Inovasi digelontorkan Pemerintah Desa (Pemdes) Bulusulur, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri. Dongkrak pendapatan asli desa (PADes), Taman Kolam Keceh dan Bumi Perkemahan (Buper) tiap malah disulap jadi sentra kuliner.
TAMAN Kolam Keceh terletak di Dusun Kedung Sono, Desa Bulusulur, Kecamatan Wonogiri Kota. Wahana wisatanya meliputi bumi perkemahan, outbound, pendopo, kolam renang, sarana edukasi, hingga tempat meeting.
Kawasan wisata ini juga dilengkapi sejumlah sarana dan prasarana penunjang. Di antaranya musala, kolam renang, gazebo, hingga area parkir luas. Berdiri di atas tanah kas desa seluas 16.000 meter persegi. Saat ini dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wahana Artha.
Kepala Desa (Kades) Bulusulur Dwi Prasetyo menjelaskan, selama pandemi Covid-19 yang mlanda sejak Maret 2020, kegiatan outbound dan kemah dibatasi. Tak pelak, PADes setempat macet. Solusinya, Taman Kolam Keceh dan Buper disulap jadi sentra kuliner tiap malam.
“Terhitung mulai Mei 2020. Sebelum pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Kami konsep kuliner malam,” kata kades kepada Jawa Pos Radar Solo,(30/7).
Sejak penambahan sentra kuliner malam, mampu mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu, pedagang cukup membayar retribusi yang dananya dikelola BUMDes.
“Konsep kami, dikelola oleh BUMDes, bukan pihak ketiga. Tapi kami juga membuka kesempatan bagi pihak ketiga yang ingin berinvestasi. Tapi tetap kami yang mengelolanya. Kalau diambil pihak ketiga dan masa berlakunya habis, dikhawatirkan pihak desa kesulitan meneruskan pengelolaan,” imbuh kades.
Sentra kuliner malam memiliki 11 lapak. Menu makanan yang disajikan beragam. Ada sate kambing, sup, soto, bakso, mi ayam, dan sebagainya. Termasuk aneka minuman seperti jus, kopi, dan lain-lain. Mayoritas lapak dihuni warga Bulusulur.
“Awalnya hanya untuk warga di sini saja. Tapi, ada warga yang belum berani bersaing dalam hal cita rasa masakannya. Akhirnya sharing. Ada juga lapak yang disewa warung makan sudah punya nama. Misalnya sate dan kopi,” imbuh kades.
Sisi positifnya, warung makan yang sudah dikenal masyarakat luas ini bisa menyedot animo pengunjung. Terbukti, PADes dari sentra kuliner malam terdongkrak. Pendapatan kotor yang masuk sekitar Rp 15 juta per bulan. Hanya dari retribusi lapak dan parkir.
Selain tingkatkan PADes, kehadiran sentra kuliner malam juga membuka lapangan pekerjaan baru. Total 12 warga sekitar bekerja di sana. “Dua orang jadi kasir, dua orang petugas kebersihan, dan delapan orang petugas parkir. Lumayan, bisa memberdayakan warga di sini,” papar kades.
Namun sejak PPKM darurat, 3 Juli lalu, sentra kuliner terpaksa tiarap. Pemerintah desa setempat sejatinya sudah menawarkan kepada pemilik lapak untuk tetap berjualan. Menggunakan sistem take away. Namun, para pedagang tak memilih opsi tersebut.
Sementara itu, ke depan bakal ditambah spot baru di Taman Kolam Keceh dan Buper. Di antaranya sentra penjual sandang dan sebagainya. “Konsepnya bakal dibuat seperti bazaar. Dengan begitu pengunjung bisa berbelanja sekaligus kuliner di satu tempat. Semoga tahun depan bisa direalisasikan. Kami jalan pelan-pelan,” tuturnya. (al/fer)