30.7 C
Surakarta
Friday, 24 March 2023

Membangun Group Work Efektif dalam Speaking Muamaroh

Oleh Muamaroh, selaku  Dosen Bahasa Inggris, Direktur Pesma UMS, dan MPK PP Aisyiah

PEBISNIS asal Amerika Serikat Bill Gates pernah menyatakan, bahwa seseorang butuh sebuah tim yang kuat. Karena tim yang biasa-biasa saja, akan memberikan hasil yang biasa-biasa pula. Bahkan seberapa baik tim tersebut dikelola.

Kemampuan berbicara bahasa Inggris yang baik, menjadi salah satu skill yang harus dikuasai di era revolusi industri saat ini. Menjamurnya berbagai lembaga kursus bahasa Inggris, memfasilitasi orang-orang yang ingin mengasah kemampuan berbicaranya. Karena di pendidikan formal, pembelajaran  bahasa Inggris sebatas penguasaan kognitif semata.

Proses pembelajaran  masaih terfokus pada penguasaan grammar saja. Sangat sedikit waktu  bagi siswa untuk praktik berbicara secara langsung dalam bahasa Inggris. Disebabkan  lingkungan belajar tidak mendukung untuk itu.

Selain itu, fokus pembelajaran bahasa Inggris semata-mata untuk mendapatkan nilai ujian akhir yang bagus. Sehingga siswa hanya fokus praktik  mengerjakan soal-soal ujian akhir nasional (UAN). Akibatnya setelah lulus dan masuk perguruan tinggi, kesulitan berbicara bahasa Inggris pada mata kuliah speaking.

Penulis menemukan fakta bahwa, teknik mengajar secara berkelompok sangat membantu siswa untuk praktik berbicara bahasa Inggris. Penelitian yang dilakukan penulis, group work paling ideal terdiri dari 3-4 orang. Lebih ideal lagi secara berpasangan dua orang.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru, ketika menggunakan teknik berpasangan atau group work. Hasil observasi secara lagsung di kelas, ada beberapa strategi agar penggunaan group work bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Dan mahasiswa mau berbicara bahasa Inggris dengan temannya. Semua berawal dari pembentukan kelompok.

Dalam pembentukan kelompok di kelas, guru tidak boleh asal dan acak mengelompokkan. Harus terstruktur dan didesain secara jelas. Supaya tujuan pembelajaran membuat mahasiswa bisa praktik berbicara bahasa Inggris.  Langkah-langkahnya sebagai berikut.

Pertama,  guru atau dosen memberi kebebasan siswa untuk mencari lawan bicara atau anggota kelompok. Tujuannya agar siswa tidak terbebani. Dan siswa cenderung memilih teman-teman yang sudah dikenal dengan dekat. Sehingga mereka nyaman saling bicara dalam bahasa Inggris.

Kedua. pengajar memberikan instruksi untuk pembentukan kelompok. Mereka sudah dipilihkan lawan bicara  atau anggota grup oleh guru atau dosen. Lawan bicara atau anggota grup, dipilih berdasarkan kompetensinya. Artinya memiliki kemampuan berbicara yang levelnya sama.

Anak-anak yang sudah bagus kemampuannya, disatukan dengan yang sudah bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik. Supaya mereka tetap bisa saling berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara nyaman dan nyambung.

Berdasarkan pengalaman penulis, terlihat pada pertemuan kedua ini pembicaraan antaranggota kelompok berjalan smooth dan lancar. Semua aktif, baik kelompok yang kuat dan baik berbicara bahasa Inggris, maupun yang masih kurang.

Ketiga, guru atau dosen kembali memilihkan lawan bicara atau anggota grup. Tetapi kali ini dengan kemampuan berbicara berbeda. Tujuannya untuk melihat, apakah mereka masih bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris di dalam grup atau tidak?

Meskipun sedikit berbeda dengan pertemuan sebelumnya, namun para mahasiswa atau siswa mulai saling membantu satu sama lain. Ketika kelompok yang kurang mampu berbicara Bahasa Inggris karena tidak menguasai kosakata tertentu, maka mahasiswa yang lain mau membantu.

Keempat, guru atau dosen kembali mengacak anggota kelompok dengan yang baru. Supaya siswa atau mahasiswa tetap percaya diri dan nyaman menggunakan bahasa Inggris.

Kelima, siswa atau mahasiswa disarankan membentuk kelompok sendiri. Syaratnya, anggota kelompok tidak boleh sama dengan pertemuan sebelumnya. Ini menarik, agar anggota kelompok bisa berbicara dengan siapa saja. Dengan memilih anggota kelompok dari berbagai orang yang berbeda variasi.

Keenam, siswa atau mahasiswa ketika diminta mencari teman bicara, sudah tidak lagi pilih-pilih. Mereka lebih percaya diri bicara dalam kelompok, dengan anggota yang berbeda-beda. Sehingga kerja sama tim membuat mimpi menjadi nyata (John G. Maxwell). (*)

Oleh Muamaroh, selaku  Dosen Bahasa Inggris, Direktur Pesma UMS, dan MPK PP Aisyiah

PEBISNIS asal Amerika Serikat Bill Gates pernah menyatakan, bahwa seseorang butuh sebuah tim yang kuat. Karena tim yang biasa-biasa saja, akan memberikan hasil yang biasa-biasa pula. Bahkan seberapa baik tim tersebut dikelola.

Kemampuan berbicara bahasa Inggris yang baik, menjadi salah satu skill yang harus dikuasai di era revolusi industri saat ini. Menjamurnya berbagai lembaga kursus bahasa Inggris, memfasilitasi orang-orang yang ingin mengasah kemampuan berbicaranya. Karena di pendidikan formal, pembelajaran  bahasa Inggris sebatas penguasaan kognitif semata.

Proses pembelajaran  masaih terfokus pada penguasaan grammar saja. Sangat sedikit waktu  bagi siswa untuk praktik berbicara secara langsung dalam bahasa Inggris. Disebabkan  lingkungan belajar tidak mendukung untuk itu.

Selain itu, fokus pembelajaran bahasa Inggris semata-mata untuk mendapatkan nilai ujian akhir yang bagus. Sehingga siswa hanya fokus praktik  mengerjakan soal-soal ujian akhir nasional (UAN). Akibatnya setelah lulus dan masuk perguruan tinggi, kesulitan berbicara bahasa Inggris pada mata kuliah speaking.

Penulis menemukan fakta bahwa, teknik mengajar secara berkelompok sangat membantu siswa untuk praktik berbicara bahasa Inggris. Penelitian yang dilakukan penulis, group work paling ideal terdiri dari 3-4 orang. Lebih ideal lagi secara berpasangan dua orang.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru, ketika menggunakan teknik berpasangan atau group work. Hasil observasi secara lagsung di kelas, ada beberapa strategi agar penggunaan group work bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Dan mahasiswa mau berbicara bahasa Inggris dengan temannya. Semua berawal dari pembentukan kelompok.

Dalam pembentukan kelompok di kelas, guru tidak boleh asal dan acak mengelompokkan. Harus terstruktur dan didesain secara jelas. Supaya tujuan pembelajaran membuat mahasiswa bisa praktik berbicara bahasa Inggris.  Langkah-langkahnya sebagai berikut.

Pertama,  guru atau dosen memberi kebebasan siswa untuk mencari lawan bicara atau anggota kelompok. Tujuannya agar siswa tidak terbebani. Dan siswa cenderung memilih teman-teman yang sudah dikenal dengan dekat. Sehingga mereka nyaman saling bicara dalam bahasa Inggris.

Kedua. pengajar memberikan instruksi untuk pembentukan kelompok. Mereka sudah dipilihkan lawan bicara  atau anggota grup oleh guru atau dosen. Lawan bicara atau anggota grup, dipilih berdasarkan kompetensinya. Artinya memiliki kemampuan berbicara yang levelnya sama.

Anak-anak yang sudah bagus kemampuannya, disatukan dengan yang sudah bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik. Supaya mereka tetap bisa saling berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara nyaman dan nyambung.

Berdasarkan pengalaman penulis, terlihat pada pertemuan kedua ini pembicaraan antaranggota kelompok berjalan smooth dan lancar. Semua aktif, baik kelompok yang kuat dan baik berbicara bahasa Inggris, maupun yang masih kurang.

Ketiga, guru atau dosen kembali memilihkan lawan bicara atau anggota grup. Tetapi kali ini dengan kemampuan berbicara berbeda. Tujuannya untuk melihat, apakah mereka masih bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris di dalam grup atau tidak?

Meskipun sedikit berbeda dengan pertemuan sebelumnya, namun para mahasiswa atau siswa mulai saling membantu satu sama lain. Ketika kelompok yang kurang mampu berbicara Bahasa Inggris karena tidak menguasai kosakata tertentu, maka mahasiswa yang lain mau membantu.

Keempat, guru atau dosen kembali mengacak anggota kelompok dengan yang baru. Supaya siswa atau mahasiswa tetap percaya diri dan nyaman menggunakan bahasa Inggris.

Kelima, siswa atau mahasiswa disarankan membentuk kelompok sendiri. Syaratnya, anggota kelompok tidak boleh sama dengan pertemuan sebelumnya. Ini menarik, agar anggota kelompok bisa berbicara dengan siapa saja. Dengan memilih anggota kelompok dari berbagai orang yang berbeda variasi.

Keenam, siswa atau mahasiswa ketika diminta mencari teman bicara, sudah tidak lagi pilih-pilih. Mereka lebih percaya diri bicara dalam kelompok, dengan anggota yang berbeda-beda. Sehingga kerja sama tim membuat mimpi menjadi nyata (John G. Maxwell). (*)

Populer

Berita Terbaru

spot_img