BOYOLALI – Dilatarbelakangi perasaan cemburu, warga Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota nekat menusuk seorang kepala sekolah dasar (SD) di Kecamatan Cepogo. Peristiwa tersebut terjadi pada akhir Januari lalu.
Korban adalah Panut Nugroho, kepala SDN 2 Candigatak, Kecamatan Cepogo. Kejadian bermula ketika pelaku atas nama Sukamto, 56, warga Kampung Surowedanan RT 2 RW 9, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota mendapati istrinya sering dihubungi oleh korban.
Kecurigaan tersebut semakin menjadi-jadi saat pelaku melihat riwayat panggilan di HP istrinya, ada beberapa kali panggilan masuk dari korban. Apalagi ketika menerima telepon dari sang kepala sekolah, gelagat istrinya terlihat mencurigakan.
Baca juga: Prioritas Tangani Banjir Pantura, Ganjar Usulkan Rp 3,19 T ke Pusat
“Dulu pernah saya datangi. Setelah itu kami dimediasi. Dan ada kesepakatan. Korban berjanji tidak akan menghubungi istri saya lagi,” ujar Sukamto.
Namun, kesepakatan yang disaksikan anggota polisi dan TNI itu dilanggar. Korban masih saja menghubungi istrinya. Bahkan setiap panggilan menggunakan nomor baru.
Dengan amarah yang membara, pelaku kemudian mendatangi korban yang masih berada di sekolah. Dengan membawa pisau, pelaku langsung menemui korban.
“Sebenarnya saya tidak ingin menusuk korban. Tapi saya emosi, setiap saya tanya jawabannya bohong. Setelah menusuk korban, saya pulang dan kemudian ke Polsek Boyolali kota untuk menyerahkan diri,” terang Sukamto.
Sementara itu, Kapolres Boyolali AKBP Morry Ermond melalui Kasat Reskrim AKP Eko Marudin membenarkan peristiwa itu. Pelaku menusuk korban sebanyak delapan kali. Tiga kali mengenai lengan kiri. Kemudian mengenai dada, perut, dan jempol tangan kanan.
“Tersangka ini merasa cemburu karena istrinya masih berkomunikasi dengan korban. Lalu korban merencanakan penusukan ini,” ujarnya.
Atas perbuatannya, tersangka dijerat pasal 353 ayat 1 subsider pasal 351 ayat 1 dan atau pasal 536 ayat 2. “Pasal 353 penganiayaan dengan direncanakan. Dan pasal 365 ayat 2 kejahatan yang dilakukan kepada pegawai negeri yaitu korban yang merupakan kepala SDN 2 Candigatak,” pungkas Eko. (wid/ria)