RADARSOLO.ID – Krisis pada bidang kesehatan, sosial dan ekonomi pada saat ini yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan konflik di Ukraina dapat dianggap sebagai tantangan maupun kesempatan bagi negara-negara di dunia untuk meningkatkan kerja sama.
“Indonesia mengambil hal itu sebagai kesempatan dengan mengangkatnya sebagai tema utama Presidensi G20 Indonesia, yakni Recover Together, Recover Stronger,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan dengan Menteri Perdagangan dkeran Industri Republik India Piyush Goyal di Los Angeles, setelah Forum Indo Pacific Economic Framework (IPEF) ditutup.
India dan Indonesia secara domestik sedang mengkaji berbagai manfaat dari kerja sama regional IPEF untuk kepentingan kedua negara. Mereka sepakat untuk saling mendukung keterlibatan kedua negara dalam kerja sama regional tersebut.
Pemerintah Indonesia mengimplementasikan kebijakan yang menyeimbangkan aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi untuk mengatasi dampak yang disebabkan pandemi. Perekonomian Indonesia tercatat mampu tumbuh mencapai sebesar 5,01 persen (yoy) pada kuartal pertama 2022 dan 5,44 persen (yoy) pada kuartal kedua 2022. Serta diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4,5 persen – 5,3 persen pada penutupan tahun ini.
“Tren positif ini diikuti dengan pulihnya beberapa indikator ekonomi, seperti konsumsi masyarakat, peningkatan investasi baik PMDN maupun PMA. Termasuk dari sektor eksternal, di mana surplus dalam neraca perdagangan terus berlanjut yang tercatat sebesar USD 7,23 miliar. Pencapaian ini tentu saja berkat kerja sama yang erat antara Indonesia dengan banyak partner country, termasuk India,” jelas Airlangga.
Pemerintah India menyatakan dukungannya atas Presidensi G20 Indonesia, yang puncaknya akan digelar di Bali pada November mendatang.
“Kami memerlukan dukungan agar dapat tercapai hasil konkrit dari KTT G20 di Bali November mendatang, di mana India akan menjadi anggota troika dengan Indonesia setelah KTT tersebut,” ujar Menko Airlangga.
Dalam pertemuan itu, Menteri Piyush mengonfirmasi kehadirannya pada pertemuan KTT G20 November di Bali. Dia mengharapkan dukungan Indonesia dalam berbagai kerja sama ekonomi. Misalnya kelapa sawit, perpajakan, daging, beras, industri otomotif, impor ban dan juga batu bara.
Pemerintah Indonesia tengah menggenjot sejumlah kerja sama bilateral untuk meningkatkan volume perdagangan dan juga mempercepat pemulihan ekonomi. Target hubungan kerja sama Indonesia dengan India volumenya dapat mencapai USD 50 miliar, di mana saat ini volume perdagangan berkisar USD 17 miliar.
Salah satu dukungan yang diharapkan India adalah peningkatan kerja sama ekonomi melalui ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA).
“Kami mengharapkan dukungan Pemerintah Indonesia agar dapat memberikan kebijakan dan insentif yang sesuai untuk mendukung perdagangan produk-produk kedua negara,” ujar Menteri Piyush.
Nilai total perdagangan Indonesia dengan India sekitar USD 21,01 miliar di 2021. Tercatat meningkat 48,48 persen dari 2020 yang sebesar USD 14,15 miliar. Volume perdagangan pada periode Januari hingga Juni 2022 yakni sekitar USD 16,6 miliar atau naik 81 persen dari periode sama tahun lalu.
Pertemuan juga membahas mengenai pengembangan kerja sama di bidang farmasi dengan kemungkinan India membangun manufaktur di Indonesia.
Sebagai tambahan informasi, perusahaan India telah menjalin kerja sama dengan Kalbe Farma sejak 2018. Terkait kerja sama Andaman and Nicobar, Menko Airlangga mendorong realisasi joint task force dengan Pemerintah Provinsi Aceh.
“Kami mengharapkan realisasi dari kerja sama ini gugus tugas gabungan Pemerintah India dan Pemerintah Provinsi Aceh dapat segera menghasilkan berbagai low hanging fruits,” ujar Airlangga.
Menutup pertemuan tersebut, Menko Airlangga menyampaikan rasa terima kasih karena telah diberikan penghargaan Priyadarshni Academy Award, beberapa waktu lalu. Sementara Menteri Piyush mengucapkan terima kasih atas bantuan tabung oksigen ke India pada saat merebaknya varian Delta pada Juli 2021. (ak/rep/fsr)