RADARSOLO.ID – Fenomena taaruf online bukan tanpa risiko. Karena itu, penyedia maupun pengguna jasa harus ekstraselektif. Tidak terburu-buru ingin mendapatkan jodoh.
Ketua Yayasan Nur Hidayah Kasori Muhajid yang  pernah membuat gerakan panduan keluarga sakinah ini menuturkan, kenapa taaruf online berisiko, karena proses pengenalan calon pasangan lewat media sosial.
“Mirip seperti kenalan lewat Facebook, Instagram, atau platform lainnya. Bisa bertemu dengan jodoh yang baik, tapi bisa juga malah mendapat jodoh yang kurang baik. Bisa muncul masalah kedepannya. Artinya sekadar mencari keuntungan bahkan melakukan penipuan. Sebab orang yang menyalurkan jodoh itu, bukan orang dekat, bukan orang yang kenal dengan calon pasangan. Kalau ternyata orang baik, ya Alhamdulillah, tapi ternyata kalau orang kurang baik, jatuhnya menjerumuskan tho,” terangnya.
Meski tidak mengetahui pasti cara kerja taaruf online, Kasori menduga sistemnya mirip dengan mencari jodoh via medsos. “Sering dulu, yang datang ke saya sesumbar dapat jodoh dari Pakistan, atau orang kaya, kenalnya di medsos, ternyata ditipu. Sehingga itu saya minta para pencari jodoh lebih berhati-hati,” pesannya.
Lebih lanjut diterangkan Kasori, dalam Islam, yang disebut taaruf adalah proses pengenalan awal calon pasangan, sehingga yang memperkenalkan harus seseorang yang memiliki ikatan dengan kedua calon pasangan.
“Bisa kerabat, saudara atau teman. Sebab orang ini yang menjadi penjamin awal kalau proses pengenalan ini murni untuk menikah. Karena berkeluarga sangat sacral. Menyangkut dua keluarga untuk membangun kebaikan, membangun surga bersama. Kalau awalnya tidak jelas asal usulnya, bisa jadi masalah kedepannya,” tutur dia.
Dalam Islam, juga mengenal istilah bibit, bebet, bobot. Baik segi fisik, kesehatan, pendidikan, hingga kedalaman ilmu agama.
“Mungkin karena ingin cepat (dapat jodoh), sekarang ini saya lihat kebanyakan random saja. Tergesa-gesa mencari pasangan dan ujung-ujunganya. terjebak penipuan,” katanya.
Di dalam proses taaruf, ketika ada kecocokan, calon pasangan akan bertanya kepada masing-masing pihak keluarga. Ketika keluarga besar setuju, maka dapat berlanjut dengan pernikahan.
Diterima atau ditolaknya taaruf, tergantung kesepakatan keluarga calon pasangan. Sehingga proses taaruf ini tak selamanya mengantarkan ke pernikahan.
“Rasul bersabda untuk memilih (pasangan) secara sungguh-sungguh. Namanya ikhtiar zaujah, memilih yang terbaik, dari calon suami atau istri kita. Semua ada proses dan tidak bisa dipaksakan. Berapa lama? Relatif, ada yang cocok cuma butuh waktu dua minggu lalu menikah, ada juga yang sampai tiga bulan,” paparnya. (atn/wa/dam)