29.3 C
Surakarta
Saturday, 10 June 2023

BOP PAUD Saja Tak Cukup, Butuh Pendanaan dari Orang Tua Siswa

RADARSOLO.ID – Dilema dihadapi pendidikan anak usia dini (PAUD). Meski sudah dipihaki pemerintah melalui gelontoran bantuan operasional penyelenggaraan (BOP), namun jumlahnya terkadang tak mencukupi. Alhasil banyak PAUD di Kota Bengawan yang membutuhkan uluran tangan dari orang tua (ortu) siswa.

Kepala PAUD Pembina Solo Sri Supadmi menjelaskan, terkadang besaran BOP PAUD tidak cukup meng-cover operasional. Hanya digelontor Rp 6.000 per anak. Tak jarang para guru merogoh kocek pribadi. Menutup dulu biaya operasional, jika BOP kurang atau bahkan belum cair.

“BOP PAUD cairnya bertahap. Misal cairnya Maret, operasional Januari-Februari mau pakai dana apa? Kadang kami para guru iuran dulu, istilahnya menalangi untuk pembelajaran anak,” ujarnya, Selasa (21/2/2023).

Solusi lainnya, PAUD sering menggandeng ortu siswa. “Kami ajak orang tua membantu pendanaan. Istilahnya bukan iuran, tapi dana kegiatan. Itu diperbolehkan dan respons orang tua positif. Jujur kalau kami tidak disokong orang tua, ya kesulitan,” imbuhnya.

Guru TK PAUD Merah Putih Surakarta Anna Christin menambahkan, PAUD tidak berorientasi pada hasil belajar. Melainkan fokus pada proses pendidikan bagi anak. Istilahnya proses belajar dari pengalaman ke konsep, kemudian dari konkret ke abstrak.

Idealnya, anak tidak sekadar memiliki ide atau gagasan. Tapi dibimbing agar menghasilkan sebuah karya. Maka harus didukung pendanaan yang mencukupi.

“Pembelajaran anak-anak PAUD tidak bisa sebatas di angan-angan. Harus serba nyata dan ada objeknya. Misal belajar menanam tumbuhan, harus praktik langsung. Kalau sekolah tidak punya alatnya, harus beli. Sehingga PAUD butuh banyak dana,” beber Anna.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surakarta Abdul Haris Alamsah menyebut penggalangan dana seperti metode di atas diperbolehkan. Karena bukan termasuk pungutan atas dasar paksaan.

“Pada jenjang PAUD, kolaborasi itu sangat diperlukan. Misal ada orang tua sukarela menyumbang untuk keperluan anaknya. Tidak masalah. Asalkan tidak dalam paksaan,” tegasnya.

Haris menyebut disdik selalu mengingatkan agar satuan pendidikan tidak memberatkan orang tua siswa dengan beragam iuran. Bisa menggunakan BOP atau dan bantuan operasional sekolah (BOS). Selain itu, sekolah harus kreatif menggunakan dan menganggarkan dana yang ada untuk pembelajaran.

“Misalnya dana BOS hanya mampu meng-cover lima dari 10 kegiatan yang direncanakan. Maka ya dipangkas saja kegiatannya. Jangan dipaksakan orang tua menyumbang atau dengan iuran,” paparnya. (ian/dam)

RADARSOLO.ID – Dilema dihadapi pendidikan anak usia dini (PAUD). Meski sudah dipihaki pemerintah melalui gelontoran bantuan operasional penyelenggaraan (BOP), namun jumlahnya terkadang tak mencukupi. Alhasil banyak PAUD di Kota Bengawan yang membutuhkan uluran tangan dari orang tua (ortu) siswa.

Kepala PAUD Pembina Solo Sri Supadmi menjelaskan, terkadang besaran BOP PAUD tidak cukup meng-cover operasional. Hanya digelontor Rp 6.000 per anak. Tak jarang para guru merogoh kocek pribadi. Menutup dulu biaya operasional, jika BOP kurang atau bahkan belum cair.

“BOP PAUD cairnya bertahap. Misal cairnya Maret, operasional Januari-Februari mau pakai dana apa? Kadang kami para guru iuran dulu, istilahnya menalangi untuk pembelajaran anak,” ujarnya, Selasa (21/2/2023).

Solusi lainnya, PAUD sering menggandeng ortu siswa. “Kami ajak orang tua membantu pendanaan. Istilahnya bukan iuran, tapi dana kegiatan. Itu diperbolehkan dan respons orang tua positif. Jujur kalau kami tidak disokong orang tua, ya kesulitan,” imbuhnya.

Guru TK PAUD Merah Putih Surakarta Anna Christin menambahkan, PAUD tidak berorientasi pada hasil belajar. Melainkan fokus pada proses pendidikan bagi anak. Istilahnya proses belajar dari pengalaman ke konsep, kemudian dari konkret ke abstrak.

Idealnya, anak tidak sekadar memiliki ide atau gagasan. Tapi dibimbing agar menghasilkan sebuah karya. Maka harus didukung pendanaan yang mencukupi.

“Pembelajaran anak-anak PAUD tidak bisa sebatas di angan-angan. Harus serba nyata dan ada objeknya. Misal belajar menanam tumbuhan, harus praktik langsung. Kalau sekolah tidak punya alatnya, harus beli. Sehingga PAUD butuh banyak dana,” beber Anna.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surakarta Abdul Haris Alamsah menyebut penggalangan dana seperti metode di atas diperbolehkan. Karena bukan termasuk pungutan atas dasar paksaan.

“Pada jenjang PAUD, kolaborasi itu sangat diperlukan. Misal ada orang tua sukarela menyumbang untuk keperluan anaknya. Tidak masalah. Asalkan tidak dalam paksaan,” tegasnya.

Haris menyebut disdik selalu mengingatkan agar satuan pendidikan tidak memberatkan orang tua siswa dengan beragam iuran. Bisa menggunakan BOP atau dan bantuan operasional sekolah (BOS). Selain itu, sekolah harus kreatif menggunakan dan menganggarkan dana yang ada untuk pembelajaran.

“Misalnya dana BOS hanya mampu meng-cover lima dari 10 kegiatan yang direncanakan. Maka ya dipangkas saja kegiatannya. Jangan dipaksakan orang tua menyumbang atau dengan iuran,” paparnya. (ian/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img