RADARSOLO.ID – Kondisi tanggul Sungai Situri, tepatnya di Desa Grogol, Kecamatan Weru mengkhawatirkan. Tercatat dua titik di tanggul tersebut jebol karena derasnya aliran sungai, Jumat (18/11) pekan lalu. Tak tinggal diam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo mengebut perbaikan tanggul.
Sebagai catatan, tanggul yang jebol tersebut sepanjang 7 meter, lebar 3 meter dan tinggi 2 meter. Sedangkan satu titik lainnya sepanjang 5 meter, lebar 3 meter dan tinggi 2 meter. Sementara ini, perbaikan dilakukan dengan bronjong pasir.
“Mulai diperbaiki sejak Selasa (22/11). Melibatkan 120 personel, gabungan dari BPBD, TNI/Polri, perangkat desa, relawan, warga, dan petani. Termasuk dari personel BBWSBS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo) yang membidangi Sungai Situri,” terang Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo Sri Maryanto, kemarin (24/11).
Sri Maryanto menambahkan, tanggul yang jebol sementara ditambal dengan bronjong pasir dan bambu. “Kami percepat perbaikan, karena harus berpacu dengan hujan. Hari ini (kemarin) penanganan sudah selesai,” imbuhnya.
Rencananya, Sabtu (26/11) mendatang, kembali dilakukan giat penanganan tanggul jebol. Kali ini menyasar tanggul jebol di Sungai Atas Aji. Tepatnya di Desa/Kecamatan Weru. Menurut Sri Maryanto, total kerugian akibat banjir yang melanda Weru, Jumat (18/11), mencapai Rp 2,2 miliar.
Kerugian paling besar dialami SMAN 1 Weru. Sekolah tersebut luluh lantak akibat luapan Sungai Atas Aji. Kerugian materi yang diderita mencapai Rp 1,4 miliar.
“Penghitungan tak hanya ditaksir dari bangunan yang terdampak banjir. Bersih-bersih rumah juga masuk hitungan kerugian materiil, meskipun dilaksanakan mandiri,” ungkap Sri Maryanto.
Sebelumnya, banjir yang menggenangi SMAN 1 Weru berdampak pada jaringan kelistrikan, ruang kelas, meja dan kursi, perpustakaan hingga laboratorium komputer, biologi, kimia, maupun fisika. Termasuk ruang guru, kepala sekolah, tata usaha (TU), hingga ruang musik.
“Laporan sudah masuk (banjir di SMAN 1 Weru). Sudah dikoordinasikan. Insya Allah segera dilakukan rehabilitasi sesuai kebutuhan. Standar pelayanan khusus akan dilakukan untuk penanganan awal,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah Uswatun Hasanah. (kwl/fer/ria)