BOYOLALI – Sego tumpang congor Mbok Semi sudah dikenal sejak 45 tahun silam. Warung rumahan di Dusun Bakalan, Desa Tanduk, Ampel ini digemari sejumlah tokoh terkenal. Seperti apa keiistimewaanya?
Warung Mbok Semi memang masuk di gang-gang rumah warga. Jaraknya, sekitar 1,3 kilometer (km) dari pertigaan Bakalan, Jalan raya Solo-Semarang. Namun, sego tumpang Mbok Semi selalu menjadi jujugan pecinta kuliner.
Sajian nasi dengan lauk koyor serta congor alias cingur atau mulut sapi. Ditambah lauk sambal tumpang dan terik tahu. Tak lupa, yang menambah nikmat taburan serundeng atau kelapa parut kering yang nikmat. Rasa gurih dan manis beradu di mulut. Ditambah cingur sapi dan koyor yang manis. Tak lengkap jika tak dibalut sambal tumpang khas Kota Susu.
Selain soal rasa yang menggugah selera, nuansa warung makan Mbok Semi berbeda dari kebanyakan. Tempat makan berada di dalam rumah. Dengan lantai berundak serta beralaskan tikar memanjang. Tepat di sebelahnya, pawon alias dapur lengkap dengan dua tungku kayu. Bumbungan asap dari kayu bakar menabrak celah cahaya matahari yang menyusup masuk di antara celah genting.
Saat ini, sego congor Mbok Semi,77, dilanjutkan oleh sang anak perempuan, Lasih, 54. Dia meneruskan usaha ibunya sejak dua tahun terakhir. Mulai dari proses pemilihan kepala sapi, memasak hingg penjualan.
”Dari dulu ibu memang jualannya di sini, di rumah. Ya seperti ini, dekat pawon. Jadi kalau orang beli, ya bisa lihat proses memasaknya. Dan memang masaknya pakai tungku kayu, nggak pakai kompor. Nanti rasanya beda, nggak gurih,” ungkap Lasih sembari memasak rebusan cingur.
Soal bumbunya, hanya rempah-rempah. Seperti ketumbar, jahe, laos, salam dan gula Jawa tanpa menggunakan kecap. Perebusan berlangsung selama 7-8 jam dengan api dari kayu bakar. Hingga kaldu cingur sapi keluar dan menambah gurih serta pulen.
”Pakainya gula Jawa, gak pake kecap. Lalu direbus pakai tungku kayu sampai empuk. Jadi nggak pakai panci presto, karena ibu ndak boleh dan rasanya beda. Jadi semua diolah pakai kayu bakar. Bumbunya juga cemplung (Tidak ditumis dengan minyak,red),” katanya.
Sementara pembuatan sambal tumpang dan serundeng tak kalah menarik. Sambal tumpang dari bahan tempe busuk ini berkuah kental. Bumbu tumpang juga merasuk dalam tahu. Sedangkan serundeng dari kelapa ini disajikan dalam satu baskom. Gurih, legit dan kering. Dia biasanya membuat serundeng tiap dua bulan sekali.
”Buat serundeng pakai 75 kelapa. Harus diparut satu-satu. Karena kalau diparut mesin, malah sari santannya hilang. Padahal itu yang buat gurih. Buatnya disangrai hingga kering, dibolak balik terus biar gak gosong. Dan karena kering dan gurih, jadi bisa tahan lama sampai tiga bulan,” katanya.
Harga satu porsi sego tumpang congor hanya Rp 20 ribu. Sedangkan minuman teh digratiskan. Sego tumpang congor Mbok Semi memang legend. Pembeli kebanyakan dari luar Kota. Bahkan Presiden Joko Widodo melalui ajudannya pernah membeli cingur dan serundengnya. Tak tanggung-tanggung, sekali pesan bisa Rp 400 ribu untuk cingurnya.
”Iya, Pak Jokowi sudah tiga kali beli congor sama serundeng. Tapi yang beli utusannya. Pernah juga pak Dalang Ki Anom Suroto, makan di sini juga. Pak Bupati juga pernah. Memang banyak juga yang bungkus,” jelasnya. (rgl/adi/dam)