24.1 C
Surakarta
Sunday, 28 May 2023

Leker Mbah Doel Bertahan sejak 1985, Punya Enam Mitra, Sehari Bisa Dapat Rp 1,2 Juta

RADARSOLO.ID-Jajanan kue leker Mbah Doel cukup melegenda di Kota Boyolali. Hingga kini, jadi jujukan warga dari berbagai daerah. Mbah Doel adalah sapaan akrab dari Abdul Hadi, 70. Dia sudah merintis jualan kue leker sejak 1985. Berupa adonan tepung terigu cair, kemudian dipanggang dalam cetakan sangan bulat.

Agar tak gosong dan matang merata, biasanya sangan akan diputar dengan alat. Lalu susu kental manis cokelat dibalurkan di atas adonan. Ditambahkan toping sesuai selera. Biasanya, ada meses, pisang, kacang lalu ditambahkan keju.

Begitu adonan sudah menguning, langsung dilipat dan diangkat. Kue leker selama ini dikenal makanan khas Jogjakarta. Namun, jajanan murah meriah ini langsung menyebar ke eks Karesidenan Surakarta, tak terkecuali Boyolali.

Mbah Doel, salah salah satu yang menginisiasi jualan kue leker. Seluruh resep adonan hingga toping diraciknya sendiri. Hingga sekarang, leker Mbah Doel menjadi jujukan warga luar kecamatan, seperti Simo, Sambi, hingga luar daerah seperti Klaten.

”Mulai jualan itu pada 1985-1990-an. Anak saya masih tiga tahun. Tapi untuk makan kan, jadi saya tinggal jualan. Awal jualan itu masih pakai sepeda onthel. Keliling, ke Dawar, Manggis, Mojosongo, lalu ke Boyolali Kota dan lainnya,” ungkap parobaya yang berdomisili di Mudal, Boyolali Kota, Jumat (17/3).

Dahulu, kue leker yang dijualnya sangat murah. Yakni Rp 3.00 per buah. Sedangkan harga bahan tepung terigunya masih berkisar Rp 170 per kilogram. Dia  meracik sendiri tiap bahannya. Sebelumnya, Mbah Doel belajar membuat kue leker di Nonongan, Kota Solo. Dia lantas mencoba membuat adonan leker agar tidak mudah pecah dan selalu pekat. Adonan leker dibuat dengan dikocok hingga kalis atau elastis.

Sangan hingga alat putarnya dia pesan di perajin daerah Boyolali Kota. Kini ada dua sangan yang terpasang di gerobaknya. Satu sangan ukuran besar yakni sangan baru. Kemudian satunya sangan ukuran kecil yang sudah menemarinya berjualan 38 tahun.

Penikmat jajanan kue leker yang murah meriah ternyata tak surut. Dari hasil jualannya, Mbah Doel bisa membeli sepeda motor bebek pada 2000 lalu. Kini, ada tujuh motor bebek bekas jualannya yang masih disimpan di rumah.

”Itu kenang-kenangan, nggak mau saya jual. Biar ingat perjuangan jualan. Sekarang sudah ada enam orang yang jualan kue leker Mbah Doel. Tiap habis subuh, saya siapkan adonannya. Bahannya lima kilogram tepung terigu, delapan kilogram meses, dan 12 keju batang,” terangnya.

Kini, satu leker ukuran kecil dibanderol Rp 3 ribu dan ukuran besar Rp 5 ribu. Lima kilogram tepung terigu bisa jadi empat wadah adonan. Satu wadah adonan bisa mendapatkan Rp 400 ribu. Sehingga dalam sehari, Mbah Doel bisa memperoleh Rp 1,2 juta. Sedangkan lokasi jualannya selalu sama, yakni di depan MAN 1 Boyolali atau di Jalan Kates, Pulisen, Boyolali Kota. Dia mulai berjualan dari pukul 09.00 sampai Magrib. (rgl/adi)






Reporter: Ragil Listiyo

RADARSOLO.ID-Jajanan kue leker Mbah Doel cukup melegenda di Kota Boyolali. Hingga kini, jadi jujukan warga dari berbagai daerah. Mbah Doel adalah sapaan akrab dari Abdul Hadi, 70. Dia sudah merintis jualan kue leker sejak 1985. Berupa adonan tepung terigu cair, kemudian dipanggang dalam cetakan sangan bulat.

Agar tak gosong dan matang merata, biasanya sangan akan diputar dengan alat. Lalu susu kental manis cokelat dibalurkan di atas adonan. Ditambahkan toping sesuai selera. Biasanya, ada meses, pisang, kacang lalu ditambahkan keju.

Begitu adonan sudah menguning, langsung dilipat dan diangkat. Kue leker selama ini dikenal makanan khas Jogjakarta. Namun, jajanan murah meriah ini langsung menyebar ke eks Karesidenan Surakarta, tak terkecuali Boyolali.

Mbah Doel, salah salah satu yang menginisiasi jualan kue leker. Seluruh resep adonan hingga toping diraciknya sendiri. Hingga sekarang, leker Mbah Doel menjadi jujukan warga luar kecamatan, seperti Simo, Sambi, hingga luar daerah seperti Klaten.

”Mulai jualan itu pada 1985-1990-an. Anak saya masih tiga tahun. Tapi untuk makan kan, jadi saya tinggal jualan. Awal jualan itu masih pakai sepeda onthel. Keliling, ke Dawar, Manggis, Mojosongo, lalu ke Boyolali Kota dan lainnya,” ungkap parobaya yang berdomisili di Mudal, Boyolali Kota, Jumat (17/3).

Dahulu, kue leker yang dijualnya sangat murah. Yakni Rp 3.00 per buah. Sedangkan harga bahan tepung terigunya masih berkisar Rp 170 per kilogram. Dia  meracik sendiri tiap bahannya. Sebelumnya, Mbah Doel belajar membuat kue leker di Nonongan, Kota Solo. Dia lantas mencoba membuat adonan leker agar tidak mudah pecah dan selalu pekat. Adonan leker dibuat dengan dikocok hingga kalis atau elastis.

Sangan hingga alat putarnya dia pesan di perajin daerah Boyolali Kota. Kini ada dua sangan yang terpasang di gerobaknya. Satu sangan ukuran besar yakni sangan baru. Kemudian satunya sangan ukuran kecil yang sudah menemarinya berjualan 38 tahun.

Penikmat jajanan kue leker yang murah meriah ternyata tak surut. Dari hasil jualannya, Mbah Doel bisa membeli sepeda motor bebek pada 2000 lalu. Kini, ada tujuh motor bebek bekas jualannya yang masih disimpan di rumah.

”Itu kenang-kenangan, nggak mau saya jual. Biar ingat perjuangan jualan. Sekarang sudah ada enam orang yang jualan kue leker Mbah Doel. Tiap habis subuh, saya siapkan adonannya. Bahannya lima kilogram tepung terigu, delapan kilogram meses, dan 12 keju batang,” terangnya.

Kini, satu leker ukuran kecil dibanderol Rp 3 ribu dan ukuran besar Rp 5 ribu. Lima kilogram tepung terigu bisa jadi empat wadah adonan. Satu wadah adonan bisa mendapatkan Rp 400 ribu. Sehingga dalam sehari, Mbah Doel bisa memperoleh Rp 1,2 juta. Sedangkan lokasi jualannya selalu sama, yakni di depan MAN 1 Boyolali atau di Jalan Kates, Pulisen, Boyolali Kota. Dia mulai berjualan dari pukul 09.00 sampai Magrib. (rgl/adi)






Reporter: Ragil Listiyo

Populer

Berita Terbaru

spot_img