SOLO – Bank Indonesia (BI) Solo memprediksi kondisi perekonomian di Kota Bengawan sampai akhir tahun nanti nyaris mendekati perekonomian saat sebelum pandemi covid-19.
Memang masih belum bisa menyamai seperti 2019, sebab sektor transportasi belum sepenuhnya pulih. Termasuk penerbangan.
“Artinya sudah mulai menggeliat sekali. Tapi belum sampai ke level sebelum pandemi. Sedikit lagi lah. Solo ini pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari kota lainnya. Daya beli konsumen juga bagus sekali,” ungkap Kepala BI Solo Nugroho Joko Prastowo, kemarin.
Perekonomian di Kota Solo, diklaim Joko pulih lebih cepat dibandingkan kota lainnya. Angkanya selalu melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di posisi 5,44 persen. Kota Solo berhasil mencapai posisi 6 persen. Indikator lainnya, bisa dilihat dari bisnis perhotelan yang selalu tinggi okupansi.
“Itu indikator ekonomi kita sudah pulih. Solo itu normalnya tumbuhnya antara 6-7 persen ketika yang lain 5 persen. Sekarang ketika yang lain secara nasional 5,44 persen. Kita bisa 6 persen. Itu pertanda daya beli konsumsinya sudah pulih,” sambungnya.
Ditunjang dengan berbagai event yang terselenggara di Kota Solo, seperti ASEAN Para Games (APG), konser musik Dream Theater, dan beragam atraksi malam lainnya. Joko menyebut event-event itu jelas banyak memengaruhi perekonomian Kota Solo. Banyak pendatang yang ikut memeriahkan event tersebut. Otomatis membutuhkan penginapan, transportasi, makanan, dan oleh-oleh.
“Nah inilah keuntungan ekonomi Kota Solo. Harapannya, mereka tidak hanya (menginap) semalam. Bisa dua malam atau lebih. Jadi length of stay (LOS) sangat penting. Sebelum pulang ke kota asalnya, jalan-jalan dulu di Solo sambil berbelanja,” imbuhnya.
Pejabat Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo Sistho A. Sreshtho membenarkan hal itu. Berdasarkan catatan, beberapa hotel di Kota Solo berhasil mencapai performa lebih baik selama 2022 dibandingkan sebelum pandemi.
Pihaknya optimistis, jika tidak terjadi kejadian pascapandemi yang berdampak negatif terhadap dunia pariwisata, sampai akhir tahun, hasilnya lebih tinggi daripadai 2019.
“Memang benar tingkat daya beli konsumen sudah kembali pulih. Ditunjukkan dengan tingkat harga rata-rata yang dijual oleh para hotel dan restoran. Harganya bahkan lebih tinggi daripada 2019. Artinya, masih bisa diterima oleh market,” jelasnya.
Sementara itu, setelah event APG dan konser Dream Theater bulan lalu, saat ini okupansi hotel rata-rata di Kota Solo sebesar 65-75 persen. Terjadi penurunan, namun beberapa hotel masih mengandalkan tamu grup untuk mendongkrak okupansi.
“Event besar terdekat nanti pada November ada Muktamar Muhammadiyah. Jadi mungkin akan tinggi lagi okupansinya saat itu. Solo identik dengan hal-hal last minutes. Kami berharap ada event in very last minutes di akhir tahun nanti,” tutur Sistho. (aya/wa)