RADARSOLO.ID – Lereng Merapi dan Merbabu di Selo, Boyolali mempunyai kudapan nikmat: Jadah Serundeng. Rasanya perpaduan gurihnya kelapa, pulennya ketan tumbuk, ditambah serundeng manis dengan kaldu daging sapi yang kuat.
Jadah serundeng sudah melegenda sejak 1960 dan menjadi warisan turun temurun. Bahkan sudah berada di tangan generasi ketiga. Jadah Serundeng Selo tak hanya menjadi kudapan masyarakat lokal, tapi sudah menjadi oleh-oleh khas Boyolali. Warung yang menjajakan seperti Jadah Mbah Rubi dan Mbah Karto.
”Mbah saya, (Rubi,Red) sudah berjualan mulai 1960-an. Masa jaya penjualannya pada 1972. Awalnya hanya dibeli warga lokal yang pulang dari pasar. Lalu kami sempat tidak jualan lagi selama lima tahun karena Mbah Rubi meninggal. Selain itu, juga karena jalur Selo sepi,” jelas pemilik warung Jadah Mbah Rubi, Nina Andriyana pada Jawa Pos Radar Solo.
Sejak jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) diresmikan, kawasan Selo kembali ramai. Deretan warung jadah di sebelah selatan Simpang PB V, Selo ikut terdampak.
Jadah serundeng ini dibuat dari beras ketan. Pembuatannya cukup mudah, meski prosesnya panjang. Beras ketan yang sudah dicuci bersih langsung direndam dalam air semalaman. Baru paginya, ditanak sampai matang sekitar 30 menit. Setelah itu, diberi campuran parutan kelapa segar dan kembali ditanak. Setelah matang dan merata, ketan lantas ditumbuk dengan alu sampai ulet serta pulen.
Jadah pulen lantas ditaruh di loyang. Dalam sehari, Nina bisa menghabiskan 20 kilogram beras ketan atau 45 kilogram jadah. Nah, belum lengkap rasanya jika tidak membuat serundeng untuk topping jadah. Tentu yang utama adalah gurih dan legitnya kelapa bercampur dengan rasa daging sapi.
Pembuatan serundeng kaldu sapi ini hanya membutuhkan bahan dasar kelapa parut dan gula Jawa. Bumbu serundeng yang sudah dihaluskan lantas ditumis hingga wangi. Kemudian ditambahkan air yang direbus dengan gula Jawa. Setelah air rebusan gula ini lumer, lalu ditambahkan parutan kelapa dan ditumis hingga matang.
Cara menikmatinya, jadah potong dibakar dan disajikan dengan serundeng. Jika ingin dibakar, jangan lupa lapisi dengan daun pisang. Agar jadah tidak lengket. Setelah matang, jadah bakar cukup dicocolkan pada topping serundeng. Pulen dan gurihnya jadah bercampur dengan legitnya serundeng.
”Kami lantas mengembangkan menjadi berbagai varian rasa pada 2013. Mulai dari cokelat, tiramisu, ketan juruh, dan lainnya. Jadi sesuai lidah anak-anak milenial,” katanya. (rgl/adi/ria)