RADARSOLO.ID – Jatuh bangun dengan modal terbatas, juga bergelut dengan dinginnya malam. Semua terbalaskan hanya dengan melihat senyuman orang yang menerima nasi bungkus gratis. Generasi muda yang tergabung dalam Komunitas Nabung Jalanan Surakarta ini percaya, selalu ada jalan bagi yang memiliki niat baik.
SEPTIAN REFVINDA, SOLO, Radar Solo
Komunitas Nabung Jalanan Surakarta diinisiasi duo mahasiswa salah satu universitas di Kota Bengawan, Alfian Samudra dan Sunarno. Tepatnya pada 2017. Saat mereka berkendara keliling Kota Solo, melihat banyak tunawisma yang tiduran di emperan toko. Belum lagi pengemis dan lanjut usia (lansia), yang meminta-minta di lampu alat penanda isyarat lalu lintas (APILL).
Sepulang keliling kota, mereka kepikiran untuk meringankan beban orang-orang terpinggirkan tersebut. Esok harinya, mereka menghimpun donasi dari teman-teman terdekat. Setelah uang terkumpul, dibelikan beberapa bungkus nasi, lengkap dengan sayur dan lauk-pauk.
“Trenyuh lihat pengemis yang meminta-minta di jalanan. Dari situ inisiatif membagikan nasi bungkus. Walaupun hanya satu-dua bungkus awalnya,” kata koordinator Komunitas Nabung Jalanan Surakarta Sunarno, Senin (13/3/2023).
Membantu sesama yang membutuhkan tanpa imbalan, tidak semudah membalik telapak tangan. Banyak suka dan duka dialami Sunarno yang asli Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini. Mulai dari keterbatasan sumber daya manusia (SDM), hingga anggaran yang cekak.
“Jatuh-bangun sudah kami rasakan. Pernah tidak ada personel, satu motor boncengan bawa 50 bungkus nasi. Pernah jatuh terpeleset rel kereta api yang licin di Jalan Slamet Riyadi. Itu sering dialami volunter kami saat turun di jalan,” imbuh Sunarno.
Pernah suatu ketika, dana untuk berbagi nasi bungkus menipis. Padahal aksi sosial harus jalan terus. Beruntung ada volunter yang bersedekah. Mentransfer sejumlah uang ke komunitas.
“Waktu itu sudah hampir pasrah karena dananya ngepres. Sering sekali, dan selalu saja ada dana yang masuk. Ini yang membuat kami semangat untuk berbagi,” beber Sunarno.
Selama berbagi, komunitas ini memilih jadwal tiap Kamis malam. Sedangkan sasaran berbagi, biasanya tunawisma di kawasan Pasar Legi, Pasar Gede, Balai Kota, hingga Jalan Slamet Riyadi. Selain itu juga menyasar kawasan Keraton Kasunanan, Pasar Klewer, dan Singosaren.
“Kami menyasar semua kalangan. Ada tukang becak, pengemis, bahkan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Pokoknya semua orang yang membutuhkan,” tandasnya.
Perlahan namun pasti, mulai banyak generasi milenial yang bergabung. Tercatat Komunitas Nabung Jalanan Surakarta sudah memiliki lebih dari 300 anggota. Mayoritas mahasiswa.
“Tiap Kamis malam kami bagikan 200-300 nasi bungkus. Satu kali aksi, yang membagikan ada 20 orang,” ujarnya.
Harapan ke depan, Komunitas Nabung Jalanan Surakarta ini terus menebar “virus” kebaikan. Menjadi inspirasi bagi semua orang untuk saling berbagi dan membantu sesama. Sehingga lebih banyak lagi masyarakat dari berbagai kalangan yang bergabung.
“Meliha senyuman orang-orang yang mendapat nasi bungkus, membuat hati kami bahagia. Doa-doa yang mereka berikan, membuat kami merasa bersyukur. Senyuman dan doa mereka, lebih dari cukup untuk kami. Itu yang paling berharga,” tandasnya. (*/fer)