24.2 C
Surakarta
Tuesday, 6 June 2023

Cegah Stunting melalui Intervensi Gizi: Kawal dari Janin hingga Usia 2 Tahun

RADARSOLO.ID – Stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak. Penyebab utama stunting, salah satunya adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak.

Selama ini masih banyak yang tidak menyadari bahwa tinggi pendeknya anak bisa menjadi tanda adanya masalah gizi kronis. Untuk bisa mengatasi permasalah tersebut ada beberapa cara.

Menurut dr Patria Bayu Murdi, penanganan stunting bisa dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dari anak sejak di kandungan sampai usia 23 bulan. Dan untuk penanganannya dilakukan dengan stimulasi pengasuhan dan pendidikan berkelanjutan.

Usia 1000 HPK sendiri adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah organ-organ vital di antaranya otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang.

“Periode kritis dalam pembentukan masa emas (golden period) saat pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta organ tubuh anak. Kemudian terjadi malnutrition pada periode ini akibatnya bisa berjangka panjang, dan perubahan yang terjadi pada 1.000 HPK bersifat permanen,” terang Bayu yang juga kepala Puskesmas Tasikmadu ini.

Diungkapkan Bayu, sasaran intervensi spesifik, berfokus pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak hingga usia 6 bulan, serta ibu menyusui dan anak usia 6 bulan hingga 2 tahun.

“Sasaran untuk ibu hamil yakni memberikan makanan tambahan. Kemudian mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat. Selanjutnya mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil dan melindungi ibu hamil dari malaria,” ungkapnya.

Sedangkan untuk kondisi ibu yang menyusui anak usia kurang dari 6 bulan, yakni mendorong inisiasi menyusui dini, mendorong ASI eksklusif, melahirkan di faskes, tablet tambah darah dan imunisasi dasar hingga 6 bulan (BCG, polio, DPT, hepatitis B, Haemophilus, Influenza tipe B.

“Kalau untuk ibu yang menyusui anak lebih dari 6 bulan sampai 2 tahun, yakni mendorong pemberian ASI hingga usia 23 bulan,” ujarnya.

Didampingi oleh pemberian makan pendamping ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, member imunisasi lengkap, dan melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

Untuk merealisasikan sejumlah kegiatan itu, maka upaya konvergensi bisa terwujud apabila program atau kegiatan nasional, daerah, dan desa sebagai penyedia layanan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi sesuai kewenangan. Kemudian layanan dari setiap intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif tersedia dan dapat diakses bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan. Terutama rumah tangga 1.000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan). Dan juga kelompok sasaran prioritas menggunakan dan mendapatkan manfaat dari layanan itu sendiri.

“Konvergensi intervensi ini menyasar pada setiap ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, dan anak usia 0-23 bulan untuk mendapatkan akses layanan atau intervensi yang diperlukan. Demi penanganan stunting secara terintegrasi termasuk dalam aspek perubahan perilaku,” ujar dia. (rud/bun/dam)

RADARSOLO.ID – Stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak. Penyebab utama stunting, salah satunya adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak.

Selama ini masih banyak yang tidak menyadari bahwa tinggi pendeknya anak bisa menjadi tanda adanya masalah gizi kronis. Untuk bisa mengatasi permasalah tersebut ada beberapa cara.

Menurut dr Patria Bayu Murdi, penanganan stunting bisa dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dari anak sejak di kandungan sampai usia 23 bulan. Dan untuk penanganannya dilakukan dengan stimulasi pengasuhan dan pendidikan berkelanjutan.

Usia 1000 HPK sendiri adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah organ-organ vital di antaranya otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang.

“Periode kritis dalam pembentukan masa emas (golden period) saat pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta organ tubuh anak. Kemudian terjadi malnutrition pada periode ini akibatnya bisa berjangka panjang, dan perubahan yang terjadi pada 1.000 HPK bersifat permanen,” terang Bayu yang juga kepala Puskesmas Tasikmadu ini.

Diungkapkan Bayu, sasaran intervensi spesifik, berfokus pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak hingga usia 6 bulan, serta ibu menyusui dan anak usia 6 bulan hingga 2 tahun.

“Sasaran untuk ibu hamil yakni memberikan makanan tambahan. Kemudian mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat. Selanjutnya mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil dan melindungi ibu hamil dari malaria,” ungkapnya.

Sedangkan untuk kondisi ibu yang menyusui anak usia kurang dari 6 bulan, yakni mendorong inisiasi menyusui dini, mendorong ASI eksklusif, melahirkan di faskes, tablet tambah darah dan imunisasi dasar hingga 6 bulan (BCG, polio, DPT, hepatitis B, Haemophilus, Influenza tipe B.

“Kalau untuk ibu yang menyusui anak lebih dari 6 bulan sampai 2 tahun, yakni mendorong pemberian ASI hingga usia 23 bulan,” ujarnya.

Didampingi oleh pemberian makan pendamping ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, member imunisasi lengkap, dan melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

Untuk merealisasikan sejumlah kegiatan itu, maka upaya konvergensi bisa terwujud apabila program atau kegiatan nasional, daerah, dan desa sebagai penyedia layanan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi sesuai kewenangan. Kemudian layanan dari setiap intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif tersedia dan dapat diakses bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan. Terutama rumah tangga 1.000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan). Dan juga kelompok sasaran prioritas menggunakan dan mendapatkan manfaat dari layanan itu sendiri.

“Konvergensi intervensi ini menyasar pada setiap ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, dan anak usia 0-23 bulan untuk mendapatkan akses layanan atau intervensi yang diperlukan. Demi penanganan stunting secara terintegrasi termasuk dalam aspek perubahan perilaku,” ujar dia. (rud/bun/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img