RADARSOLO.ID – Meski kerap dianggap kuno, nyatanya masih ada generasi muda yang peduli dengan kelestarian bahasa Jawa. Salah satunya seperti Komunitas Ayo Sinau Jawa Bebarengan (Ojanins) Solo yang digagas para generasi muda di Solo. Komunitas ini lahir untuk membantu masyarakat, terutama generasi muda belajar bahasa Jawa.
SEPTIAN REFVINDA, Solo, Radar Solo
Prihatin dengan generasi muda yang banyak tidak bisa berbahasa Jawa, Tasya Ayu Oktayana bersama sejumlah rekannya di Pascasarjana Pendidikan Bahasa Jawa Universitas Sebelas Maret (UNS) mendirikan komunitas sinau bahasa Jawa Ojanins.
Ojanins banyak diminta untuk mendampingi guru maupun masyarakat umum untuk belajar bahasa Jawa. Bahkan, Tasya bersama teman-temanya pernah diminta untuk mendampingi para calon dokter untuk belajar bahasa Jawa. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu para calon dokter muda agar dapat berbahasa Jawa saat memberikan pelayanan di rumah sakit.
“Para dokter ini kadang sedikit kesulitan berkomunikasi dengan para pasien yang mayoritas menggunakan bahasa Jawa. Maka kami diminta untuk memberikan pendampingan para dokter muda yang ini belajar bahasa Jawa. Dari sini bisa dilihat jika bahasa Jawa itu masih sangat penting untuk dipelajari,” ucapnya.
Tak hanya itu, Ojanins juga sering menggelar kegiatan yang unik dan menarik untuk memikat perhatian generasi muda belajar bahasa Jawa. Menurutnya untuk menembus tembok antara bahasa generasi muda dan bahasa Jawa perlu adanya jembatan di antara keduanya. Bahasa Jawa bisa kembali masuk ke dunia generasi muda dengan cara-cara yang kekinian.
Salah satunya melalui dongeng bahasa Jawa untuk generasi muda kisaran anak-anak PAUD sampai dengan SD. Ada juga lomba-lomba yang berhadiah menarik. Selain itu juga bisa lewat platform digital dan media-media sosial lainnya yang dekat dengan generasi muda.
“Bisa juga lewat merchandise, seperti kaos yang tulisannya dengan bahasa Jawa atau bahkan aksara Jawa. Kami rasa itu akan lebih mudah masuk ke generasi saat ini, untuk tetap menjaga eksistensi bahasa Jawa,” imbuhnya.
Menurut dia, bahasa dan sastra daerah harus dilindungi karena bahasa bukan sekadar sekumpulan kata atau seperangkat kaidah tata bahasa. Yang lebih penting, bahasa merupakan khazanah berbagai refleksi pemikiran dan pengetahuan. Kehilangan bahasa berarti kehilangan daya kreativitas dan keberagaman intelektualitas sebagai realisasi kemanusiaan.
“Sebenarnya banyak orang-orang luar negeri yang justru meneliti bahasa Jawa sebagai objeknya. Tetapi, generasi kita sendiri malah enggan untuk belajar bahasa Jawa, ini justru ironis,” ungkapnya.
Tasya berharap melalui Ojanins, dapat membantu untuk menjaga eksistensi bahasa Jawa. Lewat cara-cara kekinian dan dilakukan oleh langsung oleh para generasi masa kini. Maka Bahasa Jawa akan tetap ada.
“Sebagai generasi muda sebisa mungkin mau menyebarkan ilmunya tentang Bahasa Jawa. Tentunya dengan cara-cara kekinian untuk bisa klop dengan zamannya generasi muda. Supaya wong Jawa aja nganti ilang jawane,” tandasnya. (*/bun)