24.2 C
Surakarta
Monday, 5 June 2023

SMPN 21 Surakarta, Antisipasi Kekerasan Seksual lewat Seminar

RADARSOLO.ID – Ada tiga dosa besar pada dunia pendidikan yang serius disoroti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Yakni, intoleransi, bullying, dan kekerasan seksual. Kendati ketiganya penting dibahas, namun kekerasan seksual cukup patut menjadi perhatian utama untuk seluruh kalangan. Imej tabu mempelajari sex education wajib dihapus. Itulah yang tengah digencarkan oleh SMPN 21 Surakarta.

“Kami ingin melakukan aksi khususnya pada pencegahan kekerasan seksual di kalangan pelajar. Karena kami menilai kasus kekerasan seksual terjadi mayoritas disebabkan ketidaktahuan risiko oleh para siswa,” ungkap Kepala SMPN 21 Surakarta Mulyono kepada Jawa Pos Radar Solo, di sela-sela kegiatan seminar kesehatan reproduksi dan sex education di sekolah setempat, Jumat (17/3/2023).

Berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS), acara ini diikuti seluruh siswa kelas IX di sekolah setempat. Harapannya, para siswa memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Termasuk cara tepat berinteraksi dengan sesama siswa lawan jenis. Tujuannya, agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi para siswa.

“Di SMPN 21 Surakarta, kami mempunyai beberapa program sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual. Selain kegiatan seminar, juga lewat pembinaan wali kelas. Tiap Rabu pekan kelima, wali kelas memberikan materi soal kekerasan seksual. Sekaligus memantau para siswa yang terindikasi melakukan kekerasan seksual,” jelasnya.

Jika ada temuan siswa berpotensi melakukan kekerasan seksual, lanjut kepsek, siswa tersebut bakal dilakukan konseling oleh guru bimbingan konseling. Menurutnya, pemberian materi soal kekerasan seksual di kalangan siswa SMP sangat urgent. Sebab, anak di usia tersebut adalah peralihan dari anak-anak menuju remaja.

“Sehingga memerlukan banyak pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan lain sebagainya. Ini agar bisa terhindar dari tindakan yang mengarah kekerasan seksual. Terlebih saat ini akses media sosial sangatlah mudah,” bebernya.

Kepsek menyebut antusiasme para siswa sangat tinggi dalam edukasi ini. Meskipun dia mengakui, para siswa juga masih menganggap tabu informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi.

“Maka kami bekerja sama dengan tim dari Fakultas Kedokteran UNS yang berkompeten di bidangnya. Agar materi yang disampaikan tepat sasaran,” sambungnya.

Salah seorang sisw1 peserta seminar, Selvia mengaku sangat tertarik dengan kegiatan edukatif semacam ini.

“Menurut aku kegiatan ini bermanfaat banget. Aku sudah mendapatkan materi ini sejak kelas 6 SD. Jadi materi ini bukan hal baru buat aku. Materi soal kekerasan seksual memang harus dipahami. Agar kami terhindar dari hal-hal buruk,” pungkasnya. (aya/nik/dam)

RADARSOLO.ID – Ada tiga dosa besar pada dunia pendidikan yang serius disoroti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Yakni, intoleransi, bullying, dan kekerasan seksual. Kendati ketiganya penting dibahas, namun kekerasan seksual cukup patut menjadi perhatian utama untuk seluruh kalangan. Imej tabu mempelajari sex education wajib dihapus. Itulah yang tengah digencarkan oleh SMPN 21 Surakarta.

“Kami ingin melakukan aksi khususnya pada pencegahan kekerasan seksual di kalangan pelajar. Karena kami menilai kasus kekerasan seksual terjadi mayoritas disebabkan ketidaktahuan risiko oleh para siswa,” ungkap Kepala SMPN 21 Surakarta Mulyono kepada Jawa Pos Radar Solo, di sela-sela kegiatan seminar kesehatan reproduksi dan sex education di sekolah setempat, Jumat (17/3/2023).

Berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS), acara ini diikuti seluruh siswa kelas IX di sekolah setempat. Harapannya, para siswa memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Termasuk cara tepat berinteraksi dengan sesama siswa lawan jenis. Tujuannya, agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi para siswa.

“Di SMPN 21 Surakarta, kami mempunyai beberapa program sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual. Selain kegiatan seminar, juga lewat pembinaan wali kelas. Tiap Rabu pekan kelima, wali kelas memberikan materi soal kekerasan seksual. Sekaligus memantau para siswa yang terindikasi melakukan kekerasan seksual,” jelasnya.

Jika ada temuan siswa berpotensi melakukan kekerasan seksual, lanjut kepsek, siswa tersebut bakal dilakukan konseling oleh guru bimbingan konseling. Menurutnya, pemberian materi soal kekerasan seksual di kalangan siswa SMP sangat urgent. Sebab, anak di usia tersebut adalah peralihan dari anak-anak menuju remaja.

“Sehingga memerlukan banyak pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan lain sebagainya. Ini agar bisa terhindar dari tindakan yang mengarah kekerasan seksual. Terlebih saat ini akses media sosial sangatlah mudah,” bebernya.

Kepsek menyebut antusiasme para siswa sangat tinggi dalam edukasi ini. Meskipun dia mengakui, para siswa juga masih menganggap tabu informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi.

“Maka kami bekerja sama dengan tim dari Fakultas Kedokteran UNS yang berkompeten di bidangnya. Agar materi yang disampaikan tepat sasaran,” sambungnya.

Salah seorang sisw1 peserta seminar, Selvia mengaku sangat tertarik dengan kegiatan edukatif semacam ini.

“Menurut aku kegiatan ini bermanfaat banget. Aku sudah mendapatkan materi ini sejak kelas 6 SD. Jadi materi ini bukan hal baru buat aku. Materi soal kekerasan seksual memang harus dipahami. Agar kami terhindar dari hal-hal buruk,” pungkasnya. (aya/nik/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img