23.4 C
Surakarta
Sunday, 2 April 2023

JLK Wonogiri yang Dulu Bikin Ganjar Murka: Kini Dukung Ekonomi Warga

WONOGIRI – Masih ingat dengan kejadian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang marah besar saat mengetahui pembangunan Jalan Lingkar Kota (JLK) Wonogiri tidak beres pada 2015 lalu. Setelah ditegur secara keras oleh gubernur, pengawasan pembangunan diperketat. Kini, enam tahun berlalu, ruas jalan sepanjang 15,594 kilometer itu rampung.

Ganjar marah saat meninjau proyek JLK Wonogiri itu di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri. Kemarahannya dipicu karena konstruksi ruas jalan beton yang tidak dilengkapi kerangka sepatu besi. Orang nomor satu di Jawa Tengah itu pun naik pitam. Bahkan memerintahkan sebagian ruas jalan yang telah dicor untuk dibongkar.

Iki maksudku duwite rakyat mas, ngene iki sing marake aku ngamuk ya ngene iki (Ini uangnya rakyat, mas. Ini yang menyebabkan saya marah),” ujar Ganjar pada Sabtu 17 Oktober 2015 lalu.

selain menggunakan anggaran dari APBD Wonogiri ditambah Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU), pembiayaan pembangunan JLK juga berasal dari Bantuan Keuangan Provinsi Jateng.

Proyek JLK Wonogiri menelan anggaran sebesar Rp 116 miliar. Dari anggaran itu, sebanyak 78 persen berasal dari Bankeu Provinsi, atau sebesar Rp 68 miliar. Proyek itu dilaksanakan selama sembilan tahun, mulai 2010 hingga 2019.

Pasca mendapat teguran keras dari Ganjar, Pemkab Wonogiri yang memiliki ruas jalan tersebut mengaku lebih ketat melakukan pengawasan.

“Setelah ada checking dari Pak Ganjar (enam tahun lalu), kita selaku yang punya kegiatan JLK terus meningkatkan sumber daya manusia dalam pengawasan. Kami perketat pengawasannya,” tutur Kepala Dinas Pekerjaan Umum Wonogiri Prihadi Ariyanto, akhir pekan lalu.

Meski telah rampung, Prihadi menyebut pemanfaatan secara maksimal JLK ini masih menunggu beberapa kelengkapan. Di antaranya, pemasangan rambu, markah, dan sebagainya. Namun, saat ini masyarakat sekitar telah memanfaatkannya sebagai jalur antarkecamatan dan desa.

“Ini termasuk jalan kabupaten. Ke depan harapannya bisa mengurangi kepadatan dalam kota. Direncanakan jalur ini mungkin  bisa dilalui untuk kendaraan berat,” ujar dia.

Terpisah, warga Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri Sugeng Mulyono mengaku menjadi saksi saat Gubernur Ganjar Pranowo melakukan inspeksi di JLK Wonogiri itu, enam tahun silam.

“Kami merasakan sendiri (melihat) dulu jalan ini dikomplain Pak Ganjar. Sempat marah karena konstruksi besi kurang memadai. Tapi kini imbasnya dirasakan masyarakat, perekonomian warga sangat naik,” ujar Sugeng.

Dia menyebut, sejak jalan tersebut dibangun, perekonomian di kampungnya berderak. Dia sebagai pedagang pun merasakan imbas positif.

“Ini dirasakan betul. Harga tanah melambung, banyak rumah kontrakan. Adanya JLK ini, tempatnya jadi strategis digunakan usaha,” sebut Sugeng.

Hal itu diamini oleh Kades Singodutan Karsanto. Menurutnya, imbas dari hadirnya JLK Wonogiri sangat positif. Selain mengatrol harga tanah dan menggerakkan perekonomian, jalur tersebut memudahkan akses warganya menuju desa lain.

“Sebelum ada JLK, warga sini kalau mau ke (desa) Pare memutar arah, waktunya agak lama. Dengan ini ya cepat sekali. Warga Pare kalau mau ke Pasar Kricak juga terbantu. Untuk jualan hasil bumi pun lancar,” ungkap Karsanto. (eno/ria)

WONOGIRI – Masih ingat dengan kejadian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang marah besar saat mengetahui pembangunan Jalan Lingkar Kota (JLK) Wonogiri tidak beres pada 2015 lalu. Setelah ditegur secara keras oleh gubernur, pengawasan pembangunan diperketat. Kini, enam tahun berlalu, ruas jalan sepanjang 15,594 kilometer itu rampung.

Ganjar marah saat meninjau proyek JLK Wonogiri itu di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri. Kemarahannya dipicu karena konstruksi ruas jalan beton yang tidak dilengkapi kerangka sepatu besi. Orang nomor satu di Jawa Tengah itu pun naik pitam. Bahkan memerintahkan sebagian ruas jalan yang telah dicor untuk dibongkar.

Iki maksudku duwite rakyat mas, ngene iki sing marake aku ngamuk ya ngene iki (Ini uangnya rakyat, mas. Ini yang menyebabkan saya marah),” ujar Ganjar pada Sabtu 17 Oktober 2015 lalu.

selain menggunakan anggaran dari APBD Wonogiri ditambah Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU), pembiayaan pembangunan JLK juga berasal dari Bantuan Keuangan Provinsi Jateng.

Proyek JLK Wonogiri menelan anggaran sebesar Rp 116 miliar. Dari anggaran itu, sebanyak 78 persen berasal dari Bankeu Provinsi, atau sebesar Rp 68 miliar. Proyek itu dilaksanakan selama sembilan tahun, mulai 2010 hingga 2019.

Pasca mendapat teguran keras dari Ganjar, Pemkab Wonogiri yang memiliki ruas jalan tersebut mengaku lebih ketat melakukan pengawasan.

“Setelah ada checking dari Pak Ganjar (enam tahun lalu), kita selaku yang punya kegiatan JLK terus meningkatkan sumber daya manusia dalam pengawasan. Kami perketat pengawasannya,” tutur Kepala Dinas Pekerjaan Umum Wonogiri Prihadi Ariyanto, akhir pekan lalu.

Meski telah rampung, Prihadi menyebut pemanfaatan secara maksimal JLK ini masih menunggu beberapa kelengkapan. Di antaranya, pemasangan rambu, markah, dan sebagainya. Namun, saat ini masyarakat sekitar telah memanfaatkannya sebagai jalur antarkecamatan dan desa.

“Ini termasuk jalan kabupaten. Ke depan harapannya bisa mengurangi kepadatan dalam kota. Direncanakan jalur ini mungkin  bisa dilalui untuk kendaraan berat,” ujar dia.

Terpisah, warga Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri Sugeng Mulyono mengaku menjadi saksi saat Gubernur Ganjar Pranowo melakukan inspeksi di JLK Wonogiri itu, enam tahun silam.

“Kami merasakan sendiri (melihat) dulu jalan ini dikomplain Pak Ganjar. Sempat marah karena konstruksi besi kurang memadai. Tapi kini imbasnya dirasakan masyarakat, perekonomian warga sangat naik,” ujar Sugeng.

Dia menyebut, sejak jalan tersebut dibangun, perekonomian di kampungnya berderak. Dia sebagai pedagang pun merasakan imbas positif.

“Ini dirasakan betul. Harga tanah melambung, banyak rumah kontrakan. Adanya JLK ini, tempatnya jadi strategis digunakan usaha,” sebut Sugeng.

Hal itu diamini oleh Kades Singodutan Karsanto. Menurutnya, imbas dari hadirnya JLK Wonogiri sangat positif. Selain mengatrol harga tanah dan menggerakkan perekonomian, jalur tersebut memudahkan akses warganya menuju desa lain.

“Sebelum ada JLK, warga sini kalau mau ke (desa) Pare memutar arah, waktunya agak lama. Dengan ini ya cepat sekali. Warga Pare kalau mau ke Pasar Kricak juga terbantu. Untuk jualan hasil bumi pun lancar,” ungkap Karsanto. (eno/ria)

Populer

Berita Terbaru

spot_img