24.1 C
Surakarta
Sunday, 28 May 2023

Kuliner Legendaris khas Mulur, Bendosari: Pecel Mbotho Turun Temurun selama 30 Tahun

RADARSOLO.COM – Pecel merupakan makanan pedesaan yang banyak ditemukan, khususnya di Sukoharjo. Namun, ada warung pecel yang sangat legendaris di Kota Makmur. Yakni Pecel Mbotho di Jatirejo, Desa Mulur, Kecamatan Bendosari. Seperti apa rasanya?

Pedasnya sambal dan aneka lauk maupun sayuran membuat warung pecel ini mampu bertahan turun temurun sejak akhir 90-an. Lokasinya tepat di pinggir jalan raya Sukoharjo kota-Waduk Mulur. Namanya diambil dari pendirinya yakni Mbotho dan istrinya Lugiyem pada 1993 silam. Namun pada 2007 lalu, Mbotho meninggal dan usahanya tersebut diteruskan oleh anak-anaknya.

Pecel Mbotho layaknya pecel-pecel yang lain. Sepiring nasi dengan isian sayuran seperti kacang panjang, bayam, tauge, dan juga daun pepaya yang sudah direbus. Lalu disiram dengan sambal kacang yang pedasnya di atas rata-rata.

”Warung ini sudah 30 tahunan lebih berjualan pecel. Awal merintis usaha ini bapak saya Pak Mbotho yang memulai usaha. Pada 2007 bapak meninggal, usahanya dilanjutkan ibu dan anak-anaknya termasuk saya anaknya Pak Mbotho,” kata Tri Siswanto, 36, penerus warung pecel Mbotho.

Di Pecel Mbotho, penikmat kuliner akan dimanjakan dengan aneka lauk pauk yang lezat. Mulai dari tempe, tahu, ayam goreng garing, hati ayam, telur dadar serta aneka kerupuk. Untuk menikmatinya, cukup  dengan Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu saja. Isinya sepiring nasi pecel Mbotho lengkap dengan ayam goreng atau telor, dan gorengan lainnya. Serta segarnya secangkir es teh manis untuk pengobat pedas.

”Banyak pelanggan, pejabat-pejabat di Sukoharjo. Biasanya waktu makan siang,” katanya.

Dalam sehari, warung Pecel Mbotho bisa menghabiskan 30 kilogram beras pada hari biasa. Namun ketika akhir pekan bisa mencapai 40 kg beras. Jika ingin mencicipi pecel Mbotho, harus datang antara pukul 06.00 hingga 15.00, warung tersebut tidak pernah tutup kecuali ada acara keluarga.

”Beras habis 40 kg kalau hari libur, sayur-sayuran juga ada yang nganter tiap hari puluhan kilo tauge, kacang panjang, dan bayam. Belum kacang tanahnya yang dipakai untuk sambal,” pungkasnya. (kwl/adi/dam)






Reporter: Iwan Kawul

RADARSOLO.COM – Pecel merupakan makanan pedesaan yang banyak ditemukan, khususnya di Sukoharjo. Namun, ada warung pecel yang sangat legendaris di Kota Makmur. Yakni Pecel Mbotho di Jatirejo, Desa Mulur, Kecamatan Bendosari. Seperti apa rasanya?

Pedasnya sambal dan aneka lauk maupun sayuran membuat warung pecel ini mampu bertahan turun temurun sejak akhir 90-an. Lokasinya tepat di pinggir jalan raya Sukoharjo kota-Waduk Mulur. Namanya diambil dari pendirinya yakni Mbotho dan istrinya Lugiyem pada 1993 silam. Namun pada 2007 lalu, Mbotho meninggal dan usahanya tersebut diteruskan oleh anak-anaknya.

Pecel Mbotho layaknya pecel-pecel yang lain. Sepiring nasi dengan isian sayuran seperti kacang panjang, bayam, tauge, dan juga daun pepaya yang sudah direbus. Lalu disiram dengan sambal kacang yang pedasnya di atas rata-rata.

”Warung ini sudah 30 tahunan lebih berjualan pecel. Awal merintis usaha ini bapak saya Pak Mbotho yang memulai usaha. Pada 2007 bapak meninggal, usahanya dilanjutkan ibu dan anak-anaknya termasuk saya anaknya Pak Mbotho,” kata Tri Siswanto, 36, penerus warung pecel Mbotho.

Di Pecel Mbotho, penikmat kuliner akan dimanjakan dengan aneka lauk pauk yang lezat. Mulai dari tempe, tahu, ayam goreng garing, hati ayam, telur dadar serta aneka kerupuk. Untuk menikmatinya, cukup  dengan Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu saja. Isinya sepiring nasi pecel Mbotho lengkap dengan ayam goreng atau telor, dan gorengan lainnya. Serta segarnya secangkir es teh manis untuk pengobat pedas.

”Banyak pelanggan, pejabat-pejabat di Sukoharjo. Biasanya waktu makan siang,” katanya.

Dalam sehari, warung Pecel Mbotho bisa menghabiskan 30 kilogram beras pada hari biasa. Namun ketika akhir pekan bisa mencapai 40 kg beras. Jika ingin mencicipi pecel Mbotho, harus datang antara pukul 06.00 hingga 15.00, warung tersebut tidak pernah tutup kecuali ada acara keluarga.

”Beras habis 40 kg kalau hari libur, sayur-sayuran juga ada yang nganter tiap hari puluhan kilo tauge, kacang panjang, dan bayam. Belum kacang tanahnya yang dipakai untuk sambal,” pungkasnya. (kwl/adi/dam)






Reporter: Iwan Kawul

Populer

Berita Terbaru

spot_img
/