RADARSOLO.ID – Kisah legenda Rama Tundung, disajikan secara totalitas oleh siswa SMKN 8 Sruakarta. Melalui gelaran Sendratari Candra Purnama Ramayana di Graha Wisata Niaga, Jumat malam (10/2/2023). Menawarkan keindahan cerita, yang tersuguh di panggung megah dengan lima adegan epic.
Sajian Sendratari Candra Purnama Ramayana dikemas dalam tradisi gaya Surakarta. Merupakan agenda rutin Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Biasanya tersaji di panggung outdoor Taman Balekambang. Namun karena Taman Balekambang direnovasi hingga akhir tahun, terpaksa dialihkan di Graha Wisata Niaga.
Jalan cerita dari kisah Ramayana ini dibuat berurutan. Biasanya sebulan satu episode. Kali ini, perform dijatah dari siswa SMKN 8 Surakarta. Meski masih belia dan hanya persiapan dua pekan, mereka tetap tampil all out.
Tercatat sendratari ini dimainkan sekira 120 personel. Terdiri dari penari, pengrawit, tim produksi, termasuk para guru pendamping.
“Penarinya ada 50 anak, siswa kelas X, XI, dan XII. Semua membawakan peran sesuai tokoh masing-masing,” ungkap guru Seni Tari SMKN 8 Surakarta Subarti.
Sebelum masuk ke pertunjukan inti, diawali dua tarian kreasi. Dimulai dari tari Lengger Banyumas, Jawa Timur. Disusul tari Mojang khas Jawa Barat.
“Pertunjukan utamanya tetap tradisi gaya Surakarta. Meskipun dibumbui semacam tari kontemporer, tapi hanya sebagian kecil,” imbuh Subarti.
Masuk ke benang merah, sutradara sekaligus guru SMKN 8 Surakarta Ahmad Saroji menyajikan sekilas cerita sebelumnya. “Agar tidak terlalu jauh dan bersambung. Jadi saya libatkan sekilas,” bebernya.
Awal mula cerita, muncul suasana menegangkan saat segmen Sayembara Mantili. Sayembara yang diikuti para pangeran dan raja, memperebutkan Dewi Sinta. Di akhir cerita, hanya stau yang jadi pemenang. Tak lain Rama Wijaya, perwakilan kerajaan Ayodya yang datang bersama adiknya, Lesmana.
Masuk ke segmen kedua, menyajikan cerita Rama Bergawa. Menggambarkan sosok brahmana sakti bersenjatakan kapak. Di mana Bargawa kerap menantang para kesatria dan raja-raja untuk beradu kekuatan. Tak terkecuali menantang Rama.
Adegan peperangan baru tersaji di segmen ketiga. Ketika Bargawa menghadang perjalanan Rama, Laksmana, dan Dewi Sinta dari kerajaan Mantili ke Ayodya. Laksmana yang memimpin perjalanan tak mampu menghadapi kesaktian Bergawa. Untungnya ada Rama yang dengan mudah mengatasi kericuhan tersebut.
Di segmen keempat, Rama, Sinta, dan Laskmana sampai ke Ayodya. Di sini konflik kembali muncul. Ibu tirinya, Ratu Kekayi merasa Rama menghambat putranya, Barata untuk naik tahta. Prabu Dasarata tak bisa berkutik. Karena dia telah berjanji, jika lahir seorang putra dari rahim Kekayi, kelak anak itu akan menggantikan takhtanya. Rama mengalah dan terpaksa diusir.
Sendratari dipuncaki adegan ketika Rama, Sinta, dan Laksmana pergi ke hutan Dandaka. Di tengah perjalanan, mereka sempat bersenda gurau dengan binatang-binatang di sana. Tanpa mereka ketahui, raja Alengka Rahwana sedang mengintai.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Akan terkuak di episode selanjutnya, di mana giliran sanggar-sanggar tari di Kota Bengawan yang tampil. Mengiongat pertunjukkan ini memberi kesempatan sangar tari untuk berkreasi.
“Pentas Ramayana menjadi magnet untuk menarik wisatawan datang ke Kota Solo. Mengangkat potensi lokal, sekaligus mengenalkan budaya di Solo. Dan (sendratari) ini, fokusnya per episode sebagai agenda rutin. Ini bagus sekali,” ungkap Saroji. (nis/fer/dam)