RADARSOLO.ID – Kondisi kesehatan usus mempengaruhi mental health seseorang. Kok bisa? Dokter spesialis gizi ini menjelaskan makanan dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan lama diprosesnya. Minimal proses, sedang, dan ultra proses. Makanan diproses untuk memastikan aman saat dikonsumsi. Namun jika terlalu banyak diproses, otomatis semakin tinggi kandungan gula, garam, tepung, minyak, dan lain sebagainya.
“Nah, makanan yang terlalu banyak diproses ini akan mempengaruhi terhadap kesehatan mental seseorang yang mengonsumsinya. Ada beberapa zat gizi yang perlu diperhatikan, khususnya untuk kesehatan mental,” ungkap Noviani, dokter spesialis gizi asal Kota Jogja saat media gathering Re.juve di Kota Solo, Sabtu (11/3) sore.
Zat gizi tersebut adalah omega tiga, kandungan ini banyak ditemui pada ikan laut. Kemudian, vitamin D yang berfungi untuk mengurangi depresi dan anxietas. Selain itu, vitamin B, terutama pada kacang-kacangan. Sedangkan vitamin B6 dan B12, banyak terkandung di hewani.
“Mineral juga penting. Magnesium. Mineral yang menimbulkan rasa tenang itu adalah kalsium. Juga ada di kacang-kacangan dan sayuran hijau,” sambungnya.
Dokter Noviani juga memberikan perhatian lebih pada coklat. Coklat juga berperan pada kesehatan mental. Tapi bukan coklat sembarangan. Hanya dark chocolate yang paling bagus. Kandungannya lebih dari 70 persen. Sedangkan coklat yang lebih dominan gula atau lemak jenuh, tidak direkomendasikan.
“Jadi tidak hanya bahannya. Tapi komposisi dari makanan itu apa kita sebagai konsumen harus kritis. Sebab makanan kita bisa mempengaruhi kesehatan mental. Semua itu berasal dari kondisi usus kita,” imbuhnya.
Dokter Noviani menegaskan makanan yang terdiri dari sayur dan buah, mengandung serat. Serat itu tidak bisa diserap oleh usus halus. Maka perlu difermentasi di usus besar. Nah, di usus besar, serat akan menjadi prebiotik. Yang akan dimakan oleh bakteri baik probiotik. Bakteri baik ini akan menghasilkan asam lemak rantai pendek.
“Itu sebagai bahan energi dari lapisan usus kita. Jadi kalau lapisan usus kita baik, dia akan menyerap makanan dengan baik juga. Utamanya, hubungannya dengan mental, dia akan memproduksi serotonin. Hormon happy. Memberikan rasa bahagia, tenang, dan memperbaiki kualitas tidur,” jelasnya.
Artinya, lanjut dokter Noviani, dengan makan sayur dan buah, lingkungan usus kita akan baik. Efeknya, 90 persen serotonin yang disebut hormon bahagia ada di dalam usus. Kalau usus kita sehat, mental kita ikut sehat. Begitu juga sebaliknya.
CEO dan Presiden Direktur Re.juve, Richard Anthony menambahkan setiap 20 Maret, dunia merayakan Hari Kebahagiaan Internasional atau disebut dengan International Day of Happiness. Merupakan perayaan tahunan yang bertujuan mengingatkan kembali betapa pentingnya kebahagiaan dalam hidup.
“Sejak awal didirikannya Re,juve pada 2014 sampai sekarang, misi kami tetap sama yaitu membantu masyarakat untuk hidup lebih bahagia #LiveHappier. Melalui pilihan makanan dan minuman yang enak, sehat dan jujur atau #GOODforYou,” pungkasnya. (aya/dam)