SEMARANG – Pembinaan dan pelatihan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jawa Tengah (Jateng) menunjukkan hasil gemilang. Jumlah UMKM meningkat drastis, dari puluhan ribu menjadi ratusan ribu pelaku usaha dan telah menyerap banyak tenaga kerja.
Kepala Dinas Koperasi (Dinkop) UKM Jawa Tengah, Ema Rachmawati mengatakan, pelatihan dan pembinaan UMKM terus digenjot. Pelatihan dilakukan menggandeng sejumlah pihak yang sangat berkompeten, di antaranya marketplace.
“Mulai dari pendampingan dan memfasilitasi pemasaran, membantu perlindungan hukum sampai perizinan dan sebagainya, terus kami dampingi,” kata Ema, Kamis (23/6).
Dalam setahun, hampir 4.000 pelaku usaha di Jateng mengikuti pelatihan. Untuk fasilitasi pemasaran secara online, rata-rata diikuti sedikitnya 100 UMKM di tiap pelaksanannya.
Bahkan, kata Ema, pihaknya juga memberikan fasilitasi sertifikat halal. Jumlah UMKM yang mendapat fasilitasi sertifikasi halal ini pun kian meningkat.
“Tadinya cuma 150 orang sekarang 500 orang. Empat tahun ini sudah ribuan yang dapat fasilitasi sertifikasi halal,” ucap dia.
Di samping pelatihan dan pendampingan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo selama masa kepemimpinannya telah menginisiasi sejumlah program untuk membantu perkembangan UMKM. Di antaranya Lapak Ganjar, Hetero Space, maupun inovasi kredit kerakyatan. Bahkan Hetero Space kini menjadi rumah nyaman bagi pelaku UMKM dan startup, memungkinkan keduanya berkolaborasi dalam mengembangkan bisnisnya.
Untuk membantu permodalan, BUMD maupun pihak swasta pun dilibatkan. Salah satunya menginisiasai Kredit Lapak, kredit plafon rendah yang memang dikususkan untuk ibu-ibu pedagang pasar tradisional dan ibu-ibu kreatif rumahan.
Berdasarkan data Dinkop UKM Jateng, pada 2013 tercatat ada 90.339 UMKM binaan Pemprov Jateng. Jumlahnya terus berkembang mencapai 177.256 UMKM binaan pada 2022. UMKM binaan Jateng, kata Ema, didominasi produk makanan dan minuman.
Ema mengatakan, penyerapan tenaga kerja melalui UMKM terbukti efektif. Berdasarkan data dinkop UKM, saat ini serapan tenaga kerja dari UMKM sebanyak 1.320.953 orang. Jumlah ini naik drastis dibanding pada 2013 hanya 480.508 orang.
“Sangat efisien efektif. Satu UMKM saja kan paling tidak punya 2-3 tenaga kerja. Ini kan bagus, jadi ada dampak positif juga untuk pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Nilai aset, kata Ema, pun meningkat. Pada 2013 tercatat, total aset UMKM di Jawa Tengah hanya Rp 9,634 miliar. Sedangkan pada 2022, tercatat total aset mencapai angka Rp 38,719 miliar.
Kemudian, untuk omzet juga meningkat pesat. Pada 2013, omzet UMKM Jateng tercatat Rp 20,355 triliun. Nilai omzet ini meningkat lebih dari 300 persen pada 2022, hingga mencapai Rp 68,387 triliun.
Ema mengatakan, UMKM tetap terus didorong agar naik kelas. Pekerjaan rumah yang masih diperbaiki adalah mentalitas dan perilaku dari pelaku UMKM.
“Karena banyak yang masih sulit untuk mau berkolaborasi. Kedua terkait perilakunya. Jadi pola pikir, mindset dan attitude itu harus berubah,” tegasnya.
Pembinaan terhadap pelaku usaha kecil ini juga diapresiasi ekonom F.X. Sugiarto. Menurut dia, cara ini tepat dalam konteks pengentasan kemiskinan.
“Cara paling tepat tetapi tidak bisa langsung kelihatan hasilnya karena itu proses jangka panjang, itu ya memang UMKM kemudian pertanian,” ujar Sugiarto.
Menurut dia, dengan menciptakan lapangan kerja akan berdampak langsung pada pendapatan. “Dan, UMKM itu menurut saya salah satu cara yang paling strategis, juga di pertanian,” terang dia. (bay/ria)