23.8 C
Surakarta
Tuesday, 30 May 2023

Waspada, Hindari Donor ASI selama Pandemi Covid-19

SUKOHARJO – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukoharjo mengingatkan bahwa aktivitas donor air susu ibu (ASI) bisa berbahaya saat pandemi.

“Jika hygiene dan sanitasinya tidak dijaga, (donor Asi) ya bahaya saat pandemi ini,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukoharjo Yunia Wahdiyati, kemarin.

Jika terpaksa memanfaatkan jasa pendonor ASI, maka harus tahu betul kondisi kesehatan si pendonor. Termasuk kebersihan saat proses memerah ASI, wadahnya, dan penyimpanannya.

“Jadi harus benar-benar dijaga (hygiene) saat memerah. Misalnya pakai masker, cuci tangan, jaga kebersihan. Penerima donor juga harus bisa memastikan bahwa ASI-nya sehat dan pendonornya juga sehat,” terangnya.

Namun, Yunia mengaku belum pernah membaca penelitian yang menyebutkan bahwa ASI bisa menularkan Covid-19 atau tidak. Baik melalui droplets saat memerah atau melalui ibu positif Covid-19. “Tapi, donor ASI saat pandemi bisa jadi berbahaya,” papar Yunia yang juga menjabat kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo itu.

Berdasarkan data, persentase pemberian ASI eksklusif pada 2018 sebesar 75,8 persen. Mengalami sedikit penurunan dibandingkan 2017 yang mencapai 76,76 persen.

Kondisi tersebut disebabkan keterbatasan tenaga konselor laktasi dan tenaga kader motivator ASI yang mampu memberikan pendampingan bagi ibu menyusui di lingkungan posyandu, serta kurangnya dukungan tenaga kesehatan.

“Faktor lainnya keterbatasan anggaran pelatihan manajemen laktasi bagi petugas kesehatan maupun orientasi manajemen laktasi bagi kader motivator ASI. Serta terbatasnya fasilitas ruang laktasi di tempat tempat umum, pabrik, dan perkantoran,” ungkapnya.

Persentase pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan tertinggi yakni di Kecamatan Kartasura sebesar 93,4 persen, sedangkan yang terendah di wilayah Kecamatan Gatak, 34,7 persen.

Masyarakat terus dipacu agar memberikan ASI ekslusif kepada buah hatinya selama enam bulan karena merupakan asupan terbaik bagi bayi dan sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang bayi. (kwl/wa/ria)

SUKOHARJO – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukoharjo mengingatkan bahwa aktivitas donor air susu ibu (ASI) bisa berbahaya saat pandemi.

“Jika hygiene dan sanitasinya tidak dijaga, (donor Asi) ya bahaya saat pandemi ini,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukoharjo Yunia Wahdiyati, kemarin.

Jika terpaksa memanfaatkan jasa pendonor ASI, maka harus tahu betul kondisi kesehatan si pendonor. Termasuk kebersihan saat proses memerah ASI, wadahnya, dan penyimpanannya.

“Jadi harus benar-benar dijaga (hygiene) saat memerah. Misalnya pakai masker, cuci tangan, jaga kebersihan. Penerima donor juga harus bisa memastikan bahwa ASI-nya sehat dan pendonornya juga sehat,” terangnya.

Namun, Yunia mengaku belum pernah membaca penelitian yang menyebutkan bahwa ASI bisa menularkan Covid-19 atau tidak. Baik melalui droplets saat memerah atau melalui ibu positif Covid-19. “Tapi, donor ASI saat pandemi bisa jadi berbahaya,” papar Yunia yang juga menjabat kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo itu.

Berdasarkan data, persentase pemberian ASI eksklusif pada 2018 sebesar 75,8 persen. Mengalami sedikit penurunan dibandingkan 2017 yang mencapai 76,76 persen.

Kondisi tersebut disebabkan keterbatasan tenaga konselor laktasi dan tenaga kader motivator ASI yang mampu memberikan pendampingan bagi ibu menyusui di lingkungan posyandu, serta kurangnya dukungan tenaga kesehatan.

“Faktor lainnya keterbatasan anggaran pelatihan manajemen laktasi bagi petugas kesehatan maupun orientasi manajemen laktasi bagi kader motivator ASI. Serta terbatasnya fasilitas ruang laktasi di tempat tempat umum, pabrik, dan perkantoran,” ungkapnya.

Persentase pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan tertinggi yakni di Kecamatan Kartasura sebesar 93,4 persen, sedangkan yang terendah di wilayah Kecamatan Gatak, 34,7 persen.

Masyarakat terus dipacu agar memberikan ASI ekslusif kepada buah hatinya selama enam bulan karena merupakan asupan terbaik bagi bayi dan sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang bayi. (kwl/wa/ria)

Populer

Berita Terbaru

spot_img