RADARSOLO.ID – Peninggalan sejarah masa lalu, banyak menyimpan cerita. Salah satunya yang beraroma mistis. Seperti di Candi Sirih, Dusun Kersan, Desa Karanganyar, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Tidak sedikit yang menyebut nama candi setempat sebagai Candi Ayu. Itu karena mitos adanya penunggu berwujud perempuan berparas cantik.
Masyarakat setempat sudah cukup lama mengetahui keberadaan Candi Sirih. Namun, baru sekitar 20 tahun silam, candi ini dilaporkan secara resmi ke pihak terkait. Balai Arkeologi melakukan penelitian kali pertama di tempat ini 2019. Kemudian, pada 2021, dilakukan penelitian kedua selama dua pekan. Lengkap dengan ekskavasi (penggalian) secara terpadu oleh tim arkeolog.
“Banyak yang mengatakan ada penunggu berwujud perempuan cantik dan sering menampakkan diri. Makanya, dulu dinamakan Candi Ayu. Lokasi ini sering digunakan untuk ritual, semedi, sembahyang (sesirih) maka lambat laun masyarakat menamakan Candi Sirih,” ungkap Antonius Bimo “Kokor” Wijanarko, pemerhati budaya di Sukoharjo.
Dijelaskan Kokor, pada waktu-waktu tertentu, ada penampakan sosok seperti ratu, atau putri di halaman candi. Terkadang berjalan di jalanan desa di belakang candi.
“Dari kejadian itu, warga banyak yang percaya, bahwa candi tersebut memang ada sosok gaib yang menjaganya. Masih sering dikunjungi masyarakat di malam-malam tertentu untuk sesirih,” jelas dia.
Saat dilakukan penggalian, didapat beberapa artefak atau benda kuno. Antara lain arca, dari bahan batu maupun logam perunggu, serta batu lingga dan yoni.
Hasil sementara dari tim arkeolog menyimpulkan, Candi Sirih merupakan peninggalan peradaban Hindu Kuno. Untuk saat ini, Candi Sirih merupakan satu-satunya candi yang struktur bangunannya paling lengkap di wilayah Kabupaten Sukoharjo.
Dilihat dari bentuknya, Candi Sirih memiliki candi induk yang menghadap ke arah barat, serta tiga buah candi perwara di depan candi induk. Juga dikelilingi oleh batu sebagai pagar yang dilengkapi talut dan terhubung tangga masuk di halaman pertama.
“Bahan baku candi dari batu putih. Bukan batu andesit seperti Candi Prambanan, atau Candi Borobudur,” terang Kokor.
Ada cerita menarik saat dilakukan penggalian. Tim yang menggali bagian titik halaman, atau tepatnya di samping selatan candi, mencium bau aneh yang sangat menyengat. “Mirip seperti bau mayat. Saya saksikan sendiri itu,” ujarnya.
Adapula, yang menemukan batu-batu emas di halaman candi. Namun, setelah dibawa pulang, semua batu-batu emas tersebut berubah menjadi kerikil biasa dan sebagian lainnya berwujud anak katak. (kwl/wa/dam)