32.7 C
Surakarta
Saturday, 3 June 2023

Mudahkan Warga Tes Covid, Pemuda Urunan Beli Alat GeNose

BANYAK masyarakat selama ini hanya menerka-nerka, apakah dia terpapar virus korona atau tidak. Ingin tes secara pribadi harganya mahal. Inilah yang membuat Tri Dewo Putro tergerak menyediakan alat tes virus yang terjangkau masyarakat. Seperti apa?

A CHRISTIAN, Solo, Radar Solo.

Selama ini alat murah yang terjangkau untuk deteksi awal Covid adalah GeNose. Namun, alat ini baru disediakan bagi calon penumpang pesawat atau kereta api dan bus. Nah, berawal dari keprihatinan ini, Tri Dewo Putro.

“Awalnya hanya sekedar obrolan. Saya mikir, selama ini banyak masyarakat yang hanya sekedar menerka-nerka. Ojo-ojo aku wes positif korona. Wah tonggoku positif, terus aku piye?,” ujarnya.

Nah, mereka ini mau tes juga harganya mahal. Terus hasilnya baru bisa dilihat beberapa hari kemudian. Padahal ada karya anak bangsa untuk deteksi dini korona yakni GeNose. Tapi herannya, kenapa tidak semua memiliki.

“Akhirnya saya sama teman-teman patungan untuk membeli alat ini,” imbuh warga Jalan Bromantakan no 22 Kelurahan Punggawan, Kecamatan Banjarsari ini.

Harga barang tersebut lengkap dengan filter dan kantongnya dibanderol dengan harga Rp. 100 juta. Setelah berhasil dibeli, barang tersebut lansung ditempatkan di sebuah ruko di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres.

“Saya tempatkan di sana kebetulan teman saya itu ketua satgas pengendalian Covid-19 kelurahan. Dari pada saya taruh dirumah, lebih baik di sana. Karena akan lebih berfungsi bagi masyarakat,” kata Tri.

Ditambahkan Tri, sejak pertama dibuka tiga pekan silam, setidaknya sudah ada puluhan orang yang datang kelokasi yang diberi nama Omah GeNose itu. Rata-rata yang datang didominasi para mahasiswa yang menempuh pendidikan di Kota Bengawan.

“Mereka mahasiswa yang akan mengikuti kuliah offline. Diminta untuk menunjukkan syarat bebas Covid-19. Karena lihat di medsos ada GeNose di sini, mereka pada datang. Kemudian ada juga masyarakat  yang ingin mengecek apakah mereka terpapar atau tidak,” ujarnya.

Untuk memanfaatkan alat ini, masyarakat ditarik dana sebesar Rp 50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk operasional serta membeli filter dan kantong. Mengingat kantong tersebut hanya bisa digunakan untuk seorang saja.

Layanan ini, lanjut Tri, tak hanya dilakukan di tempat saja. Bisa saja alat ini yang mendatangi masyarakat. “Tapi minimal 20 orang. Kemarin baru satu, dari komunitas gereja. Ke depan yang sudah buat janji dari pesantren, terus kantor swasta, terus perbankan. Ini lagi menunggu jadwalnya,” tuturnya.

Diharapkan dengan adanya alat ini, masyarakat bisa lebih banyak memanfaatkan alat tersebut. “Jadi tidak ada lagi masyarakat yang menerka-nerka. Tidak lagi takut, kalau semisal merasa terpapar bisa datang ke tempar kami,” ujarnya. (*/bun)

BANYAK masyarakat selama ini hanya menerka-nerka, apakah dia terpapar virus korona atau tidak. Ingin tes secara pribadi harganya mahal. Inilah yang membuat Tri Dewo Putro tergerak menyediakan alat tes virus yang terjangkau masyarakat. Seperti apa?

A CHRISTIAN, Solo, Radar Solo.

Selama ini alat murah yang terjangkau untuk deteksi awal Covid adalah GeNose. Namun, alat ini baru disediakan bagi calon penumpang pesawat atau kereta api dan bus. Nah, berawal dari keprihatinan ini, Tri Dewo Putro.

“Awalnya hanya sekedar obrolan. Saya mikir, selama ini banyak masyarakat yang hanya sekedar menerka-nerka. Ojo-ojo aku wes positif korona. Wah tonggoku positif, terus aku piye?,” ujarnya.

Nah, mereka ini mau tes juga harganya mahal. Terus hasilnya baru bisa dilihat beberapa hari kemudian. Padahal ada karya anak bangsa untuk deteksi dini korona yakni GeNose. Tapi herannya, kenapa tidak semua memiliki.

“Akhirnya saya sama teman-teman patungan untuk membeli alat ini,” imbuh warga Jalan Bromantakan no 22 Kelurahan Punggawan, Kecamatan Banjarsari ini.

Harga barang tersebut lengkap dengan filter dan kantongnya dibanderol dengan harga Rp. 100 juta. Setelah berhasil dibeli, barang tersebut lansung ditempatkan di sebuah ruko di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres.

“Saya tempatkan di sana kebetulan teman saya itu ketua satgas pengendalian Covid-19 kelurahan. Dari pada saya taruh dirumah, lebih baik di sana. Karena akan lebih berfungsi bagi masyarakat,” kata Tri.

Ditambahkan Tri, sejak pertama dibuka tiga pekan silam, setidaknya sudah ada puluhan orang yang datang kelokasi yang diberi nama Omah GeNose itu. Rata-rata yang datang didominasi para mahasiswa yang menempuh pendidikan di Kota Bengawan.

“Mereka mahasiswa yang akan mengikuti kuliah offline. Diminta untuk menunjukkan syarat bebas Covid-19. Karena lihat di medsos ada GeNose di sini, mereka pada datang. Kemudian ada juga masyarakat  yang ingin mengecek apakah mereka terpapar atau tidak,” ujarnya.

Untuk memanfaatkan alat ini, masyarakat ditarik dana sebesar Rp 50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk operasional serta membeli filter dan kantong. Mengingat kantong tersebut hanya bisa digunakan untuk seorang saja.

Layanan ini, lanjut Tri, tak hanya dilakukan di tempat saja. Bisa saja alat ini yang mendatangi masyarakat. “Tapi minimal 20 orang. Kemarin baru satu, dari komunitas gereja. Ke depan yang sudah buat janji dari pesantren, terus kantor swasta, terus perbankan. Ini lagi menunggu jadwalnya,” tuturnya.

Diharapkan dengan adanya alat ini, masyarakat bisa lebih banyak memanfaatkan alat tersebut. “Jadi tidak ada lagi masyarakat yang menerka-nerka. Tidak lagi takut, kalau semisal merasa terpapar bisa datang ke tempar kami,” ujarnya. (*/bun)

Populer

Berita Terbaru

spot_img