BOYOLALI – Sambal pecel selalu punya cita rasa khas. Apalagi jika disantap dengan gendar atau puli dengan toping sayuran rebus. Warung Mbok Samini di Karanggeneng, Boyolali Kota mempunyai menu pecel yang tak kalah unik. Yakni, jenang sum-sum pecel.
Gendar dan jenang pecel Mbok Samini punya ciri khas tersendiri. Selain gendar yang pulen, dan kenyal, ditambah sayuran rebus segar dan mi goreng. Lalu diguyur sambal kacang. Begitu nikmat dengan rasa gurih, pedas, asin, dan manis yang saling beradu di lidah.
Jenang sum-sum yang terbuat dari tepung beras biasanya disajikan dengan juroh alias air gula Jawa. Uniknya, jenang sum-sum Mbok Samini disajikan dengan sambal pecel. Jenang yang lembut dan gurih diberi tambahan sayur rebus segar dan mi goreng. Lalu disiram dengan sambal kacang. Dari rasanya, lebih dominan pada manisnya jenang dan gurih pedasnya sambal.
Ya, warung pinggir jalan Boyolali Kota-Tlatar ini tak pernah sepi pembeli. Baru dibuka pukul 12.00, antrean pembeli sudah mengular. Ada yang membungkus, ada yang makan di tempat. Rasanya tak lengkap jika tidak meminum rujakan. Air rempah-rempah dengan sisiran kelapa muda.
”Buka tiap pukul 12.00-15.00. Sudah puluhan tahun jualan di sini. Awalnya karena seneng sama gendar pecel, lalu saya pengin bikin sendiri dan jualan ini. Ternyata peminatnya banyak,” ungkap Samini pada Jawa Pos Radar Solo, kemarin (9/9).
Dia tak pernah mengubah-ubah resep. Sayur rebus yang digunakan juga sama. Yakni, bayam, kubis, selada air, dan touge rebus. Nikmatnya lagi ditambah mi goreng. Satu piring gendar dan jenang pecel dibanderol Rp 4.000. Sedangkan minumannya bisa mengambil air putih gratis. Ataupun rujakan yang hanya seharga Rp 1.500.
Rujakan ini rasanya cukup unik dan nikmat. Yakni perpaduan jahe, serai, kayu manis, pandan, dan toping kelapa muda. Rasa manis yang pas, gurihnya kelapa, dan hangatnya jahe. Menambah gobyos setelah menyantap gendar dan jenang pecel. Selama ini, Samini membuat sendiri seluruh bahan-bahannya.
”Dari jam 01.00 sudah bangun dan mulai masak. Bikin sambalnya dulu karena sehari habis 6 kilogram sambal kacang. Jadi fresh terus. Yang jadi ciri khas ya sambalnya itu. Rasa rumahan katanya. Baru paginya ke pasar dan mulai racik-racik. Nanti dibantu suami saya, Sumanto,” terangnya.
Dia mulai membuka lapak bakda Duhur. Belum sampai pukul 15.00, dagangannya sudah habis. Dalam sehari dia bisa membuat 6 kilogram beras untuk gendar. Serta satu kilogram tepung beras untuk bubur sum-sum. Dia juga membuat gorengan tahu kempong yang renyah cukup Rp 1.000. (rgl/adi/dam)