RADARSOLO.ID – Kesenian butuh ruang untuk mengungkapkan eksprasi. Itulah yang coba dilakukan Sanggar Kang Soer yang bermukim di Dusun Susuhan, Desa Gedaren, Kecamatan Jatinom, Klaten. Menyambut hari jadinya ke-11, sanggar ini menggelar berbagai kesenian. Sekaligus menggandeng puluhan seniman.
Sanggar Kang Soer dikenal intens di berbagai aspek seni. Baik seni lukis, teater atau drama, bahkan musik. Sesuai visi dan misi Sanggar Kang Soer yang berbadan hukum, mereka merasa perlu memberikan ruang kepada kesenian. Terutama kepada para seniman untuk unjuk gigi.
“Karena misi sanggar itu untuk menumbuhkembangkan seni. Baik untuk anak muda maupun seniman yang sudah sepuh,” kata Ketua Sanggar Kang Soer Soeryono, kepada Jawa Pos Radar Solo, Sabtu (18/3/2023).
Di ulang tahun ke-11 yang jatuh pada 30 Maret, serangkaian agenda kesenian digelar. Diawali pameran lukisan Srawung Seniman, 11-19 Maret. Mempertemukan 24 pelukis dari Solo, Ngawi, Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten.
“Jumlah pelukisnya ada 24 seniman. Tapi kami tampilkan 25 karya lukis di pameran. Temanya ada yang aliran abstrak dan realis,” imbuh Soeryono.
Agenda selanjutnya, yakni lomba melukis dan mewarnai. Kemudian ada pentas musik tradisi Laras Madya Retno Laras Wora Wari Jambeyan Karanganom. Berlangsung pada 15 Maret lalu di teras halaman Sanggar Kang Soer. “Ada pentas seni tradisi musik. Namanya laras madya. Jadi syairnya itu berbau sastra,” bebernya.
Kegiatan selanjutnya, yakni teater gurit dongeng Pereng Jatinom. Karya Arsono Wiguno yang digelar pada 17 Maret.
“Pentas dramanya pakai bahasa Jawa. Personelnya sembilan orang. Ini ceritanya tentang tumurunung kebahagyan atau turunnya kebahagiaan. Sederhananya, ceritanya ini dari beberapa geguritan dan dialog. Juga ada unsur seni wayang orang,” papar Soeryono.
Di hari yang sama, ada gelaran keroncong akustik dari USF Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kemudian dua hari berselang atau 19 Maret, ada agenda melukis bersama model.
“Diikuti oleh pelukis-pelukis yang sering ikut pameran ataupun undangan. Modelnya pakai kostum ala zaman Siti Nurbaya,” ujarnya.
Sementara itu, Soeryono menyebut serangkaian agenda kesenian ini merupakan wujud dari apresiasi. Terhadap eksistensi para seniman dari berbagai daerah.
“Kami juga melibatkan para pelajar jenjang SD dampai SMA di Kecamatan Jatinom. Supaya nilai keindahan kesenian, selalu ada dan lestari di tengah masyakarat,” paparnya. (nis/fer/dam)