24.2 C
Surakarta
Tuesday, 30 May 2023

Handoko, Penjaga Pintu Air Demangan: Abdikan Diri untuk Masyarakat Sekitar

RADARSOLO.ID – Menjadi penjaga sekaligus petugas kebersihan sebuah pintu air tentu memiliki suka dan dukanya. Hal inilah yang dirasakan oleh Handoko. Seperti ini kisahnya.

GERSON SETYO, Solo, Radar Solo

Jawa Pos Radar Solo ini menapaki langkah menuju ke Pintu Air Demangan. Ada satu sosok yang ingin ditemui. Dia adalah Handoko, penjaga pintu air di lokasi tersebut. Saat ditemui, dia sedang menemani sekelompok keluarga Tionghoa yang sedang menaburkan bunga. Handoko mengatakan bahwa warga Tionghoa yang ingin datang ke lokasi ini untuk menabur bunga pasti menghubunginya untuk ikut diminta memandu.

“Kalau orang tabur bunga itu kira-kira biasanya seminggu ada dua keluarga. Tapi kalau pas musim Covid-19 seperti saat ini sehari bisa lima kali melarung,” ujarnya.

Ya pria yang tahun ini sudah menginjak usia 70 tahun tersebut adalah penjaga sekaligus pembimbing untuk pelarungan abu jenazah di Pintu Air Demangan. Dia masih semangat bekerja untuk merawat serta membersihkan taman Demangan, meskipun usianya yang sudah tak muda lagi.

Dia bercerita pertama kali menginjakkan kakinya di Kampung Sewu pada 1975. Awalnya dia bertugas menjadi petugas kebersihan di kelurahan setempat.

Menjadi penjaga sekaligus petugas kebersihan di pintu air serta Taman Demangan sudah dia jalani selama empat tahun terakhir. Tepatnya sejak 2018. Handoko mengatakan bahwa Persatuan Masyarakat Surakarta (PMS) yang menjadikanya sebagai penjaga di lokasi ini. Dia bertugas untuk menggantikan penjaga sebelumnya yang sakit.

Selain bertugas membersihkan Taman Demangan, dia juga merangkap sebagai petugas kebersihan di kantor kelurahan.

“Kalau pagi jam 5 pagi saya berangkat dari rumah untuk bersih-bersih di kelurahan sampai jam 9.30. Setelah itu saya bersih-bersih disini (pintu air dan taman Demangan). Kalau ada tamu mau melarung saya juga dipanggil untuk memandu,” ujarnya.

Saat ditanyai mengenai peristiwa banjir Solo 2007 silam, Handoko menceritakan bahwa dia juga ikut membantu dalam upaya meredakan, membersihkan, dan menanggulangi banjir saat itu. Dia mengakui sangat senang dengan tugas yang dia terima saat ini.

“Kalau umur segini kan tidak mungkin ikut dengan orang untuk bekerja, jadi saya sangat berterimakasih kepada kelurahan yang memberikan saya pekerjaan ini untuk menghidupi keluarga saya. Selebihnya saya hanya melakukan pengabdian kepada masyarakat. Yang terpenting berguna bagi sesama. Kalau untuk gaji saya tidak komplain,” tuturnya.

Dia berharap bahwa dengan semua usahanya untuk membersihkan serta merawat tempat ini, harapannya kedepannya akan tetap terjaga.  Dia juga sangat senang jika kerja kerasnya bisa bermanfaat bagi banyak orang. (*/nik)

RADARSOLO.ID – Menjadi penjaga sekaligus petugas kebersihan sebuah pintu air tentu memiliki suka dan dukanya. Hal inilah yang dirasakan oleh Handoko. Seperti ini kisahnya.

GERSON SETYO, Solo, Radar Solo

Jawa Pos Radar Solo ini menapaki langkah menuju ke Pintu Air Demangan. Ada satu sosok yang ingin ditemui. Dia adalah Handoko, penjaga pintu air di lokasi tersebut. Saat ditemui, dia sedang menemani sekelompok keluarga Tionghoa yang sedang menaburkan bunga. Handoko mengatakan bahwa warga Tionghoa yang ingin datang ke lokasi ini untuk menabur bunga pasti menghubunginya untuk ikut diminta memandu.

“Kalau orang tabur bunga itu kira-kira biasanya seminggu ada dua keluarga. Tapi kalau pas musim Covid-19 seperti saat ini sehari bisa lima kali melarung,” ujarnya.

Ya pria yang tahun ini sudah menginjak usia 70 tahun tersebut adalah penjaga sekaligus pembimbing untuk pelarungan abu jenazah di Pintu Air Demangan. Dia masih semangat bekerja untuk merawat serta membersihkan taman Demangan, meskipun usianya yang sudah tak muda lagi.

Dia bercerita pertama kali menginjakkan kakinya di Kampung Sewu pada 1975. Awalnya dia bertugas menjadi petugas kebersihan di kelurahan setempat.

Menjadi penjaga sekaligus petugas kebersihan di pintu air serta Taman Demangan sudah dia jalani selama empat tahun terakhir. Tepatnya sejak 2018. Handoko mengatakan bahwa Persatuan Masyarakat Surakarta (PMS) yang menjadikanya sebagai penjaga di lokasi ini. Dia bertugas untuk menggantikan penjaga sebelumnya yang sakit.

Selain bertugas membersihkan Taman Demangan, dia juga merangkap sebagai petugas kebersihan di kantor kelurahan.

“Kalau pagi jam 5 pagi saya berangkat dari rumah untuk bersih-bersih di kelurahan sampai jam 9.30. Setelah itu saya bersih-bersih disini (pintu air dan taman Demangan). Kalau ada tamu mau melarung saya juga dipanggil untuk memandu,” ujarnya.

Saat ditanyai mengenai peristiwa banjir Solo 2007 silam, Handoko menceritakan bahwa dia juga ikut membantu dalam upaya meredakan, membersihkan, dan menanggulangi banjir saat itu. Dia mengakui sangat senang dengan tugas yang dia terima saat ini.

“Kalau umur segini kan tidak mungkin ikut dengan orang untuk bekerja, jadi saya sangat berterimakasih kepada kelurahan yang memberikan saya pekerjaan ini untuk menghidupi keluarga saya. Selebihnya saya hanya melakukan pengabdian kepada masyarakat. Yang terpenting berguna bagi sesama. Kalau untuk gaji saya tidak komplain,” tuturnya.

Dia berharap bahwa dengan semua usahanya untuk membersihkan serta merawat tempat ini, harapannya kedepannya akan tetap terjaga.  Dia juga sangat senang jika kerja kerasnya bisa bermanfaat bagi banyak orang. (*/nik)

Populer

Berita Terbaru

spot_img