23.8 C
Surakarta
Tuesday, 30 May 2023

Ubah Image Kampung Pecandu Narkoba Menjadi Kampung Wisata

Di Balik 14 Tahun Kesuksesan Penyelenggaraan Grebek Sudiro

RADARSOLO.ID – Kelurahan Sudiroprajan terus bertranspormasi dalam belasan tahun terakhir. Kerja keras generasi senior dalam merangkul pemuda kini berbuah manis. Image buruk sebagai daerah “hitam” kini mulai memudar berubah menjadi salah satu jujugan wisata.

SILVESTER KURNIAWAN, Solo, Radar Solo

Kelurahan Sudiroprajan dulu tak begitu dikenal oleh masyarakat Kota Bengawan karena pamornya kalah dengan eksistensi Kampung Balong yang terkenal dengan kehidupan yang keras dan lekat dengan aktivitas penyakit masyarakat sejak dekade 80-an. Bahkan Balong sempat disebut sebagai kampung narkoba oleh salah satu intansi negara belasan tahun silam. Tudingan itu memberikan tamparan keras bagi warga setempat hingga akhirnya tumbuh semangat baru untuk merubah image buruk itu menjadi sesuatu yang lebih positif.

“Sudiroprajan kan pernah diklaim sebagai kampung narkoba. Beritanya viral sampai se-Indonesia. Jadi semua orang sudah tahu Kampung Balong itu seperti apa. Berangkat dari sana timbul keresahan di hati warga, ada semangat untuk merubah image buruk itu jadi sesuatu yang lebih positif,” ucap Yanuar Srihartono, ketua Sibat Sudiroprajan yang getol bentengi pemuda dari kegiatan negatif.

Yanuar sempat menapaki kehidupan kelam sebagai seorang pengguna narkoba. Dari pengalaman pribadinya itu dia tak ingin generasi muda Sudiroprajan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Dia bersama warga lain serta tokoh masyarakat setempat lantas mulai berbenah untuk mencari potensi yang ada di kelurahan setempat untuk dipublikasi dengan lebih getol. Tujuannya demi meningkatkan nama baik kampung halaman agar tidak dicap sebagai kawasan zona merah.

“Saya pribadi itu ingin sekali merangkul anak-anak muda. Jadi kami arahkan ke kegiatan positif dan membentengi anak muda agar terhindar dari kegiatan negatif. Mulanya anak-anak muda ini kami arahkan untuk ikut kegiatan skala kecil. Dari sana anak-anak muda ini diarahkan masuk organisasi mulai karangtaruna, pokdarwis, atau lainnya,” terang pria yang juga menjabat sebagai wakil ketua Pokdarwis Kelurahan Sudiroprajan.

Upaya membentengi ngenerasi muda dari hal negatif itu akhirnya membuat para generasi yang lebih senior mulai menjalankan roda regenerasi dalam berbagai kegiatan. Puncaknya dicetuskannya event Grebek Sudiro pada 2007 lalu. Sejak saat itu Kelurahan Sudiroprajan jadi salah satu kelurahan andalan dalam penyelenggaraan event. Terbukti dari event tingkat kelurahan itu telah menjadi agenda kota hingga jadi daya tarik wisata nasional pada 14 tahun kemudian.

Salah satu yang paling menonjol adalah konsep kemajemukan dan semangat plurarisme dan berkebhinekaan di kawasan Kampung Pecinan itu. Kini kolaborasi generasi tua dan muda jadi rotor penggerak suksesnya penyelenggaraan Grebek Sudiro dalam 14 tahun terakhir ini.

“Kebetulan saya anggota termuda di Pokdarwisa Sudiroprajan. Selain ikut membantu memamerkan potensi di kelurahan, tugas saya juga mengajak anak-anak muda agar mau ikut terlibat dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan. Syukur-syukur ke depan ada yang jadi anggota atau pengurus organisasi di kelurahan,” kata Arsatya Putra.

Awal berkegiatan di kelurahan rasanya memang kaku dan sedikit canggung. Lama kelamaan semua itu bisa berjalan dengan baik dan menguatkan sinergitas antara generasi muda dan generasu tua. Tantangan yang dihadapi dalam mengajak anak muda untuk bergabung tentu tidak sedikit. Butuh ketelatenan dan semangat yang sama agar upaya itu bisa berbuah manis.

“Pertama kali memang canggung, lama kelamaan ternyata malah diterima. Kuncinya di komunikasi yang baik dan memiliki semangat yang sama untuk memajukan kamling halaman sendiri,” tutur dia. (*/bun) 

RADARSOLO.ID – Kelurahan Sudiroprajan terus bertranspormasi dalam belasan tahun terakhir. Kerja keras generasi senior dalam merangkul pemuda kini berbuah manis. Image buruk sebagai daerah “hitam” kini mulai memudar berubah menjadi salah satu jujugan wisata.

SILVESTER KURNIAWAN, Solo, Radar Solo

Kelurahan Sudiroprajan dulu tak begitu dikenal oleh masyarakat Kota Bengawan karena pamornya kalah dengan eksistensi Kampung Balong yang terkenal dengan kehidupan yang keras dan lekat dengan aktivitas penyakit masyarakat sejak dekade 80-an. Bahkan Balong sempat disebut sebagai kampung narkoba oleh salah satu intansi negara belasan tahun silam. Tudingan itu memberikan tamparan keras bagi warga setempat hingga akhirnya tumbuh semangat baru untuk merubah image buruk itu menjadi sesuatu yang lebih positif.

“Sudiroprajan kan pernah diklaim sebagai kampung narkoba. Beritanya viral sampai se-Indonesia. Jadi semua orang sudah tahu Kampung Balong itu seperti apa. Berangkat dari sana timbul keresahan di hati warga, ada semangat untuk merubah image buruk itu jadi sesuatu yang lebih positif,” ucap Yanuar Srihartono, ketua Sibat Sudiroprajan yang getol bentengi pemuda dari kegiatan negatif.

Yanuar sempat menapaki kehidupan kelam sebagai seorang pengguna narkoba. Dari pengalaman pribadinya itu dia tak ingin generasi muda Sudiroprajan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Dia bersama warga lain serta tokoh masyarakat setempat lantas mulai berbenah untuk mencari potensi yang ada di kelurahan setempat untuk dipublikasi dengan lebih getol. Tujuannya demi meningkatkan nama baik kampung halaman agar tidak dicap sebagai kawasan zona merah.

“Saya pribadi itu ingin sekali merangkul anak-anak muda. Jadi kami arahkan ke kegiatan positif dan membentengi anak muda agar terhindar dari kegiatan negatif. Mulanya anak-anak muda ini kami arahkan untuk ikut kegiatan skala kecil. Dari sana anak-anak muda ini diarahkan masuk organisasi mulai karangtaruna, pokdarwis, atau lainnya,” terang pria yang juga menjabat sebagai wakil ketua Pokdarwis Kelurahan Sudiroprajan.

Upaya membentengi ngenerasi muda dari hal negatif itu akhirnya membuat para generasi yang lebih senior mulai menjalankan roda regenerasi dalam berbagai kegiatan. Puncaknya dicetuskannya event Grebek Sudiro pada 2007 lalu. Sejak saat itu Kelurahan Sudiroprajan jadi salah satu kelurahan andalan dalam penyelenggaraan event. Terbukti dari event tingkat kelurahan itu telah menjadi agenda kota hingga jadi daya tarik wisata nasional pada 14 tahun kemudian.

Salah satu yang paling menonjol adalah konsep kemajemukan dan semangat plurarisme dan berkebhinekaan di kawasan Kampung Pecinan itu. Kini kolaborasi generasi tua dan muda jadi rotor penggerak suksesnya penyelenggaraan Grebek Sudiro dalam 14 tahun terakhir ini.

“Kebetulan saya anggota termuda di Pokdarwisa Sudiroprajan. Selain ikut membantu memamerkan potensi di kelurahan, tugas saya juga mengajak anak-anak muda agar mau ikut terlibat dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan. Syukur-syukur ke depan ada yang jadi anggota atau pengurus organisasi di kelurahan,” kata Arsatya Putra.

Awal berkegiatan di kelurahan rasanya memang kaku dan sedikit canggung. Lama kelamaan semua itu bisa berjalan dengan baik dan menguatkan sinergitas antara generasi muda dan generasu tua. Tantangan yang dihadapi dalam mengajak anak muda untuk bergabung tentu tidak sedikit. Butuh ketelatenan dan semangat yang sama agar upaya itu bisa berbuah manis.

“Pertama kali memang canggung, lama kelamaan ternyata malah diterima. Kuncinya di komunikasi yang baik dan memiliki semangat yang sama untuk memajukan kamling halaman sendiri,” tutur dia. (*/bun) 

Populer

Berita Terbaru

spot_img