perjalanan. Alasan kelancaran, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan menjadi pertimbangan masyarakat menggunakan jalan tol,” jelasnya.
Nah, makin banyaknya pemudik memilih jalan tol tentu akan memicu terjadinya kemacetan lalu lintas saat mudik Lebaran. Sementara memilih jalan alternatif harus berhati-hati dengan sepeda motor. Jika malam hari masih ada jalan alternatif yang belum dilengkapi dengan rambu dan lampu penerangan jalan.
“Perjalanan melewati jalan tol atau bebas hambatan tidak selalu lebih lancar. Masyarakat dapat mempertimbangkan penggunaan jalan arteri, seperti Pantura dan Pansel Jawa. Pada arus mudik 2022, penggunaan jalan arteri Pantura Jawa tergolong relatif lebih lancar ketimbang jalan tol,” sambungnya.
Djoko menyebut, pemerintah perlu mengantisipasi peningkatan arus mudik Lebaran tahun ini dengan menambah fasilitas di tempat istirahat atau rest area, seperti toilet. Khusus jumlah toilet untuk perempuan, harus lebih banyak dari jumlah toilet untuk laki-laki. Juga dibangun rest area tambahan di beberapa tempat yang cukup menyediakan toilet.
“Penambahan tempat-tempat istirahat di luar tol yang masih berdekatan dengan pintu tol. Dengan demikian, tidak terjadi pemanfaatan bahu jalan tol untuk beristirahat yang memicu kemacetan. Bahu jalan tol harus bersih dari lalu lintas kendaraan yang tidak diizinkan. Bahu jalan tol digunakan untuk aktivitas darurat,” terangnya.
Djoko mengaku, dirinya menerima informasi dari para pengemudi truk, masih ada kawasan rest area yang kurang aman dan nyaman bagi mereka. Terutama di rest area yang terletak di ruas jalan Tol Jakarta – Merak. Perlengkapan kendaraan bisa hilang, seperti ban.
“Informasi tentang kondisi rest area di jalan tol dapat dengan mudah diketahui pengguna tol. Sehingga pemudik dapat dengan segera mengambil keputusan keluar tol untuk mencari tempat istirahat sebelum melanjutkan perjalanan,” tandasnya. (aya/bun/ria)Â