24.2 C
Surakarta
Monday, 5 June 2023

Komunitas Kinciria Ajak Orang Tua Hidupkan Dongeng untuk Anak: Cairkan Komunikasi Keluarga

Banyak cara bisa dilakukan untuk mendidik anak. Salah satunya melalui dongeng. Namun, saat ini tidak sedikit orang tua atau pendidik sudah lupa cara mendongeng. Padahal, melalui kegiatan ini anak dapat menjadi rileks sehingga pesan moral yang disampaikan lebih mudah terserap.

SEPTIAN REFVINDA, Solo

DONGENG tidak harus disampaikan oleh para pendongeng. Siapa pun juga bisa melakukan ini. Saat ini, banyak orang tua yang tidak menyadari pentingnya mendongeng bagi anak. Dongeng tidak lagi menjadi teman bagi seorang anak. Orang tua di masa kini menggantikan dongeng dengan ponsel pintar yang justru memberikan banyak dampak negatif bagi seorang anak.

Kerasahan tersebut membuat Shafry Yusuf Al Juni bersama rekan-rekannya kembali ingin mendekatkan dongeng dengan anak-anak. Bersama rekan-rekannya di komunitas dongeng Kinciria, dia aktif berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya, dari satu kelurahan ke kelurahan lainnya di Kota Solo untuk mendongeng. Metode penyampaian yang santai dan asyik menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak yang hadir.

“Awalnya memang dari keresahan kami ketika melihat orang tua yang sibuk bekerja sampai tidak ada me time dengan anak-anaknya. Hingga akhirnya, anak-anak hanya main smartphone saja yang jika tidak diawasi bisa berdampak buruk,” tutur Shafry yang masih aktif menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Solo itu.

Tak memiliki latar belakang sebagai pendongeng maupun seorang guru, Shafry belajar mendongeng setelah bertemu dengan teman-temanya di komunitas mendongeng lainnya.

Dia menjadi satu-satunya anggota laki-laki dalam komunitas dongeng Komunitas Kinciria. Shafry merasa tak masalah dan justru lebih nyaman serta mendapat kebahagiaan tersendiri saat mendongeng di depan anak-anak.

“Latar belakang saya itu pendidikan teknik, tapi bukan masalah. Karena saya percaya semua orang bisa menjadi pendongeng asalkan ada kemauan, yang utama saya sangat suka dengan dunia anak-anak,” ungkapnya.

Pendongeng yang biasa dipanggil Kak Shafry ini menekankan, eksistensi kegiatan mendongeng saat ini perlu ditingkatkan lagi. Sebab, kegiatan mendongeng tengah bersaing dengan gadget yang mungkin saja lebih menarik bagi anak-anak. Padahal, di lain sisi mendongeng sebagai sebuah seni tutur adalah salah satu budaya bangsa Indonesia.

“Maka kenapa namanya dongeng Kinciria. Itu sebagai simbol kincir yang direpresentasikan sebagai kincir yang terus berputar dalam hal menyebarkan kebaikan lewat dongeng,” jelasnya.

Shafry menceritakan, dongeng mempunyai banyak manfaat bagi anak. Salah satunya dapat menanamkan akhlak sejak dini kepada anak. Melalui cerita-cerita dongeng yang menyenangkan dan dekat dengan anak. Nilai-nilai akhlak yang ingin diajarkan akan mudah diterima oleh anak. Karena itu, siapa saja sejatinya harus bisa mendongeng, termasuk guru dan orang tua yang mempunyai peran penting dalam mendidik anak bangsa.

“Kami sering juga membaca kajian ilmiah tentang parenting, dan kami temukan bahwa mendongeng itu sangat berdampak pada psikologi anak. Mendongeng dapat merangsang tumbuh kembang anak,” ungkapnya.

Mendongeng sebagai salah satu seni tutur yang bisa dimanfaatkan untuk membentuk karakter anak-anak dengan membangun imajinasi mereka. Menurut dia, imajinasi yang dibangkitkan dongeng bisa memicu daya kreativitas untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Maka mendongeng dinilai penting untuk perkembangan anak dan perlu untuk kembali dihidupkan.

“Apalagi, ini momentumnya sangat baik. Biasanya Ramadan kami sering mendongeng untuk anak-anak sambil ngabuburit menunggu buka puasa. Kami angkat tentang suri tauladan nabi-nabi dan lainnya,” tandasnya. (*/bun)

 






Reporter: Septian Refvinda Argiandini

Banyak cara bisa dilakukan untuk mendidik anak. Salah satunya melalui dongeng. Namun, saat ini tidak sedikit orang tua atau pendidik sudah lupa cara mendongeng. Padahal, melalui kegiatan ini anak dapat menjadi rileks sehingga pesan moral yang disampaikan lebih mudah terserap.

SEPTIAN REFVINDA, Solo

DONGENG tidak harus disampaikan oleh para pendongeng. Siapa pun juga bisa melakukan ini. Saat ini, banyak orang tua yang tidak menyadari pentingnya mendongeng bagi anak. Dongeng tidak lagi menjadi teman bagi seorang anak. Orang tua di masa kini menggantikan dongeng dengan ponsel pintar yang justru memberikan banyak dampak negatif bagi seorang anak.

Kerasahan tersebut membuat Shafry Yusuf Al Juni bersama rekan-rekannya kembali ingin mendekatkan dongeng dengan anak-anak. Bersama rekan-rekannya di komunitas dongeng Kinciria, dia aktif berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya, dari satu kelurahan ke kelurahan lainnya di Kota Solo untuk mendongeng. Metode penyampaian yang santai dan asyik menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak yang hadir.

“Awalnya memang dari keresahan kami ketika melihat orang tua yang sibuk bekerja sampai tidak ada me time dengan anak-anaknya. Hingga akhirnya, anak-anak hanya main smartphone saja yang jika tidak diawasi bisa berdampak buruk,” tutur Shafry yang masih aktif menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Solo itu.

Tak memiliki latar belakang sebagai pendongeng maupun seorang guru, Shafry belajar mendongeng setelah bertemu dengan teman-temanya di komunitas mendongeng lainnya.

Dia menjadi satu-satunya anggota laki-laki dalam komunitas dongeng Komunitas Kinciria. Shafry merasa tak masalah dan justru lebih nyaman serta mendapat kebahagiaan tersendiri saat mendongeng di depan anak-anak.

“Latar belakang saya itu pendidikan teknik, tapi bukan masalah. Karena saya percaya semua orang bisa menjadi pendongeng asalkan ada kemauan, yang utama saya sangat suka dengan dunia anak-anak,” ungkapnya.

Pendongeng yang biasa dipanggil Kak Shafry ini menekankan, eksistensi kegiatan mendongeng saat ini perlu ditingkatkan lagi. Sebab, kegiatan mendongeng tengah bersaing dengan gadget yang mungkin saja lebih menarik bagi anak-anak. Padahal, di lain sisi mendongeng sebagai sebuah seni tutur adalah salah satu budaya bangsa Indonesia.

“Maka kenapa namanya dongeng Kinciria. Itu sebagai simbol kincir yang direpresentasikan sebagai kincir yang terus berputar dalam hal menyebarkan kebaikan lewat dongeng,” jelasnya.

Shafry menceritakan, dongeng mempunyai banyak manfaat bagi anak. Salah satunya dapat menanamkan akhlak sejak dini kepada anak. Melalui cerita-cerita dongeng yang menyenangkan dan dekat dengan anak. Nilai-nilai akhlak yang ingin diajarkan akan mudah diterima oleh anak. Karena itu, siapa saja sejatinya harus bisa mendongeng, termasuk guru dan orang tua yang mempunyai peran penting dalam mendidik anak bangsa.

“Kami sering juga membaca kajian ilmiah tentang parenting, dan kami temukan bahwa mendongeng itu sangat berdampak pada psikologi anak. Mendongeng dapat merangsang tumbuh kembang anak,” ungkapnya.

Mendongeng sebagai salah satu seni tutur yang bisa dimanfaatkan untuk membentuk karakter anak-anak dengan membangun imajinasi mereka. Menurut dia, imajinasi yang dibangkitkan dongeng bisa memicu daya kreativitas untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Maka mendongeng dinilai penting untuk perkembangan anak dan perlu untuk kembali dihidupkan.

“Apalagi, ini momentumnya sangat baik. Biasanya Ramadan kami sering mendongeng untuk anak-anak sambil ngabuburit menunggu buka puasa. Kami angkat tentang suri tauladan nabi-nabi dan lainnya,” tandasnya. (*/bun)

 






Reporter: Septian Refvinda Argiandini

Populer

Berita Terbaru

spot_img