- NEWS
- NASIONAL
-
BERITA DAERAH
- RADAR SOLO EVENTS
- SEPAK BOLA
- FEATURES
- OLAHRAGA
- EKONOMI & BISNIS
- TRAVELLING
- LIFESTYLE
- KESEHATAN
- JATENG
- GALERI
- MORE
MASIH PUTIH MERAH: Siswa-siswi baru di SMPN 4 Karanganyar mengikuti proses pengenalan. (RUDI HARTONO/RADAR SOLO)
KARANGANYAR - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar menilai, regrouping bisa menjadi solusi untuk 200-an sekolah dasar negeri (SDN) yang kekuarangan murid. Namun, wacana itu masih membutuhkan pembahasan dan perhitungan matang.
Sekretaris Disdikbud Karanganyar Agus Haryanto mengungkapkan, regrouping juga sebagai upaya efisiensi guru-guru. Itu mengingat, saat ini dinas makin kesulitan memperoleh tenaga guru untuk mengajar SD.
”Kalau kita pertahankan, itu (SDN yang kurang murid, Red) malah justru kurang ekonomis. Itu (regrouping, Red) adalah alternatif. Tapi, masih butuh proses dan pembahasan yang panjang,” papar kepada wartawan Selasa (16/7).
Tak hanya melihat fasilitas sekolah, tetapi juga mempertimbangan kebutuhan guru yang bakal mengajar di sekolah hasil regrouping.
Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Karanganyar Endang Muryani mengungkapkan, untuk melakukan regrouping, dinas harus melihat letak demografi dan geografis di wilayah terkait. ”Karena sekolah yang satu dengan yang lain itu berbeda. Kalau secara fasilitas, rata-rata sama,” ucap Endang.
Seperti diberitakan sebelumnya, hampir 50 persen dari 473 SDN di Karanganyar masih kekurangan murid. Kondisi kekurangan murid ini terjadi lantaran banyak orang tua kini memilih menyekolahkan anak mereka ke sejumlah yayasan atau tempat pendidikan yang memiliki fasilitas memadai. (rud/ria)
(rs/rud/per/JPR)