29.3 C
Surakarta
Saturday, 10 June 2023

Kuat Terapkan GCG, Antarkan BRI Jadi Top 3 Asean Corporate Governance Scored Card

RADARSOLO.ID – Konsisten dan terus meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance di Tanah Air, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil meraih peringkat bergengsi dari Asean Corporate Governance Scored Card atau ACGS untuk perusahaan tercatat dengan memuncaki Top 3 Public Limited Company (PLCs) di Indonesia. Selain itu, BRI juga meraih penghargaan di kategori ASEAN Asset Class PLCs.

Terkait prestasi yang membanggakan tersebut, pada sambutannya saat menerima apresiasi ACGS 2021 di Main Hall Bursa Efek Indonesia (31/01/2023),

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pencapaian tersebut merupakan bentuk komitmen perseroan untuk terus meningkatkan kualitas penerapan GCG. Hal ini juga tak terlepas dari peran dan kontribusi Insan BRILian atau pekerja BRI.

Menurutnya, sebagai BUMN dan juga perusahaan publik yang memiliki multilevel stakeholder, BRI perlu memperkuat GCG untuk mewujudkan perusahaan yang transparan dan akuntabel.

“Dalam hal ini BRI senantiasa berusaha meningkatkan kualitas governance-nya. Adapun implementasi yang telah kami lakukan antara lain memastikan pemenuhan hak dan perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya,” tutur Sunarso saat menerima apresiasi ACGS 2021 di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Selasa (31/1).

BRI pun menciptakan struktur board management yang akuntabel melalui penyusunan Key Performance Indicator (KPI) yang selaras dengan kepentingan seluruh stakeholders. Kemudian penguatan kualitas rapat dan komite di tataran top management agar lebih efektif dan terarah. Serta melakukan penambahan beberapa komite di jajaran direksi, seperti komite produk dan terbaru membentuk komite Environmental, Social and Governance (ESG).

Hasilnya tercermin pada Laporan Keuangan hingga kuartal III 2022 yang menunjukkan kinerja positif. Tercatat total aset BRI Group telah mencapai Rp 1.684,6 triliun dengan kredit yang mencapai Rp 1.111,5 triliun. Dari total portofolio kredit tersebut, sekitar 84,2 persen disalurkan ke segmen UMKM yang memang menjadi concern dan merupakan bisnis inti perseroan.

Torehan kinerja itu merupakan upaya dari realisasi visi BRI menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia & Champion of Financial Inclusion pada 2025 mendatang. Oleh sebab itu, lanjutnya, target penyaluran kredit kepada UMKM oleh BRI minimal 85 persen dari total portofolio pada 2024.

Berkat penerapan GCG yang kuat itu pula, kata Sunarso, masyarakat mempercayakan penyimpanan dananya di BRI, yang mencapai Rp 1.139,8 triliun. Dari total dana pihak ketiga tersebut, 65,4 persen bahkan merupakan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA).

BRI pun mampu mengelola Risk Management yang baik dengan NPL terjaga 3,09 persen dan cadangan yang cukup memadai mencapai 278,8 persen. Sehingga pada periode tersebut BRI membukukan laba Rp 39,3 triliun.

Sejalan dengan dua visi besar BRI tersebut, maka penerapan GCG menjadi salah satu cara bagi perseroan dalam menciptakan value perusahaan yang berkelanjutan bagi seluruh stakeholders. Sehingga BRI akan terus berkomitmen meningkatkan praktik GCG dan mendukung seluruh rencana dan startegi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mewujudkan pasar modal yang kuat dan sehat.

Dalam kesempatan sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Inarno Djajadi mengatakan, dalam peta jalan pasar modal Indonesia 2023-2027 penguatan tata kelola menjadi salah satu enabler yang mendukung visi dan misi pasar modal. OJK memiliki target pengembangan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 15.000 triliun atau sekitar 70 persen terhadap PDB Indonesia pada 2027.

“Oleh karena itu, kapasitas dan kualitas tata kelola khususnya bagi perusahaan tercatat di pasar modal diharapkan mampu memenuhi standar best practice di skala regional maupun internasional. Salah satu standar yang menjadi acuan penilaian tata kelola bagi korporasi di tingkat regional adalah ACGS,” ujar Inarno.

Dalam acara yang sama, Direktur Utama PT BEI Iman Rachman menuturkan, tata kelola perusahaan yang baik, sebagaimana terlihat dari penilaian ACGS 2021 merupakan arahan top management dalam sebuah perusahaan yang membentuk kebijakan internal, disclosure informasi yang komprehensif dan mudah diakses oleh publik.

“ACGS merupakan ajang internasional yang dinantikan oleh perusahaan tercatat di regional Asean. Oleh karena itu, merupakan suatu kebanggaan bagi pasar modal Indonesia melihat pencapaian perusahaan pertama pada Asean Top 20 Public Listed Companya atau PLC,” ujar Iman.

Pihaknya berharap perusahaan tercatat Indonesia ke depan dapat terus menjaga performance serta penerapan GCG. Juga dapat meningkatkan standar tata kelola perusahaan agar perusahaan tercatat lebih kompetitif baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebagai informasi, ACGS merupakan gagasan yang diinisiasi Asean Capital Market Forum (ACMF). ACGS ditujukan untuk memberikan pesan kepada dunia bahwa praktik tata kelola perusahaan yang baik merupakan top prioritas Asean saat ini dengan penetapan standarisasi yang ketat. ACGS pertama kali diluncurkan pada 2011, dan telah berkembang menjadi faktor pendorong untuk reformasi penerapan tata kelola perusahaan tercatat di negara-negara anggota ASEAN.

Penilaian ACGS terhadap 100 perusahaan tercatat Indonesia untuk periode 2021 mengalami peningkatan. Di mana skor rata-rata negara naik sebesar 9,36 persen dari 70,8 pada 2019 menjadi 77,4 pada 2021.

Hasil penilaian ACGS telah digunakan oleh regulator, SRO, investor, fund manager, dan pemangku kepentingan lainnya sebagai salah satu referensi. Saat ini, negara anggota Asean yang berpartisipasi dalam penilaian ACGS selain Indonesia adalah Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. (*/ria)

RADARSOLO.ID – Konsisten dan terus meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance di Tanah Air, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil meraih peringkat bergengsi dari Asean Corporate Governance Scored Card atau ACGS untuk perusahaan tercatat dengan memuncaki Top 3 Public Limited Company (PLCs) di Indonesia. Selain itu, BRI juga meraih penghargaan di kategori ASEAN Asset Class PLCs.

Terkait prestasi yang membanggakan tersebut, pada sambutannya saat menerima apresiasi ACGS 2021 di Main Hall Bursa Efek Indonesia (31/01/2023),

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pencapaian tersebut merupakan bentuk komitmen perseroan untuk terus meningkatkan kualitas penerapan GCG. Hal ini juga tak terlepas dari peran dan kontribusi Insan BRILian atau pekerja BRI.

Menurutnya, sebagai BUMN dan juga perusahaan publik yang memiliki multilevel stakeholder, BRI perlu memperkuat GCG untuk mewujudkan perusahaan yang transparan dan akuntabel.

“Dalam hal ini BRI senantiasa berusaha meningkatkan kualitas governance-nya. Adapun implementasi yang telah kami lakukan antara lain memastikan pemenuhan hak dan perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya,” tutur Sunarso saat menerima apresiasi ACGS 2021 di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Selasa (31/1).

BRI pun menciptakan struktur board management yang akuntabel melalui penyusunan Key Performance Indicator (KPI) yang selaras dengan kepentingan seluruh stakeholders. Kemudian penguatan kualitas rapat dan komite di tataran top management agar lebih efektif dan terarah. Serta melakukan penambahan beberapa komite di jajaran direksi, seperti komite produk dan terbaru membentuk komite Environmental, Social and Governance (ESG).

Hasilnya tercermin pada Laporan Keuangan hingga kuartal III 2022 yang menunjukkan kinerja positif. Tercatat total aset BRI Group telah mencapai Rp 1.684,6 triliun dengan kredit yang mencapai Rp 1.111,5 triliun. Dari total portofolio kredit tersebut, sekitar 84,2 persen disalurkan ke segmen UMKM yang memang menjadi concern dan merupakan bisnis inti perseroan.

Torehan kinerja itu merupakan upaya dari realisasi visi BRI menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia & Champion of Financial Inclusion pada 2025 mendatang. Oleh sebab itu, lanjutnya, target penyaluran kredit kepada UMKM oleh BRI minimal 85 persen dari total portofolio pada 2024.

Berkat penerapan GCG yang kuat itu pula, kata Sunarso, masyarakat mempercayakan penyimpanan dananya di BRI, yang mencapai Rp 1.139,8 triliun. Dari total dana pihak ketiga tersebut, 65,4 persen bahkan merupakan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA).

BRI pun mampu mengelola Risk Management yang baik dengan NPL terjaga 3,09 persen dan cadangan yang cukup memadai mencapai 278,8 persen. Sehingga pada periode tersebut BRI membukukan laba Rp 39,3 triliun.

Sejalan dengan dua visi besar BRI tersebut, maka penerapan GCG menjadi salah satu cara bagi perseroan dalam menciptakan value perusahaan yang berkelanjutan bagi seluruh stakeholders. Sehingga BRI akan terus berkomitmen meningkatkan praktik GCG dan mendukung seluruh rencana dan startegi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mewujudkan pasar modal yang kuat dan sehat.

Dalam kesempatan sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Inarno Djajadi mengatakan, dalam peta jalan pasar modal Indonesia 2023-2027 penguatan tata kelola menjadi salah satu enabler yang mendukung visi dan misi pasar modal. OJK memiliki target pengembangan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 15.000 triliun atau sekitar 70 persen terhadap PDB Indonesia pada 2027.

“Oleh karena itu, kapasitas dan kualitas tata kelola khususnya bagi perusahaan tercatat di pasar modal diharapkan mampu memenuhi standar best practice di skala regional maupun internasional. Salah satu standar yang menjadi acuan penilaian tata kelola bagi korporasi di tingkat regional adalah ACGS,” ujar Inarno.

Dalam acara yang sama, Direktur Utama PT BEI Iman Rachman menuturkan, tata kelola perusahaan yang baik, sebagaimana terlihat dari penilaian ACGS 2021 merupakan arahan top management dalam sebuah perusahaan yang membentuk kebijakan internal, disclosure informasi yang komprehensif dan mudah diakses oleh publik.

“ACGS merupakan ajang internasional yang dinantikan oleh perusahaan tercatat di regional Asean. Oleh karena itu, merupakan suatu kebanggaan bagi pasar modal Indonesia melihat pencapaian perusahaan pertama pada Asean Top 20 Public Listed Companya atau PLC,” ujar Iman.

Pihaknya berharap perusahaan tercatat Indonesia ke depan dapat terus menjaga performance serta penerapan GCG. Juga dapat meningkatkan standar tata kelola perusahaan agar perusahaan tercatat lebih kompetitif baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebagai informasi, ACGS merupakan gagasan yang diinisiasi Asean Capital Market Forum (ACMF). ACGS ditujukan untuk memberikan pesan kepada dunia bahwa praktik tata kelola perusahaan yang baik merupakan top prioritas Asean saat ini dengan penetapan standarisasi yang ketat. ACGS pertama kali diluncurkan pada 2011, dan telah berkembang menjadi faktor pendorong untuk reformasi penerapan tata kelola perusahaan tercatat di negara-negara anggota ASEAN.

Penilaian ACGS terhadap 100 perusahaan tercatat Indonesia untuk periode 2021 mengalami peningkatan. Di mana skor rata-rata negara naik sebesar 9,36 persen dari 70,8 pada 2019 menjadi 77,4 pada 2021.

Hasil penilaian ACGS telah digunakan oleh regulator, SRO, investor, fund manager, dan pemangku kepentingan lainnya sebagai salah satu referensi. Saat ini, negara anggota Asean yang berpartisipasi dalam penilaian ACGS selain Indonesia adalah Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. (*/ria)

Populer

Berita Terbaru

spot_img