24.2 C
Surakarta
Monday, 5 June 2023

Tumbuhkan Budaya Srawung Anak-Anak lewat Seni Bermain Teater

Sanggar Pasinaon Pelangi Lik Udin Ajarkan Anak saling Menghargai

RADARSOLO.COM – Perkembangan teknologi telah menggerus pergaulan menjadi cenderung ekslusif. Terutama di kalangan generasi muda. Nah, seni bermain teater bisa menjadi sarana menumbuhkan budaya srawung.

SEPTIAN REFVINDA ARGIANDINI, Solo, Radar Solo

Berawal dari keresahan seniman Udin Oepewe atau yang biasa disapa Lik Udin melihat banyak anak-naka zaman sekarang yang berubah menjadi generasi “menunduk”. Asyik dengan dunia gadget. Lik Udin tergerak mencoba mengumpulkan anak-anak untuk berkegiatan bersama. Anak-anak dan pelajar di sekitar rumahnya dikumpulkan dalam wadah Sanggar Pasinaon Pelangi.

Sanggar yang berdiri sejak 2015 dan bertempat di Kampung Pelangi, Mojosongo, Jebres, Kota Solo, itu pada mulanya menjadi tempat belajar mata pelajaran sekolah atau sinau bareng. Sanggar ini telah dilengkapi dengan perpustakaan kecil yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak untuk membaca buku.

“Kami datangkan juga mahasiswa keguruan dari kampus untuk ikut bergabung supaya ada variasi belajarnya,” ucapnya.

Namun, setelah dua tahun berjalan, Lik Udin melihat kejenuhan pada anak-anak. Maka dia berinisiatif untuk mengadakan latihan-latihan seni teater untuk dipentaskan di acara atau momen tertentu. Akhirnya anak-anak tertarik dengan hal itu dan mulai mengikuti latihan secara rutin hingga saat ini.

“Sedikit-dikit coba dialihkan ke latihan teater. Hanya setiap Minggu saja mereka latihan teater. Ternyata mereka merasa lebih enjoy latihan teater bersama,” ucap Lik Udin.

Pernah suatu ketika, tim sanggar pasinaon mendapatkan kesempatan untuk tampil di lomba festival dolanan anak yang diselenggarakan pemerintah daerah. Tak disangka-sangka bakat dari anak-anak tersebut dapat mencuri perhatian juri dan menyabet juara dua.

“Dari situ mereka malah jadi ketagihan untuk bermain teater,” ucapnya.

Baru-baru ini, tim Sanggar Pasinaon Pelangi juga menggelar pementasan teater bertemakan Little Heroes. Meski mengangkat tema-tema kekinian, Lik Udin tidak meninggalkan nilai-nilai budaya tradisional khas masyarakat Jawa.

“Dipadukan itu, meski tokohnya ada Superman dan Batman. Tapi tokoh superhero-superhero Jawa seperti gatot kaca juga kami hadirkan. Jadi nilai-nilai budaya tetap ada,” kata Lik Udin.

Bukan tanpa alasan, Lik Udin mengajak para anak-anak sekitar kampungnya untuk bermain teater. Menurut dia, dengan berlatih teater anak-anak dapat lebih mudah bersosialisasi dan menghilangkan sifat egois. Berlatih teater secara kelompok, juga melatih anak untuk menumbuhkan rasa kepedulian sesama dan rasa tanggung jawab yang besar.

“Berlatih teater itu harus disiplin disini rasa tanggung jawab anak diasah. Teater itu sifatnya kelompok, anak dilatih kerjasama dan menghilangkan rasa indivisula,” tegasnya.

Alumnus Jurusan Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret itu juga menceritakan, anak-anak zaman  sekarang lebih banyak bermain secara individual. Hal itulah yang menyebabkan mereka kurang bersosialisasi dengan teman di sekitar tempat tinggalnya. Generasi saat ini lebih asyik bermain game online daripada harus  bersosialisasi dengan teman lainnya.

“Lathan teater harus ada kerja sama rasa sosial itu harus kembali lagi ditanamkan pada anak sebagai makhluk sosial. Itu yang sangat saya tekankan bawa mahka sosial harus srawung dengan yang lain,” imbuhnya.

Tidak melupakan hak-hak anak, Lik Udin menceritakan saat akan ada pentas, anak-anak akan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sore harinya. Kewajiban belajar tetap ditanamkan pada anak melalui latihan seni teater.

“Tahun ini kami juga akan mengadakan lomba drama anak -anak berbahasa Jawa, dalam rangka Hari Anak Nasional.  Supaya budaya bahasa Jawa ini tetap hidup,” tuturnya. (*/bun) 

RADARSOLO.COM – Perkembangan teknologi telah menggerus pergaulan menjadi cenderung ekslusif. Terutama di kalangan generasi muda. Nah, seni bermain teater bisa menjadi sarana menumbuhkan budaya srawung.

SEPTIAN REFVINDA ARGIANDINI, Solo, Radar Solo

Berawal dari keresahan seniman Udin Oepewe atau yang biasa disapa Lik Udin melihat banyak anak-naka zaman sekarang yang berubah menjadi generasi “menunduk”. Asyik dengan dunia gadget. Lik Udin tergerak mencoba mengumpulkan anak-anak untuk berkegiatan bersama. Anak-anak dan pelajar di sekitar rumahnya dikumpulkan dalam wadah Sanggar Pasinaon Pelangi.

Sanggar yang berdiri sejak 2015 dan bertempat di Kampung Pelangi, Mojosongo, Jebres, Kota Solo, itu pada mulanya menjadi tempat belajar mata pelajaran sekolah atau sinau bareng. Sanggar ini telah dilengkapi dengan perpustakaan kecil yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak untuk membaca buku.

“Kami datangkan juga mahasiswa keguruan dari kampus untuk ikut bergabung supaya ada variasi belajarnya,” ucapnya.

Namun, setelah dua tahun berjalan, Lik Udin melihat kejenuhan pada anak-anak. Maka dia berinisiatif untuk mengadakan latihan-latihan seni teater untuk dipentaskan di acara atau momen tertentu. Akhirnya anak-anak tertarik dengan hal itu dan mulai mengikuti latihan secara rutin hingga saat ini.

“Sedikit-dikit coba dialihkan ke latihan teater. Hanya setiap Minggu saja mereka latihan teater. Ternyata mereka merasa lebih enjoy latihan teater bersama,” ucap Lik Udin.

Pernah suatu ketika, tim sanggar pasinaon mendapatkan kesempatan untuk tampil di lomba festival dolanan anak yang diselenggarakan pemerintah daerah. Tak disangka-sangka bakat dari anak-anak tersebut dapat mencuri perhatian juri dan menyabet juara dua.

“Dari situ mereka malah jadi ketagihan untuk bermain teater,” ucapnya.

Baru-baru ini, tim Sanggar Pasinaon Pelangi juga menggelar pementasan teater bertemakan Little Heroes. Meski mengangkat tema-tema kekinian, Lik Udin tidak meninggalkan nilai-nilai budaya tradisional khas masyarakat Jawa.

“Dipadukan itu, meski tokohnya ada Superman dan Batman. Tapi tokoh superhero-superhero Jawa seperti gatot kaca juga kami hadirkan. Jadi nilai-nilai budaya tetap ada,” kata Lik Udin.

Bukan tanpa alasan, Lik Udin mengajak para anak-anak sekitar kampungnya untuk bermain teater. Menurut dia, dengan berlatih teater anak-anak dapat lebih mudah bersosialisasi dan menghilangkan sifat egois. Berlatih teater secara kelompok, juga melatih anak untuk menumbuhkan rasa kepedulian sesama dan rasa tanggung jawab yang besar.

“Berlatih teater itu harus disiplin disini rasa tanggung jawab anak diasah. Teater itu sifatnya kelompok, anak dilatih kerjasama dan menghilangkan rasa indivisula,” tegasnya.

Alumnus Jurusan Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret itu juga menceritakan, anak-anak zaman  sekarang lebih banyak bermain secara individual. Hal itulah yang menyebabkan mereka kurang bersosialisasi dengan teman di sekitar tempat tinggalnya. Generasi saat ini lebih asyik bermain game online daripada harus  bersosialisasi dengan teman lainnya.

“Lathan teater harus ada kerja sama rasa sosial itu harus kembali lagi ditanamkan pada anak sebagai makhluk sosial. Itu yang sangat saya tekankan bawa mahka sosial harus srawung dengan yang lain,” imbuhnya.

Tidak melupakan hak-hak anak, Lik Udin menceritakan saat akan ada pentas, anak-anak akan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sore harinya. Kewajiban belajar tetap ditanamkan pada anak melalui latihan seni teater.

“Tahun ini kami juga akan mengadakan lomba drama anak -anak berbahasa Jawa, dalam rangka Hari Anak Nasional.  Supaya budaya bahasa Jawa ini tetap hidup,” tuturnya. (*/bun) 

Populer

Berita Terbaru

spot_img