25.2 C
Surakarta
Thursday, 1 June 2023

PTM di Sragen: Masih Banyak Sekolah Daerah Kecamatan Langgar Prokes

SRAGEN Sejumlah sekolah mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) kemarin (6/9). Semangat para guru dan siswa cukup menggebu-gebu. Sayangnya, banyak laporan pelanggaran protokol kesehatan (prokes) yang diterima Bupati.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan, banyak pelanggaran prokes yang masih ditemui di hari pertama PTM, kemarin. Untuk itu, pihaknya meminta sekolah segera melakukan pembenahan.

”Di beberapa sekolah wilayah perkotaan jauh lebih tertib. Tapi di wilayah kecamatan ada beberapa catatan yang harus diperbaiki. Seperti guru yang abai protokol kesehatan,” tegas bupati.

Bupati menjelaskan, kepatuhan prokes harus dikerjakan hingga PTM selesai. Pihaknya masih menemui seperti saat pagi posisi masker masih benar. Namun menjelang siang, masker sudah di bawah hidung. Soal itu harus dievaluasi dan tidak boleh terulang.

”Pagi semangatnya masih oke, semakin siang jadi tidak tertib,” imbuhnya.

Yuni menegaskan sekolah yang belum benar-benar siap akan dicabut izinnya. Pihaknya masih memberi kesempatan sampai akhir pekan ini. ”Tidak usah dulu kalau belum siap. Karena yang paling berat adalah prilaku,” terangnya.

Salah satu sekolah yang sudah PTM yakni SMP Muhammadiyah 1 Sragen. Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sragen Khusni Priyono menyampaikan, hari pertama PTM bertepatan dengan penilaian tengah semester (PTS).

”Yang masuk hari ini kelas 7 dan 8 untuk melaksanakan PTS berbasis paper, jadi tidak KBM dan kegiatannya hanya PTS,” ungkapnya.

Khusni menambahkan, jumlah siswa per kelas ada 16 siswa, dimulai dari siswa kelas 7 masuk pukul 07.00 dan selesai pukul 10.40. Lantas kloter selanjutnya kelas 8 dan kelas 9. Soal izin orang tua terkait untuk PTM, pihak sekolah menempuh dua cara. Pertama membuat google form untuk meminta izin pada orang tua. Selanjutnya, Jumat (3/9) lalu mendatangkan siswa untuk mengambil form izin PTM dan mengambil nomor untuk PTS.

”Prokes kami ketat, mulai dari siswa masuk ke dalam area sekolah. Kami suruh untuk mencuci tangan lebih dulu baru kita cek suhu dengan thermogun lalu kita beri masker. Dan di area jalan menuju kelas sudah kita cat dan diberi tanda panah untuk jalan para siswa. Supaya siswa saat berjalan menuju kelas tidak berkerumun serta imbauan melalui poster – poster yang kita pasang di area sekolah,” imbuhnya.

Kepala SMA Negeri 3 Sragen Sukarno mengatakan, sekolahnya masih melaksanakan simulasi PTM lebih dulu. Setelah simulasi dievaluasi, baru melakukan PTM terbatas.

”Siswa yang masuk hari ini total 108 siswa, dibagi menjadi 6 kelas setiap kelas diisi maksimal 18 siswa. Standar prokes sangat ketat, dimulai dari gerbang utama sudah ada para guru dan perwakilan dari anggota osis yang bertugas sebagai satgas covid, dan memberikan arahan untuk cek suhu lebih dulu, memakai handsanitazer, dan diberikan masker,” terangnya.

Sukarno menambahkan, simulasi PTM hari pertama ini, baru mengkaji dan mengevaluasi apakah pembelajaran dapat efektif. Jika pembelajaran efektif maka sistem akan tetap dilanjutkan tetapi jika efektivitas dirasa masih kurang, maka kita akan mengkaji  per jenjang atau per blok. (mg4/din/adi/dam)

SRAGEN Sejumlah sekolah mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) kemarin (6/9). Semangat para guru dan siswa cukup menggebu-gebu. Sayangnya, banyak laporan pelanggaran protokol kesehatan (prokes) yang diterima Bupati.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan, banyak pelanggaran prokes yang masih ditemui di hari pertama PTM, kemarin. Untuk itu, pihaknya meminta sekolah segera melakukan pembenahan.

”Di beberapa sekolah wilayah perkotaan jauh lebih tertib. Tapi di wilayah kecamatan ada beberapa catatan yang harus diperbaiki. Seperti guru yang abai protokol kesehatan,” tegas bupati.

Bupati menjelaskan, kepatuhan prokes harus dikerjakan hingga PTM selesai. Pihaknya masih menemui seperti saat pagi posisi masker masih benar. Namun menjelang siang, masker sudah di bawah hidung. Soal itu harus dievaluasi dan tidak boleh terulang.

”Pagi semangatnya masih oke, semakin siang jadi tidak tertib,” imbuhnya.

Yuni menegaskan sekolah yang belum benar-benar siap akan dicabut izinnya. Pihaknya masih memberi kesempatan sampai akhir pekan ini. ”Tidak usah dulu kalau belum siap. Karena yang paling berat adalah prilaku,” terangnya.

Salah satu sekolah yang sudah PTM yakni SMP Muhammadiyah 1 Sragen. Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sragen Khusni Priyono menyampaikan, hari pertama PTM bertepatan dengan penilaian tengah semester (PTS).

”Yang masuk hari ini kelas 7 dan 8 untuk melaksanakan PTS berbasis paper, jadi tidak KBM dan kegiatannya hanya PTS,” ungkapnya.

Khusni menambahkan, jumlah siswa per kelas ada 16 siswa, dimulai dari siswa kelas 7 masuk pukul 07.00 dan selesai pukul 10.40. Lantas kloter selanjutnya kelas 8 dan kelas 9. Soal izin orang tua terkait untuk PTM, pihak sekolah menempuh dua cara. Pertama membuat google form untuk meminta izin pada orang tua. Selanjutnya, Jumat (3/9) lalu mendatangkan siswa untuk mengambil form izin PTM dan mengambil nomor untuk PTS.

”Prokes kami ketat, mulai dari siswa masuk ke dalam area sekolah. Kami suruh untuk mencuci tangan lebih dulu baru kita cek suhu dengan thermogun lalu kita beri masker. Dan di area jalan menuju kelas sudah kita cat dan diberi tanda panah untuk jalan para siswa. Supaya siswa saat berjalan menuju kelas tidak berkerumun serta imbauan melalui poster – poster yang kita pasang di area sekolah,” imbuhnya.

Kepala SMA Negeri 3 Sragen Sukarno mengatakan, sekolahnya masih melaksanakan simulasi PTM lebih dulu. Setelah simulasi dievaluasi, baru melakukan PTM terbatas.

”Siswa yang masuk hari ini total 108 siswa, dibagi menjadi 6 kelas setiap kelas diisi maksimal 18 siswa. Standar prokes sangat ketat, dimulai dari gerbang utama sudah ada para guru dan perwakilan dari anggota osis yang bertugas sebagai satgas covid, dan memberikan arahan untuk cek suhu lebih dulu, memakai handsanitazer, dan diberikan masker,” terangnya.

Sukarno menambahkan, simulasi PTM hari pertama ini, baru mengkaji dan mengevaluasi apakah pembelajaran dapat efektif. Jika pembelajaran efektif maka sistem akan tetap dilanjutkan tetapi jika efektivitas dirasa masih kurang, maka kita akan mengkaji  per jenjang atau per blok. (mg4/din/adi/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img