23.2 C
Surakarta
Sunday, 2 April 2023

Sudah Buka Warungnya Sejak 1993 Silam

Sop Buntut Pak Bagong Polokarto, Sukoharjo: Bertahan 30 Tahun, Resep dari Bule Australia

RADARSOLO.ID – Sop buntut sapi menjadi salah satu sop yang banyak diminati oleh masyarakat. Di Sukoharjo, ada menu sop buntut yang sudah melegenda. Yakni, sop buntut pak Bagong di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto.

Lokasinya di jalan utama Polokarto-Sukoharjo, berdiri sejak 1993 atau 30 tahun lalu. Makanan ini sangat cocok disantap saat cuaca sedang dingin. Apalagi resep sop buntut sapi ini empuk kaya rempah yang bisa hangatkan tubuh. Namun, siapa sangka, pak Bagong yang usianya sudah 80 tahun ini mendapatkan resep sop buntut dari bule asal Australia.

”Saya dulu kerja ikut orang di Solo, di Gedung Kartika, Gladak. Jualan kuliner juga. Lalu, ada bule dari Australia memberi resep sop buntut. Lalu, di warung itu jualan sop buntut juga. Namun, warungnya kena gusur. Akhirnya, saya coba berjualan sop buntut, buka warung sendiri di Jogjakarta,” kata Pak Bagong yang enggan menyebutkan nama aslinya.

Di Jogjakarta, pak Bagong bertahan berjualan di pinggiran jalan Solo-Jogjakarta selama lebih 6 tahun antara 1987 sampai 1993. Kemudian, pindah ke Polokarto sejak 1993 sampai saat ini.

”Di sini (Polokarto, Red) tidak langsung bangunan seperti ini, di pinggir jalan dulu. Cukup lama, tujuh tahunan karena masih mencari pelanggan,” kata Bagong.

Menurut Bagong, banyak pelanggan yang ketagihan sop buntutnya karena kuahnya. Dia pun mempertahankan resep rahasianya ini selama 30 tahun tanpa mengurangi atau merubah takaran bumbu dan bahan bakunya.

”Kalau menurut pelanggan, yang membedakan adalah kuahnya. Katanya beda dari sop buntut lain. Saya ya tidak tahu, saya juga belum pernah merasakan sop buntut lain,” bebernya.

Dalam seporsi, terdapat sepotong kentang rebus, wortel dan daun seledri utuh. Kuahnya segar, gurih dan tidak terlalu pedas. Kuah ini disajikan terpisah dengan buntut sapi atau iga sapinya. Ada banyak pilihan jenis masakan buntut atau iga. Mulai dari sop, goreng atau bakar. Apapun pilihanya, kuah sop nya disajikan terpisah.

”Kuahnya saya jaga dengan konsisten. Tidak bisa dijog atau ditambah air. Sejak pertama kali buka ya seperti ini kuahnya,” katanya.

Selain kuah, Bagong mengaku sangat pilih-pilih untuk urusan buntut dan iga sapi. Bahan baku didapat dari rumah potong hewan.

”Bahan baku saya pilih-pilih. Tidak sembarangan, saya juga jujur, rumah potong juga jujur. Sapi harus jantan, bukan betina. Salah satu ciri sapi jantan, dimasak pasti nglotok (daging gampang terlepas dari tulang), kalau betina nggak akan nglotok,” bebernya.

Benar saja, daging pada sop buntut pak Bagong memiliki tekstur yang empuk. Dagingnya sangat mudah terlepas dari tulang, bahkan hanya dengan memegang tulangnya saja, daging sudah terlepas.

”Saya juga harus jujur dengan pelanggan. Daging yang disajikan dari sapi jantan,” tandasnya. (kwl/adi/dam)

RADARSOLO.ID – Sop buntut sapi menjadi salah satu sop yang banyak diminati oleh masyarakat. Di Sukoharjo, ada menu sop buntut yang sudah melegenda. Yakni, sop buntut pak Bagong di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto.

Lokasinya di jalan utama Polokarto-Sukoharjo, berdiri sejak 1993 atau 30 tahun lalu. Makanan ini sangat cocok disantap saat cuaca sedang dingin. Apalagi resep sop buntut sapi ini empuk kaya rempah yang bisa hangatkan tubuh. Namun, siapa sangka, pak Bagong yang usianya sudah 80 tahun ini mendapatkan resep sop buntut dari bule asal Australia.

”Saya dulu kerja ikut orang di Solo, di Gedung Kartika, Gladak. Jualan kuliner juga. Lalu, ada bule dari Australia memberi resep sop buntut. Lalu, di warung itu jualan sop buntut juga. Namun, warungnya kena gusur. Akhirnya, saya coba berjualan sop buntut, buka warung sendiri di Jogjakarta,” kata Pak Bagong yang enggan menyebutkan nama aslinya.

Di Jogjakarta, pak Bagong bertahan berjualan di pinggiran jalan Solo-Jogjakarta selama lebih 6 tahun antara 1987 sampai 1993. Kemudian, pindah ke Polokarto sejak 1993 sampai saat ini.

”Di sini (Polokarto, Red) tidak langsung bangunan seperti ini, di pinggir jalan dulu. Cukup lama, tujuh tahunan karena masih mencari pelanggan,” kata Bagong.

Menurut Bagong, banyak pelanggan yang ketagihan sop buntutnya karena kuahnya. Dia pun mempertahankan resep rahasianya ini selama 30 tahun tanpa mengurangi atau merubah takaran bumbu dan bahan bakunya.

”Kalau menurut pelanggan, yang membedakan adalah kuahnya. Katanya beda dari sop buntut lain. Saya ya tidak tahu, saya juga belum pernah merasakan sop buntut lain,” bebernya.

Dalam seporsi, terdapat sepotong kentang rebus, wortel dan daun seledri utuh. Kuahnya segar, gurih dan tidak terlalu pedas. Kuah ini disajikan terpisah dengan buntut sapi atau iga sapinya. Ada banyak pilihan jenis masakan buntut atau iga. Mulai dari sop, goreng atau bakar. Apapun pilihanya, kuah sop nya disajikan terpisah.

”Kuahnya saya jaga dengan konsisten. Tidak bisa dijog atau ditambah air. Sejak pertama kali buka ya seperti ini kuahnya,” katanya.

Selain kuah, Bagong mengaku sangat pilih-pilih untuk urusan buntut dan iga sapi. Bahan baku didapat dari rumah potong hewan.

”Bahan baku saya pilih-pilih. Tidak sembarangan, saya juga jujur, rumah potong juga jujur. Sapi harus jantan, bukan betina. Salah satu ciri sapi jantan, dimasak pasti nglotok (daging gampang terlepas dari tulang), kalau betina nggak akan nglotok,” bebernya.

Benar saja, daging pada sop buntut pak Bagong memiliki tekstur yang empuk. Dagingnya sangat mudah terlepas dari tulang, bahkan hanya dengan memegang tulangnya saja, daging sudah terlepas.

”Saya juga harus jujur dengan pelanggan. Daging yang disajikan dari sapi jantan,” tandasnya. (kwl/adi/dam)

Populer

Berita Terbaru

spot_img