RADARSOLO.COM – Perjuangan Persis Solo di musim perdananya di Liga 1 musim lalu penuh dengan lika-liku dan cerita yang tak terduga.
Sempat babak belur di awal musim karena lama berada di dasar klasemen, Persis akhirnya bisa bangkit, hingga akhirnya di akhir musim ini tim finis di posisi papan tengah.
Salah satu komunitas suporter Persis, yakni Campus Bois 1923 menggelar diskusi terbuka di salah satu coffee shop di Kota Bengawan, Rabu malam (24/5/2023).
Agenda rutin ini bertajuk Rapor Akhir Musim Persis Solo. Mengundang seluruh suporter dan masyarakat pecinta Persis, sekaligus mendatangkan Head Coach Persis Solo Leonardo Medina, Media Officer Bryan Barcelona, serta Direktur Olahraga Persis Edwin Klok.
Acara ini diinisiasi agar bisa lebih mendekatkan suporter, dengan staf, manajer, dan elemen Persis Solo lainnya.
“Ini juga sebagai kontrol Persis. Suporter juga jadi tahu kendala apa musim lalu. Serta arah ke depan,” ujar salah seorang perwakilan Campus Bois 1923 Ivan Bogdanov kepada Jawa Pos Radar Solo.
Setali tiga uang, Media Officer Persis Solo Bryan Barcelona mengatakan diskusi ini merupakan sebuah bentuk komunikasi yang tepat antara Persis dan suporter.
“Sejak kami mengakuisisi Persis 2021 silam, sepertinya sudah kali ketiga kita bikin wawancara dan diskusi sama teman-teman. Ini juga salah satu bentuk komitmen kami untuk bikin ruang ruang dengan suporter,” jelas pria yang kerap disapa Bona tersebut.
Dalam diskusi yang dimulai pada pukul 19.23 tersebut pihak Campus Bois melontarkan sejumlah pertanyaan pada narasumber.
Salah satu yang menjadi sorotan suporter adalah Persis musim lalu melakukan tiga kali pergantian pelatih dalam semusim. Seperti di ketahui di lima laga awal musim, Persis dinakhodai oleh Jacksen F. Tiago. Tapi Jacksen berpamitan usai Persis memenangkan pertandingan perdana melawan Bhayangkara FC, 19 Agustus lalu, dengan rapor empat kali kalah, dan sekali menang
Setelah itu Persis dilatih oleh coach Rasiman selaku careteker. Baru di akhir putaran pertama, tepatnya sejak November 2022, Persis dilatih oleh Leonardo Medina yang didatangkan dengan status sebagai eks asisten pelatih Johor Darul Ta’zim.
Edwin Klok mengatakan, peralihan dari satu pelatih ke pelatih lain memang membutuhkan proses untuk adaptasi, khususnya yang akan dirasakan oleh para pemain.
“Pasti pemain memang butuh adaptasi, tapi saya melihat tidak jadi suatu kesulitan. Karena yang dilakukan coach Leo (sapaan akrab Leonardo Medina) adalah mengakumulasi apa problem di era sebelumnya. Dan di-solve (dicari solusinya),” katanya.
Menurut Edwin, memang perlu adaptasi tapi tidak ada kesulitan besar sejatinya yang dirasakan. Apalagi coach Leo memiliki cara sendiri untuk melakukan sebuah pendekatan yang menarik antarpemain. Yang mana membuatnya dekat dengan semua pemain. Juga staf dan official di tim ini. (nis/nik)