BOYOLALI – Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Boyolali merintis wisata keliling desa atau tour de village. Wisatawan diajak menikmati rerimbunan hutan Gunung Merbabu. Sekaligus menyeduh kopi, berkebun, dan beternak.
Perjalanan menuju kebun kopi di Dusun Jumbleng, Desa Banyuanyar cukup panjang. Di sepanjang perjalanan, tour de village ini dipandu oleh barista lokal Omah Kopi Ngemplak, Eko Budi Suroso. Wisatawan diajak menelisik sejarah, berwisata alam dan budaya. Di desa ini, ada juga bekas perkebunan kopi Belanda.
Setiap perjalanan, ada saja pohon kopi nangka liberita berukuran besar. Membuat pohon-pohon kopi lainnya nampak kerdil. Kopi nangka raksasa ini telah mendiami tanah Banyuanyar sejak 1815. Banyuanyar, Ampel telah dikenal sebagai hamparan kebun kopi. Seluas 10 hektare kebun ditanami pohon kopi. Setelah melewati jalan licin dan sungai kering aliran Merbabu, sampailah di tengah-tengah kebun kopi. Kepulan asap bekas singkong bakar menguar.

Wisatawan disambut dengan susunan kopi bubuk dan biji di atas meja camping. Lengkap dengan seperangkat kompor kecil dan alat seduh. Tour de village ini tak hanya menyajikan sensasi ngopi di kebun kopi. Namun, juga kebudayaan berupa tari gambyong di Sendang Mandirejo Dukuh dan dilanjutkan ke rumah cowboy alias peternakan serta pengolahan susu sapi. Wisata tour de village ini akan menyajikan sensasi baru berwisata alam dan budaya.
Ketua Tim Penggerak IT (Rakit) Desa Banyuanyar Nanang Ariyanto menjelaskan, meski baru menjadi desa rintisan wisata, potensi desa terus digali. Ide tour de village ini muncul setelah melihat banyaknya potensi desa. Mulai dari perkebunan kopi hingga ekspor biji dan teknik penyeduhan yang khas. Kemudian kebun jahe sampai pengolahan menjadi permen dan serbuk siap saji.
”Kami juga memiliki rumah cowboy. Tempat peternakan sapi perah, serta pengolahan susu siap minum dan juga produk Yogurt. Tour de village ini juga menyajikan kesenian budaya Tari Gambyong oleh Karawitan Manunggal Laras,” terangnya di sela Tour de Village Desa Banyuanyar, kemarin (11/2).

Meski perjalanan menuju kebun kopi dihadapkan dengan jalan licin dan berlumpur, antusias wisatawan juga tak surut. Pembukaan wisata tour de village ini memang kali pertama digelar. Sehingga wisatawan yang hadir masih dibatasi sekitar belasan orang saja. Selanjutnya akan dikembangkan menjadi wisata alam, budaya, dan edukasi.
Soal buah tangan, tak perlu khawatir. Desa juga memberdayakan usaha kecil menengah (UKM) untuk mengolah hasil lahan. Seperti berbagai macam varian kopi, yogurt, permen jahe, serbuk jahe dan lainnya. Kalau wisatawan ingin melihat proses produksi juga akan diantar Tim Rakit desa.
”Kalau ngopi kita cuma nongkrong di warung sudah biasa. Tapi kalau di kebun itu sesuatu yang beda. Apalagi bisa lihat dan menikmati kopi langsung,” katanya.
Kepala Desa Banyuanyar Komarudin menambahakan, wisata tour de village ini digarap langsung melalui BUMDes. Melalui tim Rakit, Desa Banyuanyar tidak hanya menjadi desa digital dan wisata, namun juga rujukan untuk riset serta studi banding. Baik dibidang pengolahan kopi, produksk susu maupun olahan jahe. Paket wisata alam dan budaya inilah yang menjadi daya tawar desa.
”Tentu kegiatan wisata ini akan dibuka lagi. Karena peminatnya ternyata banyak. Namun, memang masih kami batasi. Jadi nanti akan kami buat paket-paket wisata karena kita punya banyak potensi dan UKM desa,” katanya. (rgl/adi)
JELAJAHI DESA BANYUANYAR SEHARIAN
- Wisatawan diajak menyusuri perkebunan kopi di lereng Gunung Merbabu
- Kemudian disambut dengan menikmati kopi khas lokal di tengah kebun
- Wisatawan juga diajak melihat peternakan sapi. Namanya rumah cowboy
- Oleh-oleh yang bisa dibawa aneka kopi, yogurt, permen jahe, serbuk jahe dan lainnya