24.2 C
Surakarta
Monday, 5 June 2023

Waspada Investasi Bodong, ASN Rawan Jadi Korban

RADARSOLO.ID – Bicara soal investasi bodong memang tidak ada habisnya. Siapa pun, dari kalangan mana pun, bisa menjadi korban. Salah satu sasaran empuk investasi bodong adalah aparatur sipil negara (ASN). Kenapa?

ASN diklaim mudah menjadi korban lantaran manajemen keuangan yang buruk. Profesi ASN dianggap pekerjaan yang paling aman. Gaji tetap dan tunjangan pensiun. Sehingga secara finansial, profesi ASN dinilai tenang sampai memasuki hari tua.

”Nah, padahal kebutuhan hidup makin hari akan semakin meningkat. Maka perlu literasi dan edukasi terhadap ASN. Bahwa bukan hanya mengandalkan dana pensiun. Tapi saat masa produktif ini para ASN juga bisa menyusun planning keuangannya dengan baik,” ungkap Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Solo, M. Wira Adibrata kepada Jawa Pos Radar Solo, kemarin.

Dalam menyusun planning keuangan yang baik itu, perlu didampingi pihak-pihak yang bertanggung jawab mengedukasi dengan cara yang benar. Agar para ASN produktif ini terhindar dari godaan benefit yang ditawarkan investasi bodong.

”Iming-iming investasi bodong ini menyasar ke mereka yang memiliki pendapatan tetap. Nah, di kalangan ASN, alasan ini yang membuat investasi bodong cepat menyebar. Bahkan ada juga yang menggunakan tokoh atau sosok ASN yang menjadi kepercayaan bagi ASN lain,” imbuhnya.

Wira menyebut fenomena ini mau tidak mau menuntut para ASN harus well-literad. Terutama soal manajemen keuangan. Mereka memang sudah memahami pentingnya investasi. Tapi tidak banyak yang tahu, cara investasi yang benar dan legal seperti apa.

”Kami berharap para ASN mulai melek terhadap literasi dan edukasi soal manajemen keuangan. Agar mereka paham ke mana menempatkan uangnya dengan tepat. Sehingga planning di masa depan sesuai dengan keinginannya,” jelasnya.

Pertanyaannya, seberapa rentannya para ASN ini terjerat investasi ilegal?

”Sebenarnya bukan ASN saja. Tapi semua kalangan sangat berpotensi untuk menjadi korban investasi bodong. Ketika orang tersebut mudah teriming-imingi dengan keuntungan yang tinggi. Logika berpikirnya akan mulai terganggu. Yang awalnya logika kita sudah menolak dengan tidak yakin atau ragu-ragu bahwa investasi itu ilegal. Tapi karena ada janji yang memberikan potensi keuntungan sangat tinggi, akhirnya logika yang benar bisa terganggu. Alhasil, terpancing ingin mencoba, meskipun diawali dengan nominal yang kecil,” terangnya.

Wira menegaskan korban investasi ilegal adalah mereka yang logika berpikirnya sudah terganggu. Sehingga mudah terpancing masuk jeratan investasi ilegal. Selain itu, biasanya korban investasi ilegal tergiur lantaran orang dekatnya yang justru memberikan penawaran. Ambil contoh, saudara atau teman sendiri.

”Nah, teman atau saudaranya ini membawa testimoni seolah-olah investasi itu benar. Dari testimoni ini cukup meyakinkan korban. Sampai akhirnya terjerat investasi ilegal. Apalagi budaya kita yang tidak enak menolak ajakan teman atau saudara sendiri,” tandasnya. (aya/adi/dam)

RADARSOLO.ID – Bicara soal investasi bodong memang tidak ada habisnya. Siapa pun, dari kalangan mana pun, bisa menjadi korban. Salah satu sasaran empuk investasi bodong adalah aparatur sipil negara (ASN). Kenapa?

ASN diklaim mudah menjadi korban lantaran manajemen keuangan yang buruk. Profesi ASN dianggap pekerjaan yang paling aman. Gaji tetap dan tunjangan pensiun. Sehingga secara finansial, profesi ASN dinilai tenang sampai memasuki hari tua.

”Nah, padahal kebutuhan hidup makin hari akan semakin meningkat. Maka perlu literasi dan edukasi terhadap ASN. Bahwa bukan hanya mengandalkan dana pensiun. Tapi saat masa produktif ini para ASN juga bisa menyusun planning keuangannya dengan baik,” ungkap Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Solo, M. Wira Adibrata kepada Jawa Pos Radar Solo, kemarin.

Dalam menyusun planning keuangan yang baik itu, perlu didampingi pihak-pihak yang bertanggung jawab mengedukasi dengan cara yang benar. Agar para ASN produktif ini terhindar dari godaan benefit yang ditawarkan investasi bodong.

”Iming-iming investasi bodong ini menyasar ke mereka yang memiliki pendapatan tetap. Nah, di kalangan ASN, alasan ini yang membuat investasi bodong cepat menyebar. Bahkan ada juga yang menggunakan tokoh atau sosok ASN yang menjadi kepercayaan bagi ASN lain,” imbuhnya.

Wira menyebut fenomena ini mau tidak mau menuntut para ASN harus well-literad. Terutama soal manajemen keuangan. Mereka memang sudah memahami pentingnya investasi. Tapi tidak banyak yang tahu, cara investasi yang benar dan legal seperti apa.

”Kami berharap para ASN mulai melek terhadap literasi dan edukasi soal manajemen keuangan. Agar mereka paham ke mana menempatkan uangnya dengan tepat. Sehingga planning di masa depan sesuai dengan keinginannya,” jelasnya.

Pertanyaannya, seberapa rentannya para ASN ini terjerat investasi ilegal?

”Sebenarnya bukan ASN saja. Tapi semua kalangan sangat berpotensi untuk menjadi korban investasi bodong. Ketika orang tersebut mudah teriming-imingi dengan keuntungan yang tinggi. Logika berpikirnya akan mulai terganggu. Yang awalnya logika kita sudah menolak dengan tidak yakin atau ragu-ragu bahwa investasi itu ilegal. Tapi karena ada janji yang memberikan potensi keuntungan sangat tinggi, akhirnya logika yang benar bisa terganggu. Alhasil, terpancing ingin mencoba, meskipun diawali dengan nominal yang kecil,” terangnya.

Wira menegaskan korban investasi ilegal adalah mereka yang logika berpikirnya sudah terganggu. Sehingga mudah terpancing masuk jeratan investasi ilegal. Selain itu, biasanya korban investasi ilegal tergiur lantaran orang dekatnya yang justru memberikan penawaran. Ambil contoh, saudara atau teman sendiri.

”Nah, teman atau saudaranya ini membawa testimoni seolah-olah investasi itu benar. Dari testimoni ini cukup meyakinkan korban. Sampai akhirnya terjerat investasi ilegal. Apalagi budaya kita yang tidak enak menolak ajakan teman atau saudara sendiri,” tandasnya. (aya/adi/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img