Oleh: Anwar Siswadi, S.Si*)
KARAKTER merupakan gambaran tentang suatu peradaban bangsa dan mampu memengaruhi perkembangan dunia. Pembangunan karakter akan melahirkan orang-orang besar sepanjang sejarah dan mampu memberi kekutan karakter kepribandiannya.
Pembentukan karakter tidak berhenti pada generasi tertentu, melainkan terus dipertahankan pada kurun waktu yang panjang. Pendidikan karakter di sekolah bukan sekadar mendidik benar atau salah. Tetapi mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik, sehingga siswa dapat memahami, merasakan dan mau berperilaku yang baik. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan, perubahan tuntutan dari reformasi pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran.
Metode zikir karakter atau repeat power adalah salah satu cara untuk mencapai sukses dengan menanamkan sebuah pesan positif pada diri anak secara terus menerus tentang apa yang kita raih. Otak membutuhkan suatu provokasi yang dapat memberikan suatu instruksi positif pada diri kita guna melakukan tindakan-tindakan positif yang dapat mengantarkan pada realitas sukses yang diharapkan.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang terkait dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengalaman nyata pada kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Berdasarkan banyak pengalaman di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah. Tanpa menggunakan metode-metode yang membuat anak tidak bosan dalam belajar serta alat peraga yang mendorong anak ingin memahami mata pelajaran itu.
Hal ini tentu saja selain mematikan kreativitas anak, juga menghilangkan unsur belajar bermakna. Berdasarkan hasil belajar mata pelajaran IPS, bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang belum tuntas dari kriteria ketuntasan minimum di atas 50 persen kelas IX SMP PGRI 1 Ngadirojo semester genap tahun pelajaran 2022/2023.
Berdasarkan hasil belajar di atas, penulis selaku guru menerapkan metode Repeat Power dan Contextual Teaching and Learning (CTL) dimana guru mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan menciptakan karakter siswa yang lebih baik dengan melalui penanaman atau pengucapan nilai-nilai positif yang dilakukan setiap kali pembelajaran berlangsung.
Menurut Ngalimun, dkk (2017:230), pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang diawali dengan tanya jawab secara lisan yang bersifat ramah, terbuka dan negosiasi, serta berkorelasi pula dengan dunia nyata peserta didik (daily life modeling), sehingga materi yang disajikan akan terasa manfaatnya, munculnya motivasi belajar peserta didik, pikiran peserta didik menjadi lebih konkret dan diakhiri dengan suasana yang semakin kondusif.
Langkah-langkah metode repeat power yaitu dengan mengucapkan secara berulang-ulang sifat atau nilai positif yang ingin dibangun. Metode ini disebut metode zikir karakter. Dilakukan dengan cara mengulang-ngulang nilai sikap positif sebelum memulai aktivitas (proses belajar mengajar atau sebelum memulai pembelajaran) dengan memprovokasi siswa untuk semangat belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, dan memotivasi dalam belajar.
Adapun tahapan pembelajaran model CTL adalah pertama, guru membuat skenario pembelajaran yang sesuai dengan prosedur CTL, mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan karakteristik CTL, merancang alat evaluasi hasil belajar ataupun evaluasi prosedur proses belajar dan tabel observasi untuk mengetahui karakter siswa.
Tahap kedua, merupakan implementasi dari perencanaan sesuai skenario pembelajaran yang sudah direncanakan. Ketiga, tahap invitasi. Guru menunjukkan gambar-gambar ekonomi kreatif yang memanfaatkan sumber daya alam. Mengajukan pertanyaan dengan menyajikan fenomena-fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah.
Keempat, tahap eksplorasi. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. Guru membagikan LKPD kepada setiap kelompok dan menjelaskan cara mengerjakannya, serta melakukan observasi, membimbing jalannya diskusi  masing-masing kelompok.
Kelima, tahap penjelasan dan solusi. Guru menyuruh setiap kelompok melaporkan setiap hasil diskusinya, guru mengarahkan siswa untuk aktif bertanya, memberikan pendapat, berkomentar dalam diskusi kelas dan mengarahkan siswa untuk mendebat setuju atau tidak setuju terhadap jawaban temannya. Guru memberikan tanggapan dan penguatan kepada setiap kelompok.
Keenam, tahap observasi. Tahapan ini bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dilakukan untuk mengetahui dan mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa, dan suasana kelas. Cara untuk mengumpulkan data tahap observasi tersebut dilakukan menggunakan lembar observasi untuk mencatat semangat belajar, rasa ingin tahu, dan memotivasi dalam belajar setiap kelompok. Ketujuh, tahap refleksi untuk mengetahui hal apa saja yang kurang ataupun tidak dalam pembelajaran.
Setelah diterapkan metode tersebut, ada peningkatan semangat belajar, rasa ingin tahu dan memotivasi siswa dalam belajar sebesar (4,3 persen) dalam kategori sangat baik, (86,9 persen) dalam kategori baik, dan (8,7 persen) dalam kategori cukup. Tidak ada siswa yang pendidikan karakternya dalam kategori tidak baik.
Kesimpulan metode repeat power dan CTL dapat menigkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IX SMP PGRI 1 Ngadirojo.
*) Guru IPS SMP PGRI 1 Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri