30.7 C
Surakarta
Friday, 24 March 2023

Nani Wijaya, Aktris Legendaris yang Sukses Jaga Eksistensi di Berbagai Zaman

RADARSOLO.ID – Aktris legendaris Nani Wijaya meninggal dunia di usia hampir 80 tahun, setelah cukup lama berjuang melawan penyakit stroke yang dideritanya. Dia mengembuskan napas terakhir di RS Fatmawati Jakarta Selatan, Kamis (16/3) sekitar pukul 03.28 WIB.

Meninggalnya istri mendiang sastrawan Ajip Rosidi itu bukan hanya memberikan duka bagi keluarga besar yang ditinggalkan. Melainkan juga menjadi duka mendalam untuk dunia perfilman tanah air. Mengingat dia termasuk aktris yang memiliki kontribusi dalam pembangunan ekosistem perfilman tanah air lewat peran-perannya di banyak judul film atau sinetron.

Dilansir dari JawaPos.com, Nani Wijaya berhasil menjaga eksistensi di dunia perfilman di berbagai zaman dalam tujuh dekade. Dia memulai karir lewat film Darah Tinggi arahan sutradara Lilik Sudjio dan naskahnya ditulis oleh Bachtiar Siagian pada 1960.

Setelah itu, dia bermain di sejumlah judul film. Yaitu di Di Lereng Gunung Kawi, DKN 901, A Sing Sing So, Kami Bangun Hari Esok, Njanjian di Lereng Dieng, Di Balik Tjahaja Gemerlapan, Tikungan Maut, Menjusuri Djedjak Berdarah hingga Djampang Mentjari Naga Hitam pada 968.

Pada dekade 70-an, Nani Wijaya sangat eksis melalui sejumlah judul film, yaitu Honey, Money and Djakarta Fair, Cinta Pertama, Dimadu, Si Doel Anak Betawi, Jangan Biarkan Mereka Lapar, Wulan di Sarang Penculik, Yang Muda, Yang Bercinta, Roda-Roda Gila, Puspa Indah Taman Hati, Darna Ajaib, dan yang lainnya.

Nani Wijaya juga berhasil menjaga eksistensi pada dekade 80-an dengan memperkuat banyak judul film dibintanginya. Beberapa di antaranya adalah Nostalgia di SMA, Melodi Cinta, Roman Picisan, Butir-Butir Cinta Tak Bertepi, Bila Hati Perempuan Menjerit, Bercanda dalam Duka, R.A Kartini, Ranjau-Ranjau Cinta, Serpihan Mutiara Retak, Catatan Si Boy dan sejumlah judul lainnya.

Pada dekade 90-an dan 2000-an, Nani Wijaya tetap eksis di dunia perfilman lewat sejumlah judul film. Misalnya dia memperkuat film Ratapan Anak Tiri III, Perawan Metropolitan, Nada dan Dakwah, Doa yang Mengancam, dan lain-lain.

Sejak dekade 90-an, Nani Wijaya tidak hanya bermain film, tapi juga bermain sinetron seperti Masih Ada Kapal ke Padang, Janjiku, Pintu Hidayah dan lain-lain. Dua judul sinetron yang melejitkan namanya dalam karir di dunia seni peran di usia senja adalah sinetron Bajaj Bajuri dan Tukang Bubur Naik Haji the Series. Dua sinetron tersebut memiliki jumlah episode panjang. (jpg/ria)

RADARSOLO.ID – Aktris legendaris Nani Wijaya meninggal dunia di usia hampir 80 tahun, setelah cukup lama berjuang melawan penyakit stroke yang dideritanya. Dia mengembuskan napas terakhir di RS Fatmawati Jakarta Selatan, Kamis (16/3) sekitar pukul 03.28 WIB.

Meninggalnya istri mendiang sastrawan Ajip Rosidi itu bukan hanya memberikan duka bagi keluarga besar yang ditinggalkan. Melainkan juga menjadi duka mendalam untuk dunia perfilman tanah air. Mengingat dia termasuk aktris yang memiliki kontribusi dalam pembangunan ekosistem perfilman tanah air lewat peran-perannya di banyak judul film atau sinetron.

Dilansir dari JawaPos.com, Nani Wijaya berhasil menjaga eksistensi di dunia perfilman di berbagai zaman dalam tujuh dekade. Dia memulai karir lewat film Darah Tinggi arahan sutradara Lilik Sudjio dan naskahnya ditulis oleh Bachtiar Siagian pada 1960.

Setelah itu, dia bermain di sejumlah judul film. Yaitu di Di Lereng Gunung Kawi, DKN 901, A Sing Sing So, Kami Bangun Hari Esok, Njanjian di Lereng Dieng, Di Balik Tjahaja Gemerlapan, Tikungan Maut, Menjusuri Djedjak Berdarah hingga Djampang Mentjari Naga Hitam pada 968.

Pada dekade 70-an, Nani Wijaya sangat eksis melalui sejumlah judul film, yaitu Honey, Money and Djakarta Fair, Cinta Pertama, Dimadu, Si Doel Anak Betawi, Jangan Biarkan Mereka Lapar, Wulan di Sarang Penculik, Yang Muda, Yang Bercinta, Roda-Roda Gila, Puspa Indah Taman Hati, Darna Ajaib, dan yang lainnya.

Nani Wijaya juga berhasil menjaga eksistensi pada dekade 80-an dengan memperkuat banyak judul film dibintanginya. Beberapa di antaranya adalah Nostalgia di SMA, Melodi Cinta, Roman Picisan, Butir-Butir Cinta Tak Bertepi, Bila Hati Perempuan Menjerit, Bercanda dalam Duka, R.A Kartini, Ranjau-Ranjau Cinta, Serpihan Mutiara Retak, Catatan Si Boy dan sejumlah judul lainnya.

Pada dekade 90-an dan 2000-an, Nani Wijaya tetap eksis di dunia perfilman lewat sejumlah judul film. Misalnya dia memperkuat film Ratapan Anak Tiri III, Perawan Metropolitan, Nada dan Dakwah, Doa yang Mengancam, dan lain-lain.

Sejak dekade 90-an, Nani Wijaya tidak hanya bermain film, tapi juga bermain sinetron seperti Masih Ada Kapal ke Padang, Janjiku, Pintu Hidayah dan lain-lain. Dua judul sinetron yang melejitkan namanya dalam karir di dunia seni peran di usia senja adalah sinetron Bajaj Bajuri dan Tukang Bubur Naik Haji the Series. Dua sinetron tersebut memiliki jumlah episode panjang. (jpg/ria)

Populer

Berita Terbaru

spot_img