24.2 C
Surakarta
Monday, 5 June 2023

Pesona Kera Ekor Panjang Khas Merapi

Sisi Lain Deles Indah Klaten yang Jarang Diketahui

RADARSOLO.ID – Akhir pekan selalu menjadi momentum untuk menghilangkan rasa penat sekaligus menghabiskan waktu bersama keluarga. Tak ada salahnya berkunjung ke kawasan wisata Deles Indah di Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang.

Berwisata ke Deles Indah tidak hanya disuguhi gagahnya puncak Gunung Merapi yang berstatus siaga dari jarak 4 kilometer (km) saja. Tetapi juga keberadaan hewan liar khas Merapi, yakni kera ekor panjang yang bisa ditemui di ketinggian 1.216 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Mereka hidup membentuk kelompok hingga 30 ekor yang terdiri dari jantan, betina dan anak-anak. Menyusuri hutan belantara sambil bergelantungan antar pepohonan yang masuk dalam Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) sambil mencari makanan. Seperti buah-buahan hingga memakan tanaman di kebun milik warga.

Pemandangan kelompok kera ekor panjang memang mudah dijumpai saat berkunjung ke Deles Indah dengan hawanya begitu sejuk. Terlebih lagi jika ada pengunjung yang kedapatan membawa makanan tak segan untuk mendekat. Meski terkadang ada pula kera yang masih menjaga jarak dengan wisatawan.

Masyarakat mitra TNGM, Sajino mengungkapkan, kera ekor panjang menjadi hewan liar dengan perkembangan yang cukup pesat sejak terjadinya erupsi Merapi pada 2010. Dari yang awalnya hanya puluhan, kini jumlahnya mencapai ratusan ekor. Aktivitasnya terkadang juga mengganggu permukiman warga setempat.

”Kemungkinan makanannya di dalam hutan mulai menepis setelah terjadinya erupsi. Apalagi dibutuhkan waktu satu tahun sampai empat tahun untuk pemulihan sehingga sedikit terganggu. Di sisi lain, jumlahnya yang semakin berkembang menyebabkan kepadatannya terlalu banyak, sehingga bergeser ke permukiman,” ucap Sajino yang juga Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sidorejo ini.

Sajino mengungkapkan, meski kawasanan kera ekor panjang bergeser ke permukiman penduduk di lereng Merapi, tetapi tidak terlalu menganggu. Keberadaan kera ekor panjang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang hendak ke Deles Indah. Apalagi wisatawan  bisa camping di lereng Merapi tersebut sehingga bisa berkesempatan melihat hewan liar lainnya lebih lama lagi.

Selain kera ekor panjang, juga terdapat kijang yang keberadaannya diburu anjing liar di hutan tersebut. Ada pula warga pernah menemukan trenggiling sebelum akhirnya dilepasliarkan di habitatnya. Begitu juga terdapat babi hutan, ayam hutan hingga hewan endemik seperti burung elang jawa dan lutung Jawa.

”Memang tidak ada pemburu di kawasan TNGM ini. Dikarenakan yang menjaga dan mengawasi tidak hanya petugas, tetapi warga juga. Apabila ada pemburu, sekalipun di sekitar permukiman warga, tetapi kami larang karena perlindungan  menjadi tanggungjawab bersama,” ucap Sajino.

Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sidorejo Sukiman menambahkan pengembangan kawasan wisata Deles Indah terus dilakukan. Seiring perbaikan jalan dengan betonisasi yang dilakukan oleh pemkab menuju objek wisata tersebut.

”Ada tanah kas desa di sekitar Pesanggrahan Paku Buwono (PB) X dengan luas sekitar 6,5 hektare hendak kami kembangkan secara swadaya. Melalui iuran warga hendak dibangun meeting point untuk pendidikan dan pelatihan SAR, sekolah maupun umum,” tambahnya.

Sukiman menjelaskan, dalam pengembangan Deles Indah tetap memperhatikan tren terkini. Termasuk memanfaatkan potensi lainnya seperti embung yang ada di desa tersebut. (ren/adi/dam)

RADARSOLO.ID – Akhir pekan selalu menjadi momentum untuk menghilangkan rasa penat sekaligus menghabiskan waktu bersama keluarga. Tak ada salahnya berkunjung ke kawasan wisata Deles Indah di Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang.

Berwisata ke Deles Indah tidak hanya disuguhi gagahnya puncak Gunung Merapi yang berstatus siaga dari jarak 4 kilometer (km) saja. Tetapi juga keberadaan hewan liar khas Merapi, yakni kera ekor panjang yang bisa ditemui di ketinggian 1.216 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Mereka hidup membentuk kelompok hingga 30 ekor yang terdiri dari jantan, betina dan anak-anak. Menyusuri hutan belantara sambil bergelantungan antar pepohonan yang masuk dalam Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) sambil mencari makanan. Seperti buah-buahan hingga memakan tanaman di kebun milik warga.

Pemandangan kelompok kera ekor panjang memang mudah dijumpai saat berkunjung ke Deles Indah dengan hawanya begitu sejuk. Terlebih lagi jika ada pengunjung yang kedapatan membawa makanan tak segan untuk mendekat. Meski terkadang ada pula kera yang masih menjaga jarak dengan wisatawan.

Masyarakat mitra TNGM, Sajino mengungkapkan, kera ekor panjang menjadi hewan liar dengan perkembangan yang cukup pesat sejak terjadinya erupsi Merapi pada 2010. Dari yang awalnya hanya puluhan, kini jumlahnya mencapai ratusan ekor. Aktivitasnya terkadang juga mengganggu permukiman warga setempat.

”Kemungkinan makanannya di dalam hutan mulai menepis setelah terjadinya erupsi. Apalagi dibutuhkan waktu satu tahun sampai empat tahun untuk pemulihan sehingga sedikit terganggu. Di sisi lain, jumlahnya yang semakin berkembang menyebabkan kepadatannya terlalu banyak, sehingga bergeser ke permukiman,” ucap Sajino yang juga Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sidorejo ini.

Sajino mengungkapkan, meski kawasanan kera ekor panjang bergeser ke permukiman penduduk di lereng Merapi, tetapi tidak terlalu menganggu. Keberadaan kera ekor panjang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang hendak ke Deles Indah. Apalagi wisatawan  bisa camping di lereng Merapi tersebut sehingga bisa berkesempatan melihat hewan liar lainnya lebih lama lagi.

Selain kera ekor panjang, juga terdapat kijang yang keberadaannya diburu anjing liar di hutan tersebut. Ada pula warga pernah menemukan trenggiling sebelum akhirnya dilepasliarkan di habitatnya. Begitu juga terdapat babi hutan, ayam hutan hingga hewan endemik seperti burung elang jawa dan lutung Jawa.

”Memang tidak ada pemburu di kawasan TNGM ini. Dikarenakan yang menjaga dan mengawasi tidak hanya petugas, tetapi warga juga. Apabila ada pemburu, sekalipun di sekitar permukiman warga, tetapi kami larang karena perlindungan  menjadi tanggungjawab bersama,” ucap Sajino.

Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sidorejo Sukiman menambahkan pengembangan kawasan wisata Deles Indah terus dilakukan. Seiring perbaikan jalan dengan betonisasi yang dilakukan oleh pemkab menuju objek wisata tersebut.

”Ada tanah kas desa di sekitar Pesanggrahan Paku Buwono (PB) X dengan luas sekitar 6,5 hektare hendak kami kembangkan secara swadaya. Melalui iuran warga hendak dibangun meeting point untuk pendidikan dan pelatihan SAR, sekolah maupun umum,” tambahnya.

Sukiman menjelaskan, dalam pengembangan Deles Indah tetap memperhatikan tren terkini. Termasuk memanfaatkan potensi lainnya seperti embung yang ada di desa tersebut. (ren/adi/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img